Chapter 200 Di luar dugaan

Berkumpulnya dua wanita yang tidak

saling mengenal ini, dan di sinyalir memperebutkan seorang laki-laki. Situasi seperti  Apakah yang

akan terjadi? Apa mereka akan saling memaki, tarik menarik rambut atau main cakar-cakaran. Mungkin seru

ya, kalau itu terjadi. Haha, tapi tentunya tidak akan mungkin akan ada adegan begitu di sini.

Saat Daniah dengan akal sehatnya masih bisa dia pakai untuk berfikir.

Suasana di ruangan ini masih cukup

tegang. Walaupun Daniah sudah memasang wajah penuh senyum tapi dia masih

menjaga jarak. Dia berfikir Amera bukanlah gadis jahat, tapi dia juga belum memutuskan

kalau gadis manis di depannya ini tidak ada niatan apapun padanya. Terlebih

dengan melihat sikap pak Mun yang waspada. Laki-laki itu tidak mungkin tetap

berdiri di tempatnya kalau merasa Amera tidak mengancam.

Kalau saja aku bisa keluar rumah, paling tidak aku bisa menghindarinya secara halus.

“ Aku tidak percaya, Apa kak Saga menceritakan

semuanya padamu?” Amera masih bicara dengan nada mencoba mengintimidasi. Dia

masih berada di atas angin saat ini. Bagaimanapun dia tahu kalau wanita di

depannya ini pandai bicara. Jadi dia masih berfikir kalau Daniah bisa saja memutarbalikan situasi dan mengarang cerita.

Daniah hanya angkat bahu. Tidak

mengiyakan ataupun membantah perkataan Amera. Membiarkan gadis itu berspekulasi

sendiri.

Tentu saja tidak, tuan Saga masih  menjadi misteri bagiku. Walaupun kami dekat,

tapi dia belum terbuka tentang kehidupannya.

“ Katakan, kenapa kak Saga

menggangapku sebagai adik. Kalau jawabanmu memuaskan, aku akan merubah sikapku

padamu.” Dengan percaya dirinya dia bicara.

Tanda tanya muncul di kepala

Daniah. Memang untungnya apa kalau sikap Amera berubah padanya. Toh, dia tidak

mau terlibat lebih dekat dengan gadis di depannya ini. Bagaimanapun dia wanita

yang di bawa ibu, dia mendapat dukungan dari ibu. Dan itu sudah menjadi nilai

tambah untuknya mendekati suaminya. Dan menjadikan alasan Daniah untuk menjaga

jarak dengannya.

Akupun tidak tahu, bagaimana hati

tuan Saga.

Merasa sangat dicintai saja tidaklah

cukup membuat Daniah sepercaya diri itu. Karena sekali lagi hati manusia, hanya

dia dan Tuhan yang tahu.

“ Ternyata kau cuma pura-pura ya.

Hubunganmu dan kak Saga tidak sedekat itu.”

Apa si maksudnya anak ini.

“ Amera kenapa tuan Saga

menggangapmu adiknya dan menyayangimu seperti Jen dan Sofi adalah karena”

Daniah menatap lurus Amera. Ada nada kesal dalam desahan nafasnya. Kenapa dia

harus menjelaskan sampai sejuh ini. Tapi Amera tidak surut langkah, dia

tersenyum sinis menunggu. “ karena di saat terberat tuan Saga, keluargamu,

ayahmu berada di belakangnya untuk melindunginya.”  Akhirnya di jawab juga oleh Daniah.

Ternyata kak Saga benar-benar

bercerita padanya.

Pak Mun terlihat bereaksi mendengar

kalimat Daniah. Dia terlihat semakin tidak senang melihat Amera.

“ Ternyata kak Saga benar-benar

mencintaimu ya.” Langkah Pak Mun yang ingin menegur Amera terhenti. “  Tapi Apa kau juga mencintai kak Saga?” Serangan kedua yang diajarkan ibu di praktekan dengan sangat baik oleh gadis itu.

Hah! Kenapa aku jadi seperti

terdakwa begini si. Sebenarnya apa yang sudah ibu masukan ke dalam kepalamu.

“ Kenapa menanyakan itu?” Masih bisa sedikit tersenyum yang dipaksakan.

“ Jawab saja.”

“ Sudahlah, aku tidak merasa

berkewajiban untuk menjelaskan kepadamu. Tapi, sama seperti tuan Saga

menyayangimu. Aku akan menghormatimu.” Tersenyum tipis. “ Tapi tentunya kalau kamu

bisa menjaga sikapmu.” Daniah sudah mau beranjak, tangannya sudah terlihat

menahan tubuh untuk bangun.

“ Hidup kak Saga tidak semudah yang

orang lain lihat.” Amera menatap tajam Daniah, berusaha mengorek isi hati istri yang katanya sangat di cintai kak Saga itu. " Jadi, kalau kau tidak mencintainya apa itu adil untuk kak Saga?"

Bibi, aku memakai semua senjata yang kau katakan padaku.

Daniah duduk lagi, mencegah pak Mun yang sudah terlihat sangat kesal dan ingin  ikut campur.

" Aku tidak tahu apa yang ibu katakan padamu." Wajah Amera mengeryit, ternyata dia tahu begitu pikirnya, kalau ibulah dalang dari semua ini. " Tapi, sebelum aku menjawab itu, kau yang harus menjawab pertanyaanku."

" Kenapa aku harus menjawab?" protes.

