Chapter 228 Mantan

Semoga pesta penikahan Noah dan

Tamara hanya akan memiliki kenangan indah untuk semua orang. Bukan hanya

menjadi pembuka ikatan cinta mereka tapi juga untuk tamu undangan tanpa

terkecuali.

Semoga ya.

“ Siapa kau?” Saat ini Saga sudah

duduk di samping Daniah. Menarik kursi yang tadi di duduki Aran. Sementara Aran

sendiri sudah berdiri dengan wajah tegang. Dia mendapat lirikan maut tadi saat menyingkir ke samping nonanya. Tuan Saga terlihat sangat kecewa dengannya. Aran menyadari kesalahannya di mana.

Aku benar-benar sudah melakukan kesalahan fatal kali ini.

Saga Meraih tangan Daniah. Mengikatkan jemari mereka satu sama lain di atas meja. Menunjukan status

kepemilikan gadis di sampingnya pada laki-laki yang duduk di depannya. “ Kenapa bicara dengan istriku?” Pertanyaan

yang kedua menyusul, menunjukan ketidaksukaan. Meraih tangan Daniah dan

menempelkannya di pipi kirinya. Abas menatap bibir yang menempel di tangan

Daniah. Hatinya bergetar.

Sementara Daniah lagi-lagi belum

menemukan jawaban yang yang paling pas untuk dia berikan. Kata mantan pacar

masih terlalu sulit keluar dari mulutnya. Jangankan untuk menjawab Saga, untuk

mengatakannya pada Aran saja tidak terucap tadi.

“ Tuan Saga.” Abas terlihat

berusaha menguasai gejolak hatinya. Antara tidak percaya dan kecewa. Dia masih duduk

diam di kursinya. Tapi terlihat kakinya bergetar pelan.

Bagaimana Daniah bisa menjadi

istrinya? Apa yang sudah dilakukan Niah sampai bisa terikat dengan laki-laki berkuasa ini?

Abas bisa dengan jelas melihat ekspresi

wajah Daniah. Bahwa gadis itu sedang terlihat cemas. Takut dan kuatir juga muncul di matanya.

“ Kau mengenalku rupanya.” Ucap Saga datar. Tapi pandangannya belum melunak. Cara bicaranya masih membuat orang tercekik dan susah menarik udara untuk bernafas. Suasana pesta yang masih berlangsung. Alunan musik dengan nyanyian artis ibu kota yang memenuhi udara. Tidak membuat suasana mencair.

Memang ada orang yang tidak

mengenalmu. Daniah sedang memutar otak untuk lepas dari situasi ini. Mengaku, semua pasti akan di luar kendalinya. Pergilah Abas, pergilah.

Perpisahan Daniah dan Abas terjadi secara baik-baik. Walaupun mereka tidak saling berhubungan selepasnya, tapi mereka tetap sepakat untuk berteman. Daniah akan merasa sangat bersalah, kalau sampai hal buruk menimpa laki-laki itu karenanya. Karena alasan cemburu buta suaminya.

“ Tentu saja tuan. Saya beberapa

kali menangani event anak perusahaan Antarna Group.” Perusahaan Abas adalah

Event Organizer besar di ibu kota. Dia dipercaya menangani acara besar

pemerintahan atau perusahaan. Dan khusus Wedding Organizer memang dia sendiri

yang menanganinya secara langsung.

“ Jadi siapa kau? Apa hubunganmu dengan Niahku.” Kata-kata Saga yang penuh penekanan. Ditujukan untuk Abas.

“ Sayang.” Daniah berusaha mengalihkan perhatian suaminya.  Saga menoleh melihat

istri di sampingnya. Menunggu jawaban sambil mencium jemari tangan mereka yang terkait. “

Dia.” Daniah masih tampak ragu.

“ Daniah dan saya pernah saling

mengenal di masa lalu tuan.” Akhirnya Abas yang menjawab karena melihat

ketidaknyamanan Daniah.

