Chapter 169 Bulan Madu (Part 8)

Setelah keluar masuk beberapa toko.

Termenung cukup lama sambil membayangkan wajah Saga, Daniah menemukan barang

yang sekiranya membuat suaminya puas. Walaupun dia masih deg-degan juga saat

keluar dari toko tadi. Takut kalau ternyata laki-laki itu masih protes juga.

Aku akan memberikannya dengan gaya

imut, sambil bilang aku memikirkannya sepanjang mencari hadiah.

Daniah seperti mendapat asupan

tenaga lagi. Seteleh berhasil meyakinkan dirinya sendiri. Dia berteriak sambil

berlari kecil membelah kerumunan manusia menuju area kafe ataupun kedai

makanan. Tempat orang-orang berburu kuliner. Baik makanan yang sepertinya

populer baru-baru ini sampai makanan dengan citarasa lokal yang melegenda. Dia sudah terlihat

menunjuk-nunjuk sebuah kios kecil yang menjajakan makanan.

Aku ketemu cilok di sini. haha,

cilok adalah makanan bangsa yang bisa ditemui di mana saja.

Dia memesan dua porsi pedas

untuknya dan dan Aran. Puas sekali. Walaupun banyak jajanan lain, tidak tahu,

matanya tertuju ke kios dengan stand warna mencolok bergambar cilok.

“ Kak Niah.” Pasrah menatap dua

porsi cilok yang ada di tangan Daniah.

Sepertinya aku sudah berkali-kali

dibunuh  sekarang, berapa kali sudah

melanggar aturan tertulis tuan Saga. Semoga tuan Han tidak menanyakan sampai

detail makanan yang dimakan nona.

Aran menerima satu cup yang dibeli

Daniah untuknya. Diapun ikut makan karena melihat Daniah makan dengan lahap.

“ Kita ke kafe itu saja ya. Mau

mendinginkan badan.” Daniah tertawa sambil menunjuk sebuah kafe yang nampak

paling ramai. Karena lokasinya terbilang strategis dengan luas bangunan paling

besar dibandingkan dengan yang lain. Aran mengikuti di samping Daniah sambil

menghabiskan cilok di tangannnya.

Makin di makan makin enak juga

ternyata.

Seperti yang terlihat dari luar,

ketika masuk ke dalam kafe langsung di sambut udara dingin dari  pendingin udara. Daniah sampai mengusap

tengkuknya yang berkeringat karena cuaca di luar. Dia mengedarkan pandangan

menyapu ruangan. Seorang pelayan mendekat dan menyapa.

“ Dua orang mbak, minta kursi di

dekat jendela ya.” Katanya.

“ Silahkan.” Dia mempersilahkan

tangannya, meminta kedua pelanggannya mengikuti. Cilok di tangan keduanya belum

habis. “ Silahkan.” Setelah mendapat tempat duduk yang diinginkan, Daniah

menerima menu yaang di sodorkan.

“ Aran mau apa? pilihlah.”

“ Saya sama dengan kak Niah aja.””

“ Hei, jangan begitu. Pilih yang

kamu sukai. Selama tidak ada Han, kamu bebas melakukan apapun.”

Nona, apa anda masih tidak sadar

dua pengawal di belakang kita itu.

“ Aku ingin minuman segar yang

tidak terlalu manis. Sepertinya jus nanas enak. Kalau begitu aku pesan jus

nanas aja ya mbak. Dengan bongkahan batu es ya. “ Membayangkan saja pasti

minuman itu akan segar sekali. Aran sendiri memilih jus jambu dengan susu.

Mereka tidak memesan makanan

apapun. Daniah masih menghabiskan cilok di dalam cup miliknya. “Terimakasih ya.

Hari ini menyenangkan sekali.”

“ Ia kak, saya juga senang sekali.”

Hei kalian jangan menatapku seperti

itu. Dari tadi nona yang mengajaku bicara. Memang aku harus diam kalau dia

bicara padaku.

