Chapter 216 Pertemuan Saga dan Han

Piyama pink dengan motif norak

menurut Saga sudah teronggok di sudut ruangan. Ternistakan begitu saja. Layaknya

benda tidak berharga.

“ Jangan pernah memakainya lagi,

atau aku tidak akan mengizinkanmu memakai sehelai pakaianpun nanti saat tidur!”

Ancamnya saat menendang piyama itu setelah keluar dari kamar mandi tadi. Saat ini mereka sudah kembali ke tempat tidur.

Hah! Kalau aku tidak pakai baju

bisa di tebak akhirnyakan? Bisa-bisa aku tidak tidur semalaman!

“ Haha, ia sayang aku akan

menyimpanya saja dan tidak akan memakainya.” Bisa gawat nanti, diliriknya

piyama malang itu. Tapi Daniah memang sudah bisa menebak bagaimana nasib piyama

itu saat memilihnya untuk hadiah Saga.

Haha, yang penting aku sudah dapat

foto-foto lucumu dengan piyama itu. Aku bisa meledekmu nanti.

“ Cih, untuk apa kau simpan benda

begituan, akan kusuruh pak Mun membuangnya?” Saga menarik selimut, sampai ke

pinggangnya.

“ Aaaa, tidak boleh! Itukan kenang-kenangan

bulan madu kita.” Cemberut. “ Aku simpan ya, janji, tidak akan dipakai.” Muah,

muah. Ciuman bertubi-tubi.

Ya Tuhan, apa yang kulakukan demi

kamu piyama pink.

“ Baiklah, kau boleh menyimpannya. Karena

hari ini belum berakhir, kau masih bisa minta apa saja yang kau mau.”

Tuhkan bilangnya mau menurutiku,

tapi kalau membuatmu tidak suka kau marah juga.

“ Terimakasih sayang!”

Dasar! Begitu saja jadi masalah. Aaaa, apa yang kau lakukan, kenapa menciumi leherku lagi.

" Sayang hentikan!" Menahan bibir Saga dengan kedua tangan. " Kamu belum mengabulkan hadiah utamakukan? sekarang saatnya kamu cerita tentang dirimu."

" Cih"

Dasar!

” Sayang, apa Han sudah seperti itu sejak dulu.” Akhirnya berhenti dengan bibirnya.

“ Apa?” Tanyanya acuh seperti biasa. Bahkan terasa engan untuk menjawab.

Niah, kenapa kau ingin tahu tentangku? Apa kau punya rencana dibalik pertanyaanmu itu?

Tidak tahu, kenapa pikiran negatif muncul di kepala Saga. Dia curiga, Daniah sedang mencari kelemahannya. Untuk apa, mungkin yang akan dipakainya sebagai  senjata untuk  Daniah lari darinya. Hari inipun dia masih merasai ketakutan itu. Jika wanita yang dia peluk saat ini memiliki keberanian untuk meninggalkannya.

“ Sayang, kenapa diam. Sejak kapan Han sikapnya menakutkan begitu.” Daniah mendongak, melihat mata Saga yang menerawang.

“ Kenapa kau malah tertarik pada

Han bukannya padaku.” kesal.

Haha, tolong letakan cemburumu pada

tempatnya tuan muda.

“ Karena aku iri padanya.”

“ Kenapa?” jauh lebih kesal daripada saat Daniah bertanya tentang Han. Bahkan walaupun itu

Han, kalau lebih membuat Daniah tertarik tentu itu membuatnya langsung kehilangan mood.

“ Karena dia sudah bersamamu jauh

lebih lama dari aku.” Haha, kau terharukan dengan jawabanku. Daniah mendongak melihat wajah suaminya. Saga langsung menghujani Daniah

dengan ciuman. “ Aaaa, sudah. Sekarang mulai ceritanya. Bagaimana suamiku yang tampan

ini menjalani hidupnya.”

“ Niah, bagaimana kalau kamu cerita

duluan tentang dirimu.” Saga masih ragu untuk membuka kisah hidupnya.