“ Apa maksudnya?” Tidak berpaling dari

wajah Daniah. Menunggu jawaban dari mulut istrinya. Di bawah meja tangan Daniah sudah mulai

berkeringat. “Siapa dia sayang?” suara Saga sudah terdengar tidak sabar.

“ Saya hanya mantan Daniah di masa lalu tuan.” sekali lagi jawaban Abas yang dianggapnya bisa menyelamatkan Daniah, malah hanya menyiram bara dalam sekam. Membuat kecemburuan semakin berkobar.

“ Tutup mulutmu!” Mendengar kata

mantan pikiran Saga langsung kacau. “Aku tidak bertanya padamu!”

Mantan. Jadi laki-laki ini salah

satu mantan sialan yang pernah ada dalam hidup istriku. Tangannya pasti pernah

menyentuh Niahkukan. Bahkan mungkin bibirnya. Cih.

“ Dia mantan pacarmu?” Jemari Saga menyentuh dagu Daniah. Masih sambil tersenyum, tapi nadanya sudah setajam silet.

Bagaimana ini? Abas bodoh sekali

si, kenapa kau menjawab kau mantan pacarku. Seharusnya bilang kita teman saja

sudah cukup.

“ Tuan Saga, kami hanya saling

menyapa. Saya tidak tahu kalau Niah adalah istri anda.”

Aaaaaaa, Abas hentikan. Tuan muda ini tidak akan mendengar penjelasan apapun. Dia hanya percaya apa yang dilihat matanya. Aku bicara padamu. Aku bicara dengan laki-laki lain tanpa sepengetahuannya, terlebih itu mantan. Hanya itu intinya.

“ Niah.” Saga tergelak, tapi segera

berhenti. "Siapa yang mengizinkanmu menyebut nama istriku.” Bangun, mendorong

kursi dengan kaki. Lalu menarik tangan Daniah. Membuat gadis itu terlonjak dan

langsung berdiri. “Jangan pernah mendekati istriku!”

“ Sayang, kami tidak.” Daniah meringis saat gengaman erat Saga menyakiti pergelangan tangannya.

“ Untuk alasan apapun.” Sorot mata

Saga yang sekilas di berikan pada Daniah, membuatnya langsung menutup mulut. “ Kau

paham itu, Mantan.”

Abas tidak menjawab. Dia bangun dari duduknya.

hanya bisa menatap punggung Daniah yang berjalan dengan cepat karena tangannya

tertarik. Mengikuti langkah kaki Saga. Beberapa orang yang terlihat berpapasan

dan ingin menyapa langsung menyingkir.

“ Tuan Abas.”

Sekertaris Han, sekertaris tuan

Saga, kenapa dia masih di sini. Kenapa dia duduk? Dan kenapa dia tahu namaku!

“ Ada apa?” Abas tahu bagaimana

reputasi laki-laki yang ada di hadapannya ini.

“ Saya tahu kalau nona dan tuan

tidak sengaja bertemu di sini. Jadi saya harap cukup sampai di sini saja. Jangan

pernah ada kebetulan kedua kalinya.” Abas tahu maksudnya. “ Untuk kebaikan anda

dan nona Daniah.”

Cih, padahal kami hanya bicara. Itupun tidak banyak karena tuan Saga sudah muncul.

“ Apa saya boleh bertanya?” Han

terdiam, tapi dia tidak bangun dari duduknya. Menjadi sinyal bagi Abas untuk

melanjutkan kalimatnya. “ Apa tuan Saga memaksa Daniah untuk menikah dengannya?”

Tidak ada hipotesa yang menurut

Abas masuk akal, kenapa sampai gadis itu bisa menikah dengan presdir Antarna Group. Jika bukan karena Daniah dipaksa untuk menikah dengannya.

“ Itu bukan urusan anda.” Tegas Han bicara.

“ Apa Niah bahagia?”

Sekarang aku benar-benar ingin

memukul wajahnya. Han geram mendengar pertanyaan itu. Kemunculan laki-laki di

hadapannya benar-benar diluar prediksinya. Apalagi saat dengan santainya Abas memanggil nama Daniah dengan panggilan akrab Niah. Membuatnya merasakan kemarahan Saga, dan itu membuatnya kesal juga.

