Chapter 201 Kedatangan Raksa

Tergeletak bosan di tempat tidur.

Semoga hari ini aku selesai datang bulan gumamnya menatap jendela kamarnya.

Cuaca sedang sangat cerah, angin bertiup dengan merdeka. Kenapa harus terkurung

di dalam rumah hanya karena datang bulan, membuatnya mendesah berkali-kali.

Hiks, kenapa aku harus mengalami

hal semacam ini coba.

Memohon padanya juga percuma.

Daniah berguling di tempat tidurnya lagi. Menarik bantal dan memukul-mukulnya.

Kalau aku kabur bagaimana ya? Dia

tidak mungkin akan membunuhkukan. Ya, ya, dia tidak akan membunuhku,

paling-paling dia akan mengurungku selama sebulan penuh. Hah! Bagaimana kalau

dia mengikatku karena aku membangkang.

Walaupun tahu tuan Saga tidak akan

benar-benar menyakitinya secara fisik, tapi Daniah masih belum punya keberanian

untuk membangkang lebih dari kata-kata.

Masih di tempat tidur, Daniah tergelak karena teringat lagi Amera. Gadis itu benar-benar luar biasa ternyata. Sangat terbuka. Dia bahkan sepercaya diri itu saat mengatakan kalau dia menyukai sekertaris Han.

" Kak Niah, aku pernah menyatakan perasaanku pada Han."

" Apa!"

Sejenak Daniah mencoba menerawang apa yang dilakukan Amera. Dia pernah mendengar cerita Leela tentang Han yang di tembak seorang gadis konglomerat dan di tolaknya mentah-mentah. Lalu, keberanian semacam apa yang di miliki Amera sampai punya kekuatan sebesar itu menyatakan perasaan. Ini sekertaris Han lho. Han, Han.

" Terus dia jawab apa?" tentu saja reaksi Han yang paling membuat penasaran. Dia tidak mungkin hanya akan melengos pergi sambil berdecak merendahkan seperti yang sering dia lakukankan. memori Daniah langsung berlarian saat dia kalah adu argumen dengan sekertaris Han.

" Hapus dulu air liur anda  waktu ketiduran saat belajar nona, baru bicara tentang cinta." Dibumbui gelengan kepala dan desahan kesal karena Amera sudah menyita waktunya. " Tapi tetap saja dia keren saat menolakku kak."

Hah Apa!

Daniah berusaha menahan tawa agar Amera tidak malu, tapi sepertinya gadis itu sama sekali tidak merasa malu. Malah terlihat kebanggaan di matanya, seperti berkata. " Cih, aku akan muncul di hadapanmu beberapa tahun lagi, apa kau masih bisa bilang begitu nanti."

Ya Tuhan aku saja ingin menendangnya karena kesal. Daniah bisa membayangkan wajah Han saat itu. Bocah ingusan menyatakan perasaan padanya.

Tapi aku benar-benar penasaran seleranya tentang perempuan seperti apa ya? seperti Helena yang cantik, tinggi semampai. Yang pintar dan cerdas tentunya. Terserahlah, akhirnya menyerah mendeskripsikan selera sekertaris Han.

Setelah kebosanannya memuncak,  Akhirnya Daniah memanggil Aran ke kamarnya. Membantunya

memisahkan oleh-oleh. Gadis itu sempat ragu saat berada di depan pintu, di sampingnya pak Mun berdiri menunggu mengetuk pintu kamar.

" Jangan menyentuh apapun tanpa seijin nona. walaupun sepenasaran apapun jangan menyentuh barang-barang tuan muda."

Glek. " Baik Pak." Kata-kata Pak Mun sangat serius.

Aaaaaa, aku tidak penasaran lagi dengan kamar tuan Saga dan nona kalau begini. Kenapa nona harus memanggilku ke kamar si, kenapa tidak di luar saja seperti kemarin.

Pak Mun meninggalkan ruangan setelah Daniah membuka pintu. Aran masih berdecak kagum sambil sesekali matanya berkeliling melihat isi kamar.

