Chapter 231 Amera VS Aran

Tidak akan semudah itu membuat

Amera menyerah. Walaupun Saga sudah terlihat mulai kesal mendengar rengekannya.

Menyerah bagi pejuang cinta, apalagi bagi Amera yang baru memulainya. Masih terlalu dini

untuk menyadarkannya kalau perasaan Han untuknya sudah sesulit meraih taburan

bintang di langit.

“ Hiks. Padahal perasaanku pada Han

benar-benar tulus lho kak.” Menundukan kepala dengan sedikit dibumbui isak

kecil. “Aku bukan anak kecil yang sedang cinta monyet.”

Apa kalau begini kak Saga akan

percaya dan mau membantuku.

Dulu mungkin perasaan Amera hanya

sebatas iseng karena melihat tampilan Han. Sifat dingin Han yang ingin dia

takhlukan hatinya. Tapi sekarang lain, ruang di hatinya siap menerima Han dengan

semua yang ia miliki. Baik kesempurnaan fisiknya ataupun arogansi sifatnya.

Saga mendesah. Menatap Amera yang

sedang tertunduk sambil meremas jemarinya.

Kau pikir sudah berapa kali aku mengatakan padanya untuk memulai menata kehidupannya. Tapi sampai detik ini, dia bahkan tidak percaya kalau aku benar sungguh bahagia bersama Daniah.

“ Apa kau sudah mau menikah?”

Hah! Menikah! Amera langsung

mendongakan kepala dan mengeleng cepat. Beulang kali. Masih terlalu dini untuk

mengikat tali pernikahan sekalipun dengan laki-laki yang dia sukai.

“ Lihatkan! Cintamu itu cuma cinta

monyet tidak penting.” Telak. “Kau pikir Han mau menunggumu sampai kau mengejar

mimpimu dan tumbuh jadi dewasa. Sudah sana!” Mengibaskan tangan cepat. Mengusir jauh-jauh bocah penggangu.

“ Kak Saga, setahun atau dua tahun

lagi. Toh Han juga tidak tertarik berhubungan dengan wanita lainkan?” Masih bertahan duduk.

“ Siapa bilang?” Tersenyum mengejek.

“ Aaaaaa, jadi kak Saga tahu ya? Gadis itu

benar-benar menyukai Han, apa Han juga suka padanya?” Pertemuan Amera dengan Aran. Bahkan saat dia bertanya apa mereka berkencan, Han menjawab acuh dengan kata ia.

Menyebalkan.

“ Siapa dia?” Malas berfikir kalau urusan wanita lain.

“ Amera? Siapa dia kak?”

“ Mana kutahu.”

“ Kak Saga, diakan sopir sekaligus

pengawal kak Niah. Kak Saga tidak mungkin tidak tahukan siapa dia.” Kesal Amera dibuatnya.

“ Berhenti bicara. Aku mau tidur.”

“ Tunggu jawab pertanyaan terakhirku dulu.” Amera berdiri, mengibaskan

rambutnya sambil memutar tubuhnya dua kali. “ Aku dan Aran siapa yang lebih cantik diantara kami.” Amera sedang

ingin menumbuhkan rasa percaya dirinya.

“ Jelek semua." Rasanya ingin menangis darah mendengar jawaban tanpa sedikitpun keraguan itu. " Tidak ada yang cantik diantara kaalian berdua. Cuma Niahku wanita paling cantik di dunia ini.”

Ikrar sumpah setia suami terucap, bahwa hanya istrinya wanita mempesona di

dunia.

Kak Saga!

Huh! Amera menjatuhkan diri kesal

di sofa setelah saga meninggalkannya sendiri di ruang kerjanya. Dia berguling

lalu memukul-mukul sofa berulang kali.

Cih, bagaimana ini. Kak Saga

bahkaan tidak memberi lampu hijau untuk membatu. Dia benar-benar tidak mau

tahu. Hiks, walaupun aku sudah menduga tapi kesal juga jadinya.

Amera keluar dari ruang kerja saga.

Berjalan gontai ke kamarnya sampil memutar otak, bagaimana dia akan melanjutkan

rencana meraih impian yang keduanya.

Kenapa aku di sini si.

Daniah meraih gelas jus di

depannya. Diantara dua orang agresif yang sedang memperjuangkan perasaan mereka

masing-masing. Masalahnya laki-laki yang mereka sukai itu sama. Sama-sama tidak perduli dengan mereka berdua.

Kenapa harus Han lagi!

Glek, glek. Hampir separuh gelas

dia menghabiskan minumannya. Saat menerima telfon dari Amera tadi, sudah  terasa

ada yang menganjal. Untuk apa gadis ini meminta bertemu di sela makan siang.

Dan karena Aran memang tidak mungkin tidak bersamanya, jadilah gadis itupun

duduk di sini. Tapi sepertinya ini memang tujuan Amera sebenarnya. Bertemu

dengan saingannya. Daniah hanya menjadi perantara semata.

