Chapter 168 Bulan Madu (Part 7)

Oleh-oleh akan selalu jadi

prioritas wisatawan. Baik itu yang berasal dari mancanegara maupun wisatawan

domestik. Membuat area perbelanjaan seperti ini sungguh peluang yang sangat

bagus. Para pelancong bisa mendapatkan aneka barang lokal dalam satu tempat. Bahkan

tempat seperti inipun bisa menjadi salah satu destinasi wisatawan daerah

setempat juga. Karena bukan hanya toko-toko, kuliner pun lengkap. Ada pula

arena bermain anak-anak yang bisa dimasuki dengan membayar tiket dengan harga

yang cukup terjangkau.

Daniah bisa melihat anak-anak

berlarian dengan gembira. Sementara orang tua mereka berjalan santai sambil

bergandengan tangan. Mengawasi dari belakang.

Manisnya mereka.

Daniah menarik tangan Aran memecah

keramaian pengunjung, sekarang  mereka

berjalan beriringan layaknya teman sepermainan yang sedang berlibur.

“ Aran, kamu pilih juga ya apa yang

mau kamu beli.” Menepuk tangan Aran yang di gandengnya. “Jangan sungkan.”

“ Terimakasih nona, tapi saya tidak

apa-apa.”

“ Kak Niah, panggil aku kak Niah. “

Daniah memukul bahu Aran. “ Kitakan sudah janji dengan mengaitkan jari tadi.”

Habislah aku, kalau sampai tuan Han

tahu. Aran.

Daniah memutuskan toko pertama yang

ia masuki adalah toko aksesoris dan perhiasan. Batu warna warni yang berkilau

sudah membuat kantong wisatawan bergetar ingin memborong semuanya.  Daniah melihat ke dalam etalase toko.

Kalung-kalung cantik dengan liontin batu-batu berwarna-warni. Dia mengeluarkan

hpnya dan melakukan voice call.

“ Hallo mbak Niah!” teriakan dari

layar hp berebut berada di paling depan. Para pegawai ruko berkumpul. Dari

semua lantai. “ Mbak Niah kangen!” teriak mereka bersamaan.

“ Aku juga kangen!” Daniah tak

kalah memekik. “ Lihat!” di gerakan kamera hp ke dalam etalase yang memajang

asesoris cantik-cantik itu. “ Kalian mau pilih yang mana? Haha. Boleh pilih

satu-satu ya.”

Semua ribut bersautan. Akhirnya

Daniah memfoto semua asesoris dan mengirimkan ke dalam grup toko. Semua memilih

masing-masing. Cukup lama, bahkan ada yang berebut dan sampai adu ketikan

karena mereka memilih barang yang sama.

Sementara itu Aran di belakang

Daniah hanya berdiri tidak bergerak melihat apa yang dilakukan Daniah.

Mereka itu siapa si? Kenapa nona

Daniah ini benar-benar di luar jangkauan kepalaku karakternya. Dia ini

benar-benar tidak seperti nona kaya yang pernah kutemui. Ku pikir istri tuan

Saga seharusnyakan bergaya elegan dan sok kaya kan. Sombong sedikit juga tidak

apa-apalah. Tuan Saga lho suaminya.

“ Aran, kemarilah. Pilihlah yang

kamu suka.”

Lamunan Aran langsung buyar. “ Saya

juga?” menunjuk dirinya tidak percaya.

“ ia.”

Daniah sudah memisahkan semua

aksesori yang dipilih karyawannya. Dia membelikan satu set dengan warna senada

dengan kalung hasil pilihan mereka masing-maing. Dia memang tidak menawarkan

yang lain tadi. Biar jadi kejutan saat mereka membuka kotak hadiah mereka masing-masing

nanti. Cincin, anting-anting dan gelang dengan warna senada, adalah bonus rasa

sayang dan terimakasihnya untuk semua karyawannya.  Walaupun semua dibeli dengan uang tuan Saga.

Haha.

Sementara Aran melihat-lihat, isi

etalase yang membuat mata wanita berbinar.

Semua cantik-cantik begini, tapi

sepertinya terlalu mencolok kalau aku yang memakainya.

Dia sedang mengukur dirinya

sendiri. Karena memang dia jarang memakai perhiasan.

“ Bagaimana ini? Kamu bisa

memasangnya di hp kamu. Aku tahu kok, Aran gak terlalu suka sama perhiasankan.

Bisa aku liat dari style dan gaya pakaian yang kamu pakai.”

“ Ia.” Tersenyum malu. Lalu memilih

salah satu benda yang direkomendasikan Daniah. Walaupun dengan ragu dia

menyerahkan hasil pilihannya ke tangan Daniah untuk di hitung dengan yang

lainnya.

Nona, kenapa anda baik sekali

begini si. Masih tidak percaya dengan situasi yang dilihatnya dengan mata

kepala sendiri.

Mereka terlihat keluar masuk

toko-toko. Para pelayan toko dengan ramah melayani semua kemauan Daniah.

Selesai di satu toko, sambil membawa tas belanjanya dia menarik tangan Aran

agar mengikutinya dengan cepat. Masuk lagi ke toko berikutnya memilih banyak

benda.

Aran mendengar sebelumnya Daniah

menyebutkan nama-nama wanita sebelum memilih benda yang akan dia beli.

Dari tempatnya duduk Aran sedang

menghitung, berapa total jumlah uang yang dikeluarkan nona muda di hadapannya

yang sedang memilih barang. Dia menyerah, karena hanya akan membuat kantong dan

airmatanya menetes pilu. Tapi yang di lihat Aran dari setiap kali benda yang

dