Chapter 191 Masalah baru

Pak Mun sudah menghidangkan jus

segar di atas meja. Daniah langsung mengambil gelasnya dan menghabiskan separuh

isi. Melirik gadis yang bernama Amera. Berusaha menemukan benang merah siapa

dia. Tuan Saga tidak terlalu menolak atau canggung saat bicara dengannya.

Intonasinya juga datar tidak menunjukan antusias ataupun penolakan, mereka terlihat cukup dekat. Walaupun mata tuan Saga

masih terlihat tidak suka kalau Amera menempel padanya tapi dia tidak secara

kasar menghardiknya. Seperti perlakuan tuan Saga pada Jen dan sofi. Apa hubungan mereka sedekat itu. Pikirannya berkecamuk sendiri. Dengan wajah sedikit berkerut.

Tapi tetap saja aku tidak suka.

Cih, kenapa si aku. Ini pasti gara-gara lagi datang bulan moodku kacau balau

begini.

Ibu sekilas menceritakan perjalanan ke luar kotanya. Bagaimana dia mengunjungi paman dan bibi di luar kota. Menyampaikan salam keduanya untuk Daniah dan saga. Lalu dengan senyum hangat dan lembut menyentuh Amera, bagaimana mereka tidak sengaja bertemu setelah sekian lama. Saga membalas sekenanya. Daniah hanya menganggukan kepalanya sopan. Mengusir pikiran di kepalanya, kalau Amera ini adalah gadis yang di siapkan ibu untuk tuan Saga.

“ Apa semua baik-baik saja? Kenapa bulan

madumu di percepat kepulangannya?” Ibu sepertinya sengaja saat menarik tangan

Amera untuk duduk di sebelahnya, menjadi perantara antara dirinya dan Saga.

“ Tidak apa-apa bu, Niah hanya

sedang kurang sehat.” Saga yang menjawab.

“ Kenapa? Apa dia sakit. Bagaimana

kamu itu, seharusnya kamu menjaga kesehatanmu dengan baik.” Daniah tidak

menjawab, dia memilih diam. Toh, jawaban apapun dari mulutnya tidak akan

merubah apa-apa.

“ Cukup bu.” Meraih tangan Daniah. “

Aku yang memutuskan untuk pulang lebih cepat.” Pembelaan itu sungguh sangat

berarti bagi Daniah sekarang.

Mood Daniah benar-benar kacau. Pikirannya yang kacau selama perjalanan karena melihat sikap Saga, di sambut ibu yang membawa seorang wanita yang sepertinya cukup dengan dengan keluarga. Rasanya benar-benar lelah. Andai bulan madu di perpanjang. Andai dia pulang tidak dalam kondisi mood yang tidak stabil, dia yakin dia bisa menghadapi semua ini dengan santai dan tenang.

“ Amera akan tinggal di sini.

Bolehkan? Dia sudah selesai kuliah, Ayahnya dan  pamanmu berharap kamu bisa membantunya bekerja

di Antarna Group.” Ibu menyentuh kepala Amera lembut. Seperti menunjukan pada

menantunya kalau dia sangat menyayangi gadis di sampingnya itu. Dia cantik,

berkelas, memiliki status sosial yang baik dan pintar. Begitu senyum tipis yang

muncul di bibir ibu saat pandangan matanya bertemu dengan menantunya.

“ Kakak bolehkan aku bekerja di

perusahaan. Jen juga sedang magangkan? Boleh aku bekerja dengannya.” Amera

menyambar, matanya melirik tangan Saga ingin meraihnya. Tapi dia tidak punya

keberanian.

“ Ibu, kau tahukan bagaimana

perusahaanku bekerja. Aku tidak pernah memasukan karyawan tanpa seleksi, Jen

bahkan harus melewati prosedur resmi untuk magang di perusahaan. Jadi jangan

memintaku melangkahi prinsipku hanya karena Amera.”