" Kalau tidak mau ya sudah." Toh tidak ada ruginya bagiku juga pikir Daniah. Daniah benar-benar bangun dari duduk.

Mengalah dan menjauhi Amera mungkin adalah pilihan paling tepat. Dia tidak mau memakai energinya untuk hal semacam ini.

" Baiklah." Amera menyerah, membuat Daniah tersenyum. Dia kembali duduk.

Hah! apa aku benar-benar harus menanyakannya. Sekarang Daniah yang mulai tarik ulur di hatinya. Apa dia akan terlihat seperti istri pencemburu yang tidak percaya pada suami. Saat dilihatnya Amera masih menunggu dengan curiga, menebak seperti apa pertanyaan yang akan dia katakan.

" Apa ibu menyuruhmu untuk menikah dengan tuan Saga dan menjadi ibu dari anak-anaknya?"

Amera tidak bisa menutupi rasa terkejutnya, walaupun secara jelas ibu tidak mengatakannya seperti itu, tapi bagaimana wanita ini bisa berfikir begitu. Gadis itu menelan ludah. Tugas Amera yang dibebankan ibu padanya hanyalah berusaha melepaskan kak Saga dari istrinya. Wanita yang tidak layak untuk menjadi ibu dari penerus Antarna Group. Karena dia gadis licik yang bahkan tidak mencintai kak Saga.

" Aku tidak berfikir untuk menikah dengan kak Saga, karena aku sudah menyukai seseorang."

Tidak tahu kenapa Daniah merasa kelegaan di hatinya. Ketakutannya terbang begitu saja tanpa sisa. Ternyata Amera memang sepolos wajahnya.

" Haha, kalau begitu apa yang ingin kau dengar? seberapa besar aku mencintai tuan Saga." Langsung bersemangat.

Aku akan mengatakannya sampai kau muak, akan ku buat cerita sedramatis cerita Jen kalau dia sedang bicara tentang tuan Saga,

Diluar dugaan Amera membuka hatinya mendengar semua yang dikatakan Daniah. Kemunculan pak Mun membuat kedua gadis yang sedang asik bicara itu terkejut saat dia membawa nampannya ke atas meja.

" Nona Amera bertemanlah dengan yang seusia nona, supaya hati nona tetap bersih." Dia meletakan camilan dan dua gelas jus tanpa di minta. "Silahkan dinikmati camilannya, kalau ada lagi yang nona berdua butuhkan, panggil saja saya."

" Eh ia pak Mun terimakasih." Daniah

Apa dia langsung pergi karena kecewa kami tidak tarik-tarikan rambut.

" Akhirnya dia pergi juga, apa dia pikir aku mau membunuh kak Niah."

Eh, dia sudah merubah panggilan untukku.

" Tapi kak, kenapa ibu tidak menyukai kak Niah?" Amera berusaha menyimpulkan sendiri. Kalau hanya dari segi fisik, ya mungkin kak Niah tidak bisa dipamerkan di kehidupan sosialita bibi. Tapikan dia tidak jahat, dan yang penting kak Saga menyukainya.

Daniah menarik ujung rambutnya, menyisir dengan tangan. "Mungkin karena aku tidak sekeren Helen. Haha." walaupun getir, tapi memang itu kenyataannya. Status pendidikan dan keluarganyapun mungkin menjadi pertimbangan ibu.

" Benar si, haha." Amera tertawa saat wajah Daniah berubah kecut. " Tapi kak Niah benar-benar orang baik kok. Asal tahu ya, aku pernah bertengkar dengan Helen gara-gara dia tidak suka aku menempel dengan kak Saga."

Wahh, Amera ternyata cukup keren juga ya.

" Kak Niah bekerja tidak?" Karena semenjak kepulangan mereka dari bulan madu, Amera belum pernah melihat Daniah keluar dari rumah. " Apa pengganguran juga sepertiku." Tertawa menyedihkan.

" Aku punya toko online."

Eh, kenapa matanya langsung berbinar begitu. Memang ada apa dengan toko online?

Amera langsung mengeluarkan hpnya. Dia menunjukan isi sosial medianya. Menunjukan desain-desain perhiasan yang dia buat saat kuliah di luar negri. Juga foto-fotonya sedang membuat perhiasan secara langsung.

" Sebenarnya ini cita-citaku kak, jadi disainer perhiasan. Aku sempat magang beberapa bulan di sebuah toko perhiasan milik orang tua temanku waktu kuliah." Dan cerita panjang lebar tentang impiannya meluncur bak peluru yang tidak bisa ditahan. " Kak Niah lihat ini, ini kubuat khusus untuk orang yang ku sukai."

Bola mata Daniah juga berbinas, teryata gadis ini benar-benar berbakat. Sebuah pin berkilau yang biasanya di sematkan di jas laki-laki. Baru desainnya saja sudah terlihat berkelas begitu pikirnya.

" Untuk siapa? tuan Saga?"

" Bukan, akukan sudah bilang kalau aku suka sama seseorang."

" Siapa?" Hanya spontan bertanya, tidak dijawab juga tidak masalah. Toh Daniah juga tidak akan mengenalnya.

" Han."

" Oh namanya Han. Apa!" terbelalak. " Maksudmu sekertaris Han?"

Hah! gila dia merona merah wajahnya.

Dan sekali lagi cerita di luar dugaan keluar dari mulut Amera bak meteor yang jatuh kebumi. Tidak bisa mencegahnya berhenti bicara.

Kenapa yang suka padanya gadis semanis kamu begini si

Bersambung