“ Tuan, kalau saya boleh memberi

saran. Hiduplah seperti anda biasanya sebelum bertemu dengan nona muda kami

malam ini. Jangan pernah mencoba mendekati nona Daniah walaupun itu sebatas

mengirim pesan padanya.”

Dia bahkan sampai mengancamku

begini. Niah, apa kamu tidak apa-apa. Padahal aku senang sekali bertemu

denganmu setelah sekian lama.

“ Apa Niah bahagia? Jawab saja

pertanyaan saya.”

“ Tentu saja, tuan muda dan nona

muda kami hidup dengan bahagia. Apa jawaban itu sudah cukup?”

Abas tidak menjawab apapun sampai

Han berlalu dari hadapannya. Pesta pernikahan ini tak lagi meriah dan menarik baginya. Kenangan senyuman Daniah terlintas di kepalanya. Tapi langsung terkubur dengan wajah dingin tuan Saga yang sudah memberinya peringatan.

“ Sayang, aku mohon hentikan.” Bantal

kursi sudah melayang mengenai tubuh Aran. Gadis itu tidak bergerak dan hanya

menundukan kepala.  Daniah menahan tubuh Saga sekuat tenaga. “ Aran tidak bersalah, Abas!”

“ Tutup mulutmu! Beraninya kau

menyebut nama laki-laki lain sekarang.” Menoleh pada Aran lagi. “Dan kau! Apa Han

tidak mengajarimu bagaimana bekerja!” Kilatan kemarahan yang siap habis tubuh Aran.

Jangan sampai nona melakukan sesuatu yang tidak di sukai tuan muda. Kata-kata itu jelas terngiang-ngiang. Berputar di kepala Aran sekarang. Membuatnya semakin menundukan kepala dalam. Menatap bantal kursi yang jatuh di dekat kakinya.

Bagaimana ini? Dimana sekertaris

Han? Daniah panik menatap pintu.

Saat Saga berjalan mendekati Aran, Daniah berjalan cepat lalu berdiri di

hadapan Aran. Merentangkan tangannya melindungi gadis yang tertunduk itu.

“ Ini bukan salah Aran sayang. Dia tiba-tiba muncul dan duduk di

depanku. Kumohon tenangkan dirimu. Aku bahkan tidak bicara banyak

dengannya karena kau sudah muncul.” Daniah menggigit bibir menyesali kata-katanya.

“ Karena aku muncul? Huh! Lantas bagaimana

kalau aku tidak datang. Apa kau akan tertawa sambil bernostalgia tentang cinta masa lalumu

dengannya!” Setengah berteriak.

Dia memang gila, lebih tidak waras

lagi kalau sedang cemburu.

“ Sayang.” Daniah memohon mengatupkan tangan di depan wajahnya.

“ Minggir! Duduklah.” Tidak bergeming.

“ Tidak mau! Sudah kukatakan ini

bukan salah Aran.” merentangkan tangan lagi.

“ Bukan salahnya! Kau pikir untuk

apa aku membayarnya. Untuk diam saja melihatmu bicara dengan laki-laki lain.” Menuding tajam Aran dengan pandangannya. Gadis itu tertunduk lagi di balik punggung Daniah.

“ Maafkan aku. Aku yang salah.”

Jangan pukul Aran, hanya itu yang

ada di kepala Daniah. Gadis itu tidak bersalah sama sekali. Saat Daniah

berusaha menenangkan Saga dengan kata-katanya pintu terbuka pelan. Sekertaris

Han muncul, membuat Daniah sedikit bernafas lega.

Apa! kenapa kau diam saja. Bawa

Aran pergi dari sini!

Tapi sepertinya Han tidak ingin

melakukaan apapun. Dia hanya menjadi penonton.

“ Sayang!”