Wajah ibu langsung berubah pias,

dia tahu semua tidak akan semudah rencana yang ia buat. Tapi mendapat penolakan

terang-terangan begini terlebih di depan Daniah menantunya. Ia seperti

merasa kalah dua kali.

“ Kak Saga aku bisa

bekerja apa saja. Aku akan belajar dengan sungguh-sungguh, supaya bisa

bekerja dengan baik.” Memohon, dengan meraih tangan Saga secara berani. “Ya

kak, tolong terima aku ya.” Bola mata bening itu memohon dengan sangat.

Daniah bangun dari sofa, tangannya

terlihat terkepal. Menahan geram. Melihat Saga yang selama ini dingin pada

siapaun  selain pada adik-adik perempuannya membuat

hatinya sedikit terguncang.

“ Niah.” Saga meraih tangan Daniah yang sudah bangkit dari duduk. Dia melihat istrinya langsung merubah ekspresi wajahnya. Itu membuat Saga tergelak dalam hati. Bagaimana Daniah menutupinya, dia bahkan sudah melihat perubahan wajah istrinya bahkan saat melihat Amera di luar tadi.

“ Sayang, sepertinya aku naik ke

kamar duluan ya.” Tersenyum dipaksakan. “Lanjutkan saja pembicaraan kalian.”

“ Baiklah naiklah dulu. Aku masih

ada yang ingin di bicarakan dengan ibu dan Amera.”

Apa! dia memilih duduk di sini

bersama Amera daripada naik bersamaku.

Bahkan sebelum menaiki tangga

Daniah sempat berbalik. Menatap Saga yang malah melambaikan tangan sambil

tersenyum padanya. Sepanjang memasuki kamar dia mengerutu dengan kesal.

Apa-apaan dia, malah melambaikan tangan begitu!

Selepas kepergian Daniah ibu seperti mendapati angin segar. Karena putranya bahkan tidak menyusul istrinya. Padahal diapun melihat tadi, kalau menantunya sedikit terusik dan tidak bisa menguasai pandangannya. Saat melihat keakraban Amera dan putranya.

Menyerang melalui Saga memang tidak mungkin, tapi melaluimu itu bisa saja terjadi. Aku rasa kau bisa melihat perbedaanmu dengan Amera hanya dengan melihat dari luar saja. Begitulah ibu, masih begitu percaya diri dengan semua rencananya.

“ Jadi kakak maukan mererimaku

bekerja.”

“ Ia Saga ibu mohon, ayah  Amera dan

pamanmu sangat berharap.”

“ Ibu.” Suara Saga berubah dingin. Jauh berbeda dari saat Daniah masih duduk di sebelahnya. “

Lakukan saja apa yang ingin ibu lakukan dengan Amera. Ajak dia jalan-jalan dan

berkeliling ibu kota, setelah itu kirim dia kembali pulang.”

“ Kak Saga.”

“ Jaga sikap mu. Kau tahu aku

menyanyangimu seperti Jen dan Sofi, jadi jangan melebihi batasmu.”

“ Saga.”

“ Jangan ganggu Daniahku bu.” Menatap Amera. " Kau juga, bersikap sopanlah pada istriku

Saga bangun dari sofa lalu, tidak menoleh sama sekali pada kedua orang yang duduk saling berpegangan tangan sambil menatap kepergiannya dengan nanar.

Dia memang mengemaskan kalau ngambek

begitu. Apa dia cemburu ya. Sepanjang menaiki tangga yang dipikirkan Saga.

Sementara itu di lantai bawah, urusan belum selesai sepeninggal Saga. Pak Mun maupun Han masih berdiri di tempatnya.

" Apa?" Ibu tidak jadi bangun dari duduk saat Han mendekat dan juga duduk di salah satu sofa. Menatap keduanya dengan jengah. Dia juga sedang lelah, ditambah dengan semua kejadian bodoh yang terjadi menyambut tuan Saga semakin membuatnya kehilangan kontrol dirinya.

" Apa yang nyonya lakukan?"