Tempat tidur itu, wahhh, mungkinkah nilainya jauh lebih tinggi dari pinjaman bank rumah orang tuaku. Glek. Tempat nona dan tuan Saga. Aaaaaaa, Aran, apa isi kepalamu hanya adegan dewasa. Sepertinya kau harus mulai berhenti menulis novel dewasa, biar otakmu segar.

" Aran Kenapa?"  Daniah menepuk bahu Aran yang masih tengelam dalam pikirannya, sementara dia sudah selesai memisahkan semua oleh-oleh yang dia beli di pulau XX. Melirik hadiah khusus

yang dia beli untuk Saga sambil tergelak. Lalu tidak kalah terkejutnya setelah

menemukan barang-barang yang sama sekali tidak pernah dia beli.

Sekertaris Han gila, bisa tidak si

dia berfikir dengan otak masuk akalnya kalau urusan perintah tuan Saga.

“ Saya yang menemani sekertaris Han

nona, dia bilang tuan Saga mau membelikan hadiah untuk nona, karena pasti nona

tidak membeli apapun untuk diri nona.”

Daniah menemuk pundak Aran lagi, meminta

maaf sudah melakukan hal aneh karena suaminya.

“ Maaf ya Aran aku sudah

melibatkanmu.”

Aran hanya tersenyum dalam hati  dan dia bilang, tidak apa-apa nona, saya seperti

kencan dengan sekertaris Han kemarin. Hehe.

Kencan kepalamu. Pikiran normal

Aran memukul. Sejak kapan Harimau gila itu mengajakmu kencan, kau bahkan

membeli sesuatu yang harus kau cicil dengan gajimu.

“ Nona, apa saya boleh bertanya?” membereskan tumpukan kotak hadiah dan tas kedalam kardus besar. Ada tiga kardus besar. Karyawan toko. Keluargaku dan bibi pengasuhku. tertulis dengan spidol yang ditulis Daniah sendiri. Sepertinya dia berencana menitipkan semua itu pada Raksa nanti.

“ Hemm. Kenapa?” Duduk bersandar di sofa sementara Aran memindahkan semuanya ke sudut ruangan.

Eh, dia tidak akan bertanya sesuatu

yang aneh-aneh kan. Kenapa bola matanya berbinar bahagia begitu.

Daniah tiba-tiba di serang rasa

takut, apalagi kalau pertanyaaanya menjurus pada hubungannya dengan tuan Saga.

Bagaimanapun cerita tentang awal-awal pernikahannya tidak ingin dia ceritakan

dengan siapapun. Termasuk Aran.

“ Bagaimana nona bisa mengenal tuan

Saga dan bahkan sampai menikah dengannya.”

Duarrr, benarkan? Ini yang kau

tanyakan.

“ Aran, kau lupa pesan sekertaris

Han. Terlalu banyak bertanya bisa memperpendek umurmu.”

“ Haha.” Aran tertawa, tapi ketika

melihat wajah serius Daniah yang  sepertinya engan dan tidak mau menceritakan apapun membuatnya diam dan tidak melanjutkan bertanya. Dia cukup tahu diri. Tidak! Dia masih sangat sayang pada hidupnya sehingga mengubur rasa penasarannya.

“ Maaf nona saya sudah penasaran dengan kehidupan tuan Saga dan nona.” Merasa

bersalah.

Mati aku, nona sampai memasang

wajah seperti itu.

“ Haha, aku cuma bercanda.” Memukul

bahu Aran mengusir canggung, saat gadis itu sudah duduk di sampingnya. “Hanya tahukan, kalau tuan Saga tidak suka kalau

dia jadi bahan pembicaran. Orang-orang yang bekerja padanya tidak di izinkan bicara tentangnya.” Masih jelas di ingatan Daniah bagaimana Han menghukum para pelayan yang bicara di belakangnya.

Sebenarnya aku juga yang tidak mau

cerita si karena panjang sekali, bagaimana perjalanan cinta kami ini bermuara

dan dimulai.

