Chapter 179 Bulan Madu (Part 16)

Selepas semua pristiwa yang terjadi

di area pertokoan pusat oleh-oleh, berita yang beredar di kalangan penduduk

lokal benar-benar simpang siur. Mereka membicarakan kedatangan tuan Saga dan

hubungannya dengan Haksan berdasar spekulasi masing-masing. Apalagi setelah

kedatangan tim keamanan daerah. Mobil perusahaan Antarna Group satu persatu

meninggalkan lokasi. Mereka tidak tahu, mobil mana yang di tumpangi tuan Saga.

Banyak dari mereka yang keluar dari toko dan mendatangi kafe. Mencari info

lebih lanjut. Saat melihat Haksan dan para anak buahnya di giring seperti

penjahat mereka mulai menyimpulkan semau mereka. Tapi yang pasti mereka

bersyukur dan mengangap kedatangan tuan Saga sebagai berkah di pulau ini.

Haksan di penjaga keamanan dan

penguasa wilayah yang suka seenaknya sudah tamat riwayatnya. Walikota

benar-benar datang membereskan semuanya. Daripada Han yang turun tangan

pikirnya, semua akan sulit di bereskan kalau laki-laki itu terliibat. Ketika

sore mulai menjelang keramaian wisatawan mulai terlihat meningkat dari hari

biasanya. Sepertinya efek tv nasional pagi tadi membawa dampak positif bagi

promosi. Dan sekarang semua sudah beraktifitas seperti biasanya. Hanya kafeXX

yang tidak seperti biasanya. Senyap, tanpa lampu satupun berpendar di antara

gelapnya malam. Tapi tidak ada yang benar-benar bersimpati degan tutupnya kafe

terbesar di tempat itu.

Sementara Daniah dan Saga kembali

ke vila. Mereka tidur dengan pulas semalaman. Hanya berbagi selimut dan memeluk

satu sama lain. Daniah lelah bukan hanya secara fisik namun juga hatinya.

Seharian ini dia mengalami kejadian yang tidak akan pernah dia lupakan.

Beberapa sketsa masa lalunya masih seperti hantu mendatanginya dalam mimpi.

Bahkan wajah Ve juga muncul. Kelebatan pristiwa kencannya dimasa lalu juga datang

ikut meramaikan. Sampai kejadian di kafe juga. Tangan Saga yang hangat

memeluknya membuatnya tenang dan membuatnya bisa terlelap tanpa suara.

“ Hemmm, mau kemana?” Saga semakin

memeluk erat Daniah yang mengeliat dan berusaha mengangkat tangannnya. Tidak

rela melepaskan. Mata laki-laki itu masih rapat terpejam. Dia menarik ujung

selimut sampai menutupi tubuhnya lagi.

“ Kamar mandi sayang.” Berusaha

mengangat tangan yang melingkar di tubuhnya.

Aku mau bangun!

“ Sebentar lagi, tidurlah lagi.”

Bergumam tidak jelas di telinga Daniah.

“ Sayang aku.”

Aku mau bangun!

Semakin Daniah bergerak semakin

Saga mempererat pelukannya.

“ Diam! atau kau akan menyesal

membangunkanku.” Daniah langsung membeku dan menghentikan gerakan tubuhnya.

“ Ayo tidur lagi  sayang, sebentar lagi ya.” Puk, puk menepuk

punggung Saga pelan berulang.  Membiarkan

laki-laki itu kembali terlelap dengan nafas lembutnya. Dan benar saja hembusan

nafas Saga sudah terdengar teratur. Tangannya juga sudah mulai mengendur. Tapi

Daniah tidak bergerak, dia membiarkan kulit tubuh Saga menghangatkan

perasaannya.

Semalam dia bahkan masih sangat

marah. Berangkat tidurpun tidak banyak bicara. Apa yang terjadi pada kak Haksan

ya, aku tidak berani bertanya sedikitpun. Menyinggungnya pun aku tidak berani.

Tuan Saga sangat marah, aku bahkan belum pernah melihat kemarahannya seperti

kemarin. Semoga laki-laki itu baik-baik saja. Walaupun aku sama sekali tidak

suka padanya.

Mencium pipi Saga lembut.

Terimakasih sudah datang kemarin.