" Apa? Aku hanya meminta Saga menerima Amera bekerja di perusahaan. Dia sudah menggangap Amera seperti adiknya sendiri, seperti Jen dan Sofi." Nyonya menatap sebal pada sekertaris Han.

Dia bahkan sudah membaca semua pergerakanku.

" Nyonya, saya bisa menahan diri kepada nyonya, karena anda ibu yang di sayangi tuan muda. Tapi, kalau kepadanya." Menatap Amera. " Kalau nona merasa di anggap adik oleh tuan muda, saya harap tidak melewati batas itu. Atau nona yang akan terluka."

Amera mencengkram tangan ibu bergetar. Han bicara dengan kalimat yang datar, tapi tatapannya seperti mengatakan. Habislah kau menggangu tuan mudaku.

" Kau terlalu berfikir berlebihan. Ayo" Bangun dan menarik tangan Amera untuk mengikuti. Duduk berlama-lama dengan sekertaris Han hanya akan menciutkan nyali. Bahkan bisa jadi merubah pendirian Amera yang sudah susah payah dia rayu.

" Nona Amera." Kedua wanita itu berhenti. " Kalau nona benar-benar ingin bekerja untuk Antarna Group, ajukan permohonan secara resmi. Jangan kuatir, saya tidak akan ikut campur di terima atau tidaknya nona."

Amera menatap ibu, tapi dia tidak menjawab karena tangannya sudah ditarik pergi.

Han menatap kepergian keduanya dengan jengah.

Bagaimana mungkin nyonya masih berfikir sebodoh itu, apa dia buta, kalau anaknya bahkan hanya melihat istrinya sebagai satu-satunya wanita di dunia ini. Huh! wanita-wanita lain di anggap berbeda gender dengan istrinya.

Saga menarik handle pintu, melirik semua sudut. Melihat istrinya ada di atas tempat tidur menutupi semua tubuhnya.

" Niah." Diam tidak ada sahutan. Masih mendekat dengan pelan. " Niah, apa kau tidur?" Masih hening, bahkan tidak ada gerakan apapun. Selimut itu masih jejak tidak bergeser sedikitpun. Hanya terdengar hembusan nafas pelan Daniah dari bawah selimut. " Kalau kau cuma pura-pura tidur, kupastikan kau akan menyesal tidak menjawabku."

Baru terlihat ada pergerakan di bawah selimut. Terdengar gumamam pelan sambil menyibak selimut. "Apa! sudah selesai dengan Amera?" Jawabnya acuh pura-pura menguap.

" Kemari, bantu aku ganti baju."

Saga yang sudah ada di depan pintu ruang ganti baju menoleh, saat Daniah tidak beranjak dari tempat tidur.

Wahhh, wahh, dia benar-benar ngambek sepertinya. Kalau lagi cemburu diakan punya energi membangkang tiga kali lipat.

" Niah!"

" Ia, ia. Aku datang."

Dasar, akukan yang sedang kesal. Kenapa intonasimu yang meninggi.

" Ganti bajumu." Setelah selesai ganti baju dan melemparkan baju yang di pakainya dalam keranjang.

" Tidak mau." Daniah membalas cepat.

Lagian cuma dipakai naik pesawat juga. Yang penting aku sudah ganti pembalut tadi.

" Wahh, wahh, kau membangkangku berapa kali setelah kembali ke rumah. Kau punya banyak tenaga sepertinya ya." Mendorong Daniah sampai terduduk di lemari baju. "Mau ku gantikan bajumu?"

" Sayang, hentikan aku masih datang bulan."

" Memang apa yang kau pikirkan dasar mesum?" Menarik ujung baju yang di pakai Daniah. Terlepas dengan mudah. Dilemparkan baju itu ke keranjang pakaian kotor. Ketukan jari-jari tangan di bahu menurun ke area favoritnya.

" Aku pakai baju. Aku mau pakai baju."

Aaaaaa, aku sedang ngambek tahu! Kenapa malah jadi begini si.

Bersambung............