“ Duduk!” Saga menarik tangan

Daniah. Lalu mendorongnya ke sofa. Memperkirakan kalau Daniah akan terduduk di

sofa yang empuk. Tapi dia langsung menghentikan langkah dan terbelalak terkejut

saat Daniah bukannya terduduk di sofa tapi malah jatuh membentur lantai.

“ Huuuuuu.” Suara keras terdengar

dari mulut Daniah. Sambil memegangi kaki dan sepatunya.

“ Niah!” Saga langsung berlutut. “ Kenapa kau bisa jatuh?” Menyentuh bahu, memeriksa kaki dan semua bagian tubuh.

“ Kau yang mendorongku!” memukul

bahu Saga kuat. “Aaaaaa. Huuuuu.” Terdengar isak penuh dramatisasi.

“ Maaf. Maaf kan aku. Aku mendorongmu

ke sofa, sungguh. Aku tidak mendorongmu ke lantai.” Masih terdengar kuatir. Memeriksa ulang kaki, melepaskan sepatu yang dipakai Daniah. Dan sekali lagi memeriksa kaki sambil memijatnya pelan. " Mana yang sakit? Maaf aku tidak sengaja." dengan mata panik dan wajah memelas.

“ Bohong! Kau mau membunuhkukan.” Daniah berteriak sambil menepis tangan Saga yang memijat kakinya pelan.

“ Apa kau sudah gila ya.” marah karena tangannya di tepis.

“ Aaaaa, lihat, setelah mendorongku

kau masih berteriak padaku.” Membalikan wajah sambil tersedu-sedu.

“ Maaf. Maafkan aku.” Memeluk Daniah erat. Walaupun gadis itu meronta melepaskan diri. “ Niah maaf aku benar-benar tidak sengaja.”

“ Lepaskan aku.” Terisak lagi. Mengoyangkan bahu. Tapi Saga lebih

mempererat pelukannya.

“ Maaf sayang. Niah sayang maafkan

aku, aku benar-benar tidak sengaja.” Dibelakang punggung Saga, Daniah mengerakan

tangannya cepat.

“ Keluar! Keluar sekarang!”

berteriak tanpa suara yang ditujukan untuk Aran. Gadis itu terkejut menunjuk

dirinya dengan jari. Lalu melihat Han yang berdiri di depan pintu. “ Keluar sekarang!” sekali lagi berteriak tanpa mengeluarkan suara.

“ Kakiku sakit.” Rengek Daniah lagi.

“ Mana yang sakit. Biar aku melihatnya.” Mau melepaskan pelukan.

“ Aaaa, sakit.” Giliran Daniah

yang memeluk Saga karena melihat Aran belum keluar ruangan. " Sayang, hiks. Apa kamu semarah itu sampai mendorongku?" Aran sudah keluar dari pintu.

" Maaf, aku benar-benar tidak bermaksud menyakitimu."

" Tapi kamu masih marahkan."

" Tidak. Aku tidak marah."

Tuan muda anda bahkan sudah bisa diperdaya oleh nona sekarang. Han menutup pintu pelan tanpa suara.

Epilog

" Maafkan saya tuan." keluar dari lubang singa masuk mulut harimau. Mungkin itu perumpaan yang tepat bagi Aran. Gadis itu berlutut sambil tertunduk melindungi dirinya saat tangan Han mendekat ke arahnya.

" Bodoh!"

Dia tidak memukulku.

Han duduk berjongkok. Beraih dagu Aran. membuat gadis itu mendongak.

" Kau tidak apa-apa? Apa tuan muda memukulmu?" Aran mengeleng, nona sudah menyelamatkannya. Dia hanya di lempar bantal kursi. " Bisakah kau bekerja dengan benar sekarang? Kau sudah melihat bagaimana menakutkannya tuan muda kalau cemburukan?" Aran menggangukan kepalanya berulang. " Bangunlah!"

Aran mengikuti langkah kaki Han.

" Kita mau kemana tuan?"

" Menyiapkan kamar untuk tuan muda dan nona."

Hah! Apa maksudnya si? Kamar?

Bersambung