Eh, tapi darimana dia tahu ya? Kalau aku bertemu kak Haksan kemarin.

Daniah hanya bisa menduga bagaimana

rentetan kejadian kemarin bermula. Aran bahkan mengatakan kalau dia terkejut

melihat kedatangan tuan Saga. Berarti dia bukan orang yang melaporkan semua

yang di lakukan Daniah. Tapi siapa ya? Belum ada kesimpulan yang Daniah petik.

Saat matanya menatap wajah tenang Saga, tangannya refleks terangkat dan

membelai pipi itu lembut. Sampai dia juga ikut kembali terlelap tanpa dia

sadari.

Matahari sudah meninggi saat

keduanya keluar dari kamar mandi bersamaan. Daniah duduk manis sementara Saga

mengeringkan rambutnya dengan handuk dan hairdriyer. Menyisir rambut basahnya

dengan jari-jarinya. Dia mengosok rambut miliknya cukup lama tadi di kamar mandi.

Biar bau tangan laki-laki itu tidak

menempel. Membuat Daniah tidak mau protes dengan apapun yang dilakukan Saga

pada rambutnya. Laki-laki itu mencium rambutnya beberapa kali sambil

memainkannya di jari-jarinya.

“ Niah.”

“ Ia.” Mendongak, melihat Saga

mengulung rambut di tangannya.

“ Gantian!” Dengan ekspresi wajah mengemaskan.

Hah! Apa! Gantian?Kenapa dia memasang wajah begitu si. Hatiku mau meledak melihatnya.

Daniah menatap rambut Saga yang

juga masih sedikit basah. “ Maaf sayang aku keenakan. Duduklah, biar ku

keringkan rambutmu.” Menahan senyum malu. Walaupun suaminya main-main dengan

rambutnya tapi rasanya seperti dipijat membuat Daniah lupa diri.  Handuk kecil berpindah ketangannya. Dia mau

berjalan memutari sofa setelah bangun dari duduk. Tapi langkah kakinya terhenti

saat Saga meraih tangannya.

“ Apa sayang?”

Saga menepuk kedua lututnya.

Membuat Daniah langsung memelototkan mata menatap kaki yang ditepuk suaminya.

Kau tidak menyuruhku duduk di

pangkuanmukan!

“Sayang, aku berdiri saja ya. Lebih

mudah mengeringkan rambutmu sambil berdiri.” Belum menyelesaikan kalimatnya

Daniah sudah merasa sorot mata mengancam sedikit muncul di mata suaminya. “Tapi

kalau kau tidak keberatan baiklah. Aku naik ya.”

Dasar, kau menyeringai penuh

kemenangan begitu.

“ Niah.” Menusuk-nusuk kaki dengan

jarinya. Daniah terlonjak terkejut karena fokus mengeringkan rambut sambil memberikan sedikit pijatan lembut di kepala.

Apa si!

“ Ia sayang, kenapa? Berat ya? Aku

turun ya.” Kedua tangan Saga langsung menekan lutut Daniah, membuatnya tidak

bergerak. “Kenapa sayang?”

Maumu apa si, akukan sudah

mengeringkan rambutmu, duduk dipangkuanmu juga.

“ Akukan bilang gantian.”

Ya Tuhan wajah tuan Saga kenapa

manis begitu si. Aaa, aku jadi ingin menciumnyakan. Kenapa dia cemberut begitu lagi.

Versi gantian tuan Saga maksudnya adalah dia mau Daniah mengeringkan rambutnya dengan penuh cinta. Sambil main-main rambut. Sambil cium-cium rambut, begitulah yang dimau tuan muda yang banyak maunya dan paling tidak mau menjabarkan maunya dengan kata-kata. Dan akhirnya Daniah sama sekali tidak paham kemauan suaminya apa.

Tangan Daniah menjatuhkan handuk

yang dia pegang, lalu memegang pipi Saga dengan kedua tangannya.  Mencubit besar lalu mengoyang-goyangkan jarinya kekanan

dan kekiri. Kepala saga ikut bergoyang searah gerakan tangan Daniah. Laki-laki itu makin cemberut. Sementara Daniah tergelak dan terus melakukan kekonyolannya.

“ Kau mau mati ya?”