“ Makanan datang.” Ucapnya ceria berusaha mencairkan suasana. “Kita

makan dulu ya.” Mendorong makanan yang tadi sudah mereka pilih masing-masing.

Tidak tahu kenapa, Daniah merasa baik Aran ataupun Amera sudah menyadari kalau

mereka adalah saingan. Jadi mereka memang tidak terlihat bicara basa basi.Aran

hanya menyapa sopan di awal perjumpaan. Selanjutnya pandangan keduanya sudah

seperti mengancam satu sama lain.

Karena canggung, membuat mereka

makan dalam diam. Dan tentunya membuat apa yang ada di piring mereka

masing-masing tandas jauh lebih cepat.

“ Baiklah, karena kita sudah selesai

makan. Sekarang bisa beri tahu aku ada apa dengan kalian?” Daniah bicara

langsung. Menohok Aran yang sedang meneguk minumannya.

Jadi nona sudah paham ya. Aaaa,

malu.

Aran hanya tahu sedikit tentang

Amera dari teman sesama pelayan. Dia iseng bertanya tentang siapa Amera. Tidak banyak

informasi yang dia dapat. Karena Amera hanya kerabat jauh tuan Saga.

“ Kak Niah aku menyukai Han.” Tiba-tiba bicara.

Hah! Daniah langsung melihat ke

arah Aran. Gadis itu sama sekali tidak terkejut. Jadi Aran benar-benar sudah

tahu ya pikirnya lagi.

Lalu aku musti apa ini? Apa kalian mau aku mendukung salah satu dari kalian?

Saat Daniah masih tengelam dengan pikirannya, dua orang di hadapannya sepertinya sedang memulai perang mereka sendiri.

" Tolong jawab pertanyaanku dengan jujur." Konfrontasi sudah dimulai. Dan Amera yang melakukan start pertama. "Kalian tidak berkencankan? Han hanya membual saat menjawab pertanyaanku kemarinkan?" Dia ragu sendiri setelah bertanya. Karena takut jawaban Aran akan mematahkan langkahnya.

Aran membalas tatapan Amera dengan berani. " Belum, kami belum berkencan." Kenyataan yang sebenarnya menyakitkan dan ingin dia tutupi. Tapi menjawab dengan cerita bohong juga pasti pada akhirnya akan ketahuan. Tapi sekarang Aran merasa kesal dengan reaksi Amera.

Cih, seharusnya aku berbohong saja tadi.

" Haha, percaya diri sekali kamu ya." Tertawa keras sebentar tapi langsung terdiam. "Apa Han menyukaimu?" pertanyaan subyektif yang jawabannya bisa ditertawakan.

Memang sejak kapan ada yang disukai Han selain kak Saga. Kalau kau menjawab Han menyukaimu itu jelas bohong besar. Amera seperti menemukan titik lemah gadis di depannya.

" Dia menyuruhku menunggunya."

" Bohong!" Amera setengah berteriak. " Tidak mungkin Han menjawab begitu."

Brak! Suara keras meja terhantam tangan Daniah. Semua langsung diam dan menoleh.

" Kak Niah."

" Nona."

" Haha, maaf. Aku pasti mengagetkan kalian ya. Ada serangga terbang di atas meja, tanganku refleks tadi. Haha." Tertawa sambil menutup mulut. " Apa kalian sudah selesai bertengkarnya?" intonasi suara sudah berubah serius.

" Maaf kak Niah." Amera tertunduk.

" Maaf nona, saya sudah membuat nona tidak nyaman." Aran ikut tertunduk.

Keduanya membisu. Daniah menarik nafas pelan.

" Kaliankan bisa bicara baik-baik. Toh posisi kalian saat ini masih samakan. Belum ada yang terikat resmi dengan sekertaris Han. Jadi kesempatan kalian masih sama 50 dan 50." Menunjuk Aran dan Amera bergantian.

Aaaaaaa, bicara di tengah-tengah orang yang jatuh cinta sungguh memusingkan!

" Apa yang membuat nona menyukai sekertaris Han?" Aran menatap Amera lekat. Gadis di depannya ini masih sangat muda usianya. Dia berfikir kalau Amera menyukai Han sebatas pada cinta monyet gadis yang baru tumbuh dewasa. Caranya bicara sudah agak santai. Tidak memprovokasi.

Daniah memilih menjadi penonton.

" Kenapa? Apa kau meragukan ketulusanku." Amera berdecak kesal. "Karena usiaku jadi kau berfikir perasaanku hanya main-main." Menatap tajam. sambil meraih gelasnya, meneguknya sampai tandas. Meletakan gelas dengan suara keras. Daniah sampai terkejut dan mengelengkan kepala melihat kelakuan Amera.

Ya, kamu memang masih bocah. Daniah.