Apa!

“ Tidak mau!” protes. “ Lagipula

tidak mungkin kamu belum tahu tentangku.” Han saja tahu siapa nama mantan

pacarnya, tidak mungkin riwayat hidupnya tidak di beritahukan pada Sagakan. Begitu yang dipikirkan Daniah “Ayo mulai, kamu kan sudah janji sayang.” Mulai merengek. Mengeluarkan jurus andalan

wajah imutnya.

“ Kau mau menggodaku lagi dengan

wajah begitu. Sudah tidak pakai baju lagi.”

Daniah langsung menarik selimutnya

ke leher.

Sore yang cerah. Saga dan ayahnya

sedang duduk di taman sambil menikmati minuman hangat dan camilan sore. Saga

sedang mengulang pelajaran paginya. Sementara Ayahnya sedang melihat beberapa

dokumen. Cuaca yang hangat, matahari yang bersinar dengan lembut jatuh di antara pepohonan. Aktivitas sore yang kerap dilakukan ayah Saga. Sesibuk apapun, dia selalu meluangkan waktu sekitar satu sampai dua jam menemani Saga. Selepas ini, diapun biasanya akan kembali bekerja ke kantor lagi.

“ Ayah, kapan dia akan datang?” Saga tidak beralih dari bacaan dan catatannya ketika bertanya.

Ayah mendongak dari pekerjaannya,

menatap kejauhan. Seperti menanti kedatangan seseorang.

“ Sepertinya sebentar lagi." Melihat jam di tangannya. " Kenapa?

Apa kau sudah memutuskan untuk menerimanya?”

“ Tidak!” bicara dengan tegas. “Aku akan melihat

apa dia memang pantas baru akan memutuskan.”

Ayah Saga tertawa. Tuan besar rumah

ini, wajahnya tampan dan terlihat ramah. Garis wajah yang dia wariskan pada

anak lelakinya.

“ Kamu pasti menyukainya, dia anak

yang hebat. Paman menjaganya dengan baik dan membuatnya tumbuh menjadi anak yang bisa diandalkan” Ayah Saga bicara lagi.

“ Huh! Ayah selalu membanggakannya.

Aku akan menilainya sendiri, kalau aku tidak menyukainya jangan memaksaku

menerimanya.” Bicara dengan tegas lagi, bahkan cenderung setengah memaksa. Dia penasaran bagaimana tampang bocah yang selalu di banggakan ayahnya itu.

“ Baiklah, tuan muda. Semua ayah

serahkan padamu.”

Begitulah mereka sambil menunggu

kedatangan seseorang melanjutkan aktivitas mereka. Saga menulis dan ayahnya

kembali fokus pada laporan di depannya.

Dari tempat mereka duduk, mobil

terlihat memasuki area parkir. Saga langsung meletakan pena yang dia pegang

dan mengikuti gerakan mobil itu. Melihat siapa yang  keluar dari mobil. Paman,

laki-laki yang sudah sangat dekat dengan keluarganya. Terkadang kalau dia

jengkel dan marah pada ayahnya dia akan selalu berlari menemui paman.

Bersembumyi di balik punggung laki-laki ramah itu. Setelah itu keluar lagi

seorang laki-laki berbadan kecil dari pintu satunya. Dia terlihat merapikan

pakaiannya di depan mobil.

“ Selamat sore tuan besar.” Paman

menggangukan kepalanya penuh hormat. “ Selamat sore tuan muda, anda sedang

belajar rupanya.”

“ Kau sudah datang?”

“ Ia tuan.” Jawabnya dengan sopan, sambil meminta anak di sampingnya untuk memberi salam.

“ Kemarilah!” Ayah Saga melambaikan

tangannya pada laki-laki kecil yang berdiri di sebelah paman. “ Perkenalkan

dirimu Han. Dia Saga putraku.”

Laki-laki bertubuh kurus kecil itu

ragu. Lalu paman meraih tangannya menuntunnya mendekati meja tempat Saga duduk.