“ Haha, sayang maafkan aku habis

kau mengemaskan begitu si.” Langsung memeluk Kepala Saga. “Maafkan aku.” Hujan

ciuman di rambut Saga. Masih tersisa tawa saat Daniah mengingat mimik wajah Saga lagi. Sampai Daniah tidak melihat bagaimana senangnya wajah suaminya

dalam dekapannya.

“ Niah.”

“ Ia.”

“ Lagi.”

“ Apa? apa yang lagi?”

“ Semua. Yang kau lakukan tadi

ulangi lagi.”

Haha, apa-apaan si orang ini.

Menunggu dan Daniah hanya

tertawa menanggapi, Saga menjatuhkan tubuh Daniah pelan di sofa.

“ Tidak mau? Kalau begitu biar aku

yang lakukan.”

Aaaa sudah, aku lapar.

Main salon-salonan plus-plus

berakhir juga. Wajah Daniah masih merona saja bahkan sampai dia ganti baju.

Sementara Saga terlihat sangat gembira. Suasana hatinya sudah berubah sekian

derajat dari kemarin.

Pak Mun masuk membawakan sarapan

yang sudah masuk jadwal makan siang ke dalam kamar. Tidak lupa beberapa pil

vitamin yang harus di minum Daniah. Gadis itu duduk sambil memperhatikan

suaminya yang sedang memeriksa hpnya.

Kenapa makan di kamar? Aku ingin

makan di pinggir laut setelah itu pergi menyelam. Dia janjikan mau main air

hari ini.

“ Pak Mun kenapa membawa makanan ke

kamar? Kita makan di pinggir pantai saja yuk.”

“ Tuan muda yang minta nona. Makan

buah dan beberapa kacang-kacangan ini dulu nona sebelum makan nasi.” Pak Mun

menyodorkan sepiring makanan yang khusus di siapakan untuknya. “Sambil menunggu

tuan muda.”

“ Baiklah. Terimakasih pak Mun.”

Kenapa dia ingat si untuk

menyiapkan beginian.

Pak Mun beranjak setelah menata

semua makanan dan Saga selesai dengan pekerjaannya, kemudian berjalan ke meja makan.

“ Selamat makan tuan muda, saya ada

di luar kalau anda membutuhkan sesuatu.”

“ Pergilah istirahat. Kalian semua

bebas melakukan apapun hari ini. Aku dan Daniah akan menghabiskan hari ini di

kamar.”

Apa dia bilang? Menghabiskan hari

di dalam kamar!

“ Baik tuan muda.” Pak Mun langsung

beranjak setelah menundukan kepala pada tuannya. “ Saya permisi nona, tolong dihabiskan

apa yang ada di piring nona.”

“ Haha, ia pak Mun. Terimakasih

banyak.”

Saga sudah duduk. Mengambil garbu

di tangan Daniah. Lalu mengambil potongan buah dan memasukannya ke mulut

Daniah. Gadis itu hanya bisa menurut membuka mulut, mengunyah dan menelannya.

“ Manisnya kalau istriku patuh begini.

Habiskan ya.”

Menjawab dengan senyuman saja.

“ Sayang, hari ini kita mau kemana?

Menyelam, kau janjikan kita mau menyelam hari ini.” Sengaja bertanya, walaupun

jelas-jelas tadi mendengar kalau hari ini adalah jadwal di dalam kamar.

“ Tidak.” Tuh kan jawabannya tidak

mungkin berubah.

“ Kenapa?"

“ Kita akan seharian di kamar.”

Apa! mau apa?

“ Sayang kenapa? Kamukan janji mau

pergi menyelam.”

“ Aku masih ingin membunuh orang.”

Meraih dagu Daniah. “Amarahku belum benar-benar reda, sedikit saja terpancing

kau akan menyesal mengajakku keluar.”

Aaaaa, kenapa masih diingat si

pristiwa kemarin. Lupakan! Lupakan donk.

“ Baiklah. Kita bisa pergi besok

lagi. Lalu apa yang mau kita lakukan?”

“ Apa?” tersenyum. Sambil meraih

tubuh daniah mendekat. Sudah merasai bibir manis yang habis memakan buah segar.

“ Tentu saja bermain di tempat tidur.”

Aaaaa, gila apa!

bersambung