Aran berusaha mengalihkan

pandangannya dari kedua laki-laki yang juga pesanan minuman mereka datang

bersamaan. Menataap Aran dengan wajah tanpa ekspresi.

Saat Pesanan sampai di meja. Langsung  diterima dengan bahagia oleh Daniah.

Gadis itu menghabiskan hampir separuh gelas minumannya. Sampai terdengar

pecahan batu es yang bergesek.

“ Haha, aku haus sekali.” Minum lagi

beberapa sedotan sampai terdengar lagi gesekan batu es. “Tuan Saga sudah

selesai belum ya?”

“ Tuan Han sudah menanyakan kita

dimana beberapa waktu lalu kak. Mungkin saja tuan Saga sudah mau selesai.” Aran

memeriksa hpnya lagi. Jangan-jangan ada pesan masuk. Tidak ada, aman batinnya.

“ Benarkah?” Merasa senang, karena

mereka tidak perlu bertemu di keramaian seperti ini. Dia akan kembali sebelum

tuan Saga selesai, itu rencana awalnya tadi. “Aran ceritakan tentang dirimu.

Sejak kapan kau bekerja di Antarna Grup?”

Aran baru saja mau meletakan

sedotannya dan menjawab, tapi tiba-tiba sebuah suara yang terdengar nyaring dan

senang terdengar. Membuatnya lagi-lagi tidak sempat meluruskan kesalahpahaman.

“ Niah! Daniah! Benar Daniah!”

Yang dipanggil segera memalingkan

wajah menuju suara yang memanggilnya. Saat matanya bersitatap tiba-tiba

wajahnya langsung berubah. Senyum di bibirnya pudar seketika. Aran melihat

dengan jelas tatapan tidak suka Daniah pada laki-laki yang antusias mendekat ke

meja mereka.

Sial! Kenapa aku bertemu berandalan

ini di tempat seperti ini. Apa yang dilakukannya di kota ini! Baiklah, pura-pura

tidak kenal. Acuhkan dia.

Daniah menundukan kepala lagi,

mengaduk minumannya.

“ Kau mau pura-pura tidak

mengenaliku?”

Sial! Kenapa dia tahu si. Apa isi

kepalaku ini transparan sampai bisa ditebak.

Tanpa bertanya ataupun permisi

laki-laki yang baru saja menyapa dan memanggil nama Daniah dengan riang  itu sudah menarik sebuah kursi. Mau duduk

persis di samping Daniah.

“ Hei tuan apa yang anda lakukan?”

Aran menarik kursi itu menjauh sebelum sempat di duduki. “Tuan bahkan tidak

bertanya apa boleh bergabung bersama kamikan?”

Kenapa muncul laki-laki seperti ini

si, dalam bayangankukan muncul laki-laki keren yang paling tidak selevel dengan

tuan Saga. Dalam ketampananlah minimal, walaupun kalau uang tidak mungkin

mengalahkannya.

“ Hah! Siapa dia? Temanmu?” Tangan

laki-laki sok akrab itu sudah bergerak ingin menyentuh dagu ataupun wajah Aran.

Daniah segera refleks menepis tangan lancang itu.

“ Jangan ganggu temanku!” Daniah

bicara dengan nada ketus. Menatap tajam dan benci.

“ Haha, kamu benar-benar tidak

berubah ya Niah. Teman-temanmu selalu jadi kelemahan terbesarmu. Sekarang sudah

ingat aku kan?” Dia tersenyum sinis sambil melirik Aran dan menarik kursi yang

di geser tadi. “ Karena ini kafe milikku, aku tidak perlu izin siapapun  dan bisa duduk dimanapun aku mau. Apalagi

saat aku bertemu teman lamaku.”

Cih, aku sampai lupa kalau dia

memang murid paling kaya di SMU dulu.

“ Kenapa kau sama sekali tidak

berubah. Apa kau masih bocah SMU yang sok kuasa karena kekayaan orang tuamu!”