“ Tuan muda, perkenalkan ini Han. Dia yang akan menjadi teman belajar dan

bermain tuan muda. Dan juga kelak akan menjadi orang yang setia berada di

belakang tuan muda melindungi tuan muda.”

“ Tidak mau!” Bangun dari duduk.

Lalu mendorong Han agar menjauhi paman. Kesan pertama yang menjengkelkan bagi Han.“ Aku tidak mau dia, memang apa yang

bisa dia lakukan dengan tubuh kurus kecil dan kerempengnya itu.” Menarik lengan

paman untuk lebih dekat dengannya. “ Akukan sudah ada paman. Paman yang akan menjaga dan melindungiku sampai dewasa. Aku tidak mau dia!” Menunjuk Han kecil yang terlihat sedikit kesal.

Cih. Kata ayah tuan muda anak yang dewasa dan baik hati. Ternyata hanya bocah kekanakan begini. Bagaimana dia bisa jadi penerus perusahaan tuan besar dengan sifatnya begitu. Han

Apa ayah tidak salah, tubuh kerempeng itu mau melindungiku. Aku mendorongnya saja dia pasti langsung terjungkal. Saga.

Kedua anak itu saling bersitatap tidak suka.

" Tuan muda, Han masih akan tumbuh seperti tuan muda yang tumbuh sebesar ini." Paman menggangkat tangannya di atas kepalanya sendiri.

Saga menatap Han lekat, bocah di hadapannya itu juga menatapnya tidak begeming.

Wahhh dia menantangku, dia bahkan berani menatap mataku.

" Baiklah. Kau akan melewati masa percobaan selama satu bulan ini. Kalau kau lolos, aku akan menerimamu." Akhirnya Saga memutuskan setelah menatap ayah dan paman bergantian. Wajah mereka menyiratkan penuh harap. Awas saja kalau ternyata kau tidak sehebat yang mereka katakan. " Han!" Saga mengulurkan tangannya.

" Sepertinya Saga menyukaimu Han, jabat tangannya sekarang!" Ayah Saga tersenyum.

" Ayah, aku belum memutuskan. Satu bulan lagi kita lihat hasilnya." Saga menyela karena ayahnya sudah terlihat senang.

" Haha, baiklah tuan muda."

Hari itu di mulailah masa percobaan satu bulan Han.

Huaaaa, imutnya orang sombong ini. Aku membayangkan mereka saling tatap benci begitu bagaimana ya. wajah manis tuan Saga dan wajah tegas Han versi imut.

Daniah sibuk dengan bayangan di kepalanya. Sampai dia mencubit pipi Saga versi dewasa.

" Ternyata kamu sudah sombong dari kecil ya sayang." Haha, ampun! ketika melihat wajah cemberut Saga. " Tapi pasti suamiku sudah tampan seperti sekarangkan?" mencium pipi lembut. "Kau tumbuh dengan kasih sayang berlimpah ya. Mendengar cerita tentang ayahmu dan ayah sekertaris Han aku bisa membayangkan sehangat apa mereka saat memelukmu."

Saga mempererat pelukannya. Wajah ayah dan paman melintas, tersenyum dengan hangat di ujung ingatannya. Tersenyum dengan bangga.

Aku benar-benar senang mendengarnya, Kau tumbuh dengan kasih sayang. Eh, tapi itukan sebelum tuan besar pergi.

Penasaran lagi.

" Sayang, lanjutkan ceritamu. Bagaimana masa percobaan sebulan."

" Besok, aku ngantuk. ayo tidur!"

Curang! kan belum selesai.

" Kalau kau masih bicara lagi, aku akan memakanmu!" Bicara sambil mengigit daun telinga. Jangankan bicara, mengeluarkan suarapun tidak. Daniah meringkuk dalam dekapan hangat tubuh Saga. " Kau langsung tidur ya?"

Diam tidak menyahut. Akhirnya merekapun terlelap bersama dalam buaian mimpi.

Bersambung