" Tidak, saya hanya bertanya dan ingin tahu. Apa yang membuat nona menyukai sekertaris Han. Mungkin kita bisa bertukar informasi rahasia mengenai sekertaris Han." Aran tertawa.

Eh, kenapa begini?

Dilihat kematangan usia Aran jauh di atas Amera. Jadi membuat gadis itu bisa terlihat lebih santai sekalipun menghadapi tatapan kesal Amera.

" Kalau saya, kenapa saya menyukai sekertaris Han karena dia laki-laki baik dan berhati hangat."

Eh, apa-apan si ini. Baik dan berhati hangat. Apa Aran sedang menggigau sekarang. Dilihat dari sudut yang mana hatinya yang hangat itu. waktu itu saja saat tuan Saga marah besar pada Aran, laki-laki itu hanya diam menonton. Dimana hatinya yang hangat! Daniah sedang protes dan berperang dengan jiwa sadarnya.

" Benarkan." Amera antusias. "Kenapa banyak orang yang bilang dia dingin dan menyebalkan. padahal kalau dilihat dari dekat, dia pasti punya sisi itu." Hemm, walaupun aku belum melihatnya secara langsung si. Gumam-gumam Amera dalam hati. Kelembutan mata dan suara Han hanya dia tujukan untuk Kak Saga. Itu bukan rahasia umum lagi. " Ayo bersaing mendapatkan Han dengan adil." Amera mengulurkan tangannya.

" Baik. Lakukan secara adil, tidak menjatuhkan satu sama lain." Aran meraih tangan yang di sodorkan Amera.

" Baik. Lakukan secara adil." Mereka mengoyangkan tangan yang tergenggam. " Kak Niah jadi saksinya ya. Aku dan Aran akan merebut hati Han dengan cara adil dan sportif, tanpa menjatuhkan satu sama lain. Dan siapapun yang dipilih Han, salah satu dari kami harus bisa menerimanya."

Hei, kalian sedang halu ya? Kenapa kalian membuat kesepakatan begini. Memang sekertaris Han sudah pasti akan memilih salah satu dari kalian.

" Baiklah." Daniah meletakan kedua tangannya di atas tangan Amera dan Aran. "Yang akur ya kalian, jangan saling bermusuhan." menarik nafas dalam.

Diantara Amera dan Aran sedang terjadi pembicaraan serius. Topiknya rahasia Han. Terdengar mereka tertawa kecil saat menunjukan foto-foto di hp mereka.

" Apa jadi kau bekerja di stasiun TVXX dulu, tempat Han di tembak itu? Bla.... bla...." Bicara dengan keras sambil memukul bahu Aran tidak percaya.

Tunggu! Kenapa kalian begini si.

Pesan masuk di hp Daniah.

" Kak Niah dukung dan bantu aku ya." dengan emoji bola mata berkaca-kaca. Milik Amera.

" Nona, tolong dukung saya ya." Aran juga mengirim pesan.

Kenapa aku harus terpojok dengan kehaluan kalian!

Daniah mengetikan beberapa pesan di hpnya. Membiarkan dua gadis di depannya bicara kemana-mana.

" Sekertaris Han, senang ya jadi rebutan dua wanita cantik?" terkirim.

Aku sedang kesal sekarang. sebaiknya kau membalas ya.

" ?" jawaban dari Han. Hanya tanda tanya.

Haha, apa dia sedang tersenyum bangga sambil pura-pura bodoh.

" Kau mau pilih siapa?" Terkirim lagi. "Jawab yang benar, awas kalau hanya tanda ?" pesan tambahan terkirim.

Bahkan kali ini, Han tidak menjawab sama sekali. Gemetar-gemetar kesal Daniah. Menatap layar hpnya.

" Aran dan Amera, siapa yang akan kau pilih?" Akhirnya menyebutkan nama.

" Saya pilih tuan muda."

Apa! jawaban apa ini. kenapa memilih suamiku.

" Hei sudah gila ya, tuan Saga itu milikku."

" Dia milikku."

" Dia suamiku."

" Dia cintaku."

Dan deretan pesan sebagai tanda kepemilikan. Sampai Daniah binggung memilih pilihan kata apalagi yang bisa dia pakai.

Bersambung

Epilog

" Ada apa tuan?"

" Niahku sedang ngambek." Saga tergelak membaca deretan pesan yang dikirim istrinya secara bertubi-tubi ke hp Han. Awalnya dia kesal karena Han mendapat pesan dari Daniah. Tapi sekarang suasana hatinya berubah dengan beberapa pesan Daniah. "Han."

" Ia tuan muda."

" Aku akan menghajarmu lain kali kalau kau berkirim pesan dengan Niah tanpa seizinku."

" Baik tuan muda."

Huh! akukan tidak memintanya juga.

Han berlalu meninggalkan Saga yang masih asik membalas pesan dengan hpnya.