Mendengar Daniah bicara dengan

keras dia malah tertawa.

“ Sekarang aku sudah punya

kekayaanku sendiri. Haha. Tapi Niah kau tetap manis sama seperti dulu. Apalagi

kalau sedang marah padaku.” Tidak tahu terbuat dari apa urat malu laki-laki di

depannya ini. Tapi Daniah masih merasa, kalau dia sama persis dengan berandalan

SMU yang menyusahkan kehidupan remajanya dulu.

“ Tutup mulut anda tuan!” Aran

bangun dari tempat duduknya. Mendekat dan berdiri di samping Daniah.

“ Haha, siapa dia Niah.

Pengawalmu?”

Daniah menarik tangan Aran yang

sudah hampir mengebrak meja di depannya.

Ya Tuhan kenapa aku bisa bertemu

berandalan gila ini. Laki-laki di hadapannya ini memiliki rapor hitam selama di

sekolah. Dan lebih menyebalkan lagi dia selalu lepas dari hukuman karena

keluarganya yang kaya raya dan penyokong hampir separuh dari semua kegiatan

sekolah. Dan ilmu bela dirinya tidak main-main. Parahnya dia bisa memukul

perempuan.

Huh! Ku pikir tuan Saga itu

laki-laki paling seenakya dimuka bumi ini. Sampai aku ingat lagi dengan

berandalan ini.

“ Aran tidak apa-apa. Dia

berandalan di Smuku dulu. Kami satu sekolah.”

Hah! Apa dia ini mantan nona?

Kenapa aku benar-benar ketemu dengan mantan nona. Aaaaa, apa aku sedang dikutuk

karakter-karakter novelku yang kadang aku buat susah kalau ketemu para mantan.

Seharusnya mereka dibuang ditempat sampah. Cih.

“ Kau lumayan juga, tapi kau bukann

seleraku.” Menatap Aran sinis sambil menyeringai. Setelah itu beralih menatap

Daniah. “ Niah, bagaimana denganmu. Kau sudah punya pacar?””

“ Aku sudah menikah.” Menjawab

cepat.

“ Haha, ayolah. Kau tidak akan

mengaku kalau kau menikah dengan tuan Saga Rahardian presdir Antarna Groupkan?”

Wajah Daniah semakin kesal ketika

mendegar laki-laki di depannya tertawa semakin keras. Caranya tertawa masih

sama seperti yang ada diingatannya. Dan dia membenci itu.

“ Tebakanku benarkan kau mau mengaku

sebagai wanita yang dicintai tuan Saga. Sudah ada lima Daniah yang ku kenal

mengaku sebagai istri presdir Antarna Group.” Dia tertawa dengan puas, bahkan

memukul meja di depannya. Merasa bangga karena berhasil menebak arah pikiran

Daniah.

“ Jadi aku orang  ke enam ya? Sepertinya aku kurang beruntung,

biasanya orang-orang percaya lho kalau aku bilang aku istri tuan Saga. Daniah

yang fenomenal itu.” Daniah menenangkan Aran di sampingnya yang sudah semakin

gusar. Aran sepertinya kesal melihat pandangan melecehkan laki-laki di

hadapannya ini ketika melihat Daniah. Itu bukan mata penuh cinta. Itu pandangan

ambisi dan ingin memiliki. Sebatas kepuasan ia bisa memiliki sesuatu yang sulit

dia dapatkan.

Sebenarnya hubungan mereka di masa

lalu apa si. Kau tahu, kalau tuan Saga sampai tahu kejadian ini, aku yakin kau

akan jadi bubur lumer yang tidak akan di kenali siapapun. Sial, para pengawal

saja melihat jelas kejadian ini. Mereka sedang menahan diri karena melihat nona

sangat tenang menghadapi laki-laki ini.

“ Kak Niah, ayo kita pergi.” Aran

meraih tas tangan Daniah di atas meja.

“ Wahh, kau kurang ajar sekali ya.