Rasanya Daniah juga merasa malu,

kalau sebenarnya dulu dia hanyalah gadis malang yang harus menebus hutang

perusahaan ayahnya. Sama sekali tidak berkelas untuk diceritakan. Apalagi pada

Aran yang notabene hanya melihat sisi bahagia yang Daniah jalani sekarang.

Karena kesibukan Raksa membuatnya

membatalkan janji kedatangannya kemarin, akhirnya hari ini laki-laki itu bisa

mampir sepulang bekerja. Raksa measuki gerbang utama dengan perasaan was-was.

Ini kali pertamanya datang menemui kak Niah di rumah tuan Saga. Bahkan dari

depan gerbang utama dia sudah menjalani pemeriksaan yang ketat. Sampai pada

pemeriksaan identitas diri. Setelah menunggu beberapa menit karena penjaga

gerbang mengkonfirmasi kedatangannya dengan menelfon akhirnya dia masuk juga.

Kak Niah.

Raksa membayangkan dulu bagaimana

perjuangan Daniah pertama kali masuk ke rumah asing ini sendirian. Saat dia

harus menikah dengan tuan Saga karena perusahaan ayah. Hatinya getir sendiri.

Walaupun saat ini semuanya sudah baik-baik saja, tapi semuanya tidak semudah

terlihat. Perjalanan kak Niah menuju titik yang sekarang pasti tidaklah mudah.

Dari kejauhan Raksa sudah bisa

melihat kaakak perempuannya menunggu, di sampingnya ada seorang laki-laki

dengan pakaian rapinya.

“ Raksa.” Lirih Daniah bergumam

saat meihat mobil adiknya mendekat. Saat laki-laki itu keluar dari mobil dan

mendekat dia tidak bisa untuk tidak memeluk adiknya erat. Sudah lama sekali

mereka tidak bertemu. Pak Mun sampai berdehem untuk menyadarkan Daniah situasi

yang ada.

“ Hehe, maaf pak. Saya sudah lama

tidak bertemu adik saya. Kenalkan pak Mun de, ini kepala pelayan di rumah tuan

Saga.” sambil mengacak rambut adiknya penuh sayang.

“ Selamat sore tuan, nona sudah

menunggu anda dari tdi. Panggil saja Pak Mun.” Pak Mung sopan menggangukan kepala, menerima tangan Raksa yang terulur terlebih dahulu.

" Terimakasih pak sudah menjaga kak Niah."

Haha, anak ini bahkan bersikap seperti ayah saja.

Daniah membiarkan sejenak obrolan ringan dan basa-basi antara Raksa dan Pak Mun. Lalu mereka masuk ke dalam rumah. Menaiki tangga. Daniah memilih membawa adiknya ke ruangan di dekat kamarnya, dia tidak mau Raksa bertemu dengan ibu. Daniah masih akan terus menyembunyikan statusnya sebagai menantu yang tidak diinginkan. Karena tidak mau membuat Raksa kuatir.

" Kak Niah baik-baik sajakan?"

Nahkan, selalu itu yang kau tanyakan?

Daniah menepuk bahu adiknya. Ada kristal bening di ujung matanya yang tidak bisa dia cegah. Dia menangis bukan karena sedih, tapi karena bahagia. Mendapatkan cinta yang luar biasa dari Raksa.

" Terimakasih ya de, karena mencemaskanku. Tapi aku benar-benar baik-baik saja. Aku bahagia sekarang." Sambil menyeka ujung matanya dan tersenyum. " terimakasih karena selalu berada di belakangku dan membelaku."

" Apa si, kak Niahkan saudaraku." Malu sendiri.

Gubrak! suara pintu keras saat tubuh seseorang membentur. Jenika memegang handle pintu, dengan suara nafas tersengal.

Hah! Benar-benar ada Raksa.

" Jen. Kamu tidak apa-apa?"

Aaaaaaa, kakak ipar, kenapa adikmu tambah tampan sekali, dia operasi plastik ya selama aku menghindarinya di kantor!

bersambung