Akukan sedang bicara dengan Niah. Kami sedang nostalgia masa lalu.” Mengedipkan

mata jenakanya, dan senyum tidak tahu malunya.

“ Tutup mulutmu. Tidak perlu ada

kenangan apapun yang perlu di kenang dalam hubungan kita. Bertemu denganmu lagi

saja sudah seperti mimpi buruk.”

“ Ayolah Niah, kitakan pernah

berkencan sekali.”

“ Hei, kalau kau tidak memukul dan

menyekap temanku, apa kau pikir aku mau pergi kencan denganmu!” Daniah

berteriak akhirnya. “Mengelikan sekali, kau sama sekali tidak berubah. Tidak

tahu malumu itu sudah kelewatan.”

“ Wahhh, manisnya. Kau masih sama

manisnya seperti dulu kalau marah. Apa kalau aku melakukan lagi pada temanmu

ini.” Dia menunjuk Aran. “ Kau mau berkencan semalam denganku.”

“ Apa kau tidak dengar tadi, kak

Niah sudah menikah. Jadi berhentilah sampai di sini sebelum.”

“ Sebelum apa? haha. Sebelum tuan

Saga mematahkan tanganku. Ayolah Niah, sampai kapan kau akan bersandiwara dan

mengaku menjadi istri tuan Saga.” Dia terlihat menimbang-nimbang. “ Kamu memang

manis si, tapi seleranyakan seperti pelukis Helena yang punya tubuh seperti

supermodel itu. Sedangkan kau.”

Byurrr. Sisa jus nanas dan beberapa

bongkahan batu es sudah mendarat tepat di wajah laki-laki itu. Sementara gelas

kosong itu masih di gengam Aran dengan gemetar.

“ Beraninya kau!” dia bangun dari

kursinya. Daniahpun demikian menarik Aran berdiri di belakangnya. Melindungi. Karena melihat

sorot mata laki-laki di depannya sudah memerah kesal.

Gawat dia marah. Dan aku tahu

segila apa dia kalau marah.

Aran yang mau berjalan ke depan

Daniah tertahan. Tangan nona mudanya itu masih melindunginya. Keributan yang

terjadi langsung mengundang para pelayan bahkan para penjaga kafe masuk. Para pelanggan kafe sudah berdiri dari kursi mereka. Yang penasaran masih bertahan ingin melihat sampai sejauh apa kegaduhan ini. Yang tidak suka keributan segera menyingkir keluar setelah membayar tagihan.

“ Kenapa Boss?” ucap mereka panik.

Apalagi saat melihat wajah boss mereka dan rambut terlihat basah dan lengket.

“ Sial, aku sebenarnya ingin

baik-baik menyapa tadi. Tapi temanmu sudah kurang aja.” Menatap Aran penuh

kekesalan. “Aku bisa memaafkanmu kalau kau yang melakukannya, tapi karena dia

yang menyiramku, dia harus membayarnya dengan setimpal kan?”

Daniah maju dan akan memberi pembelaan. Namun dua pengawal yang sedari tadi hanya diam mengamati sudah berdiri di depannya membentangkan tangan.

“ Nona, apa nona tidak apa-apa?”

Sementara tangan Daniah masih melindungi Aran di belakangnya.

" Kenapa kalian baru bereaksi?" Aran berbisik sambil mengeram kesal. Karena tahu kedua orang tadi sudah menonton pertunjukan.

" Sekertaris Han ingin melihat kerjamu. Bagaimana kau bekerja." Menatap Aran meremehkan. "Sepertinya kau tidak berguna sama sekali melindungi nona."

Hei, Apa!

“ Apa-apaan ini! Siapa kalian?

Kalian tidak tahu siapa aku?" Si pembuat onar mundur beberapa langkah. " Niah, mereka siapa? suamimu?"

Aaaa, apa ini akhir dari riwayat pekerjaanku. Dia tidak akan mengusirku dan menyuruhku berenang keluar pulaukan. Aran.

Kekacauan akan berlanjut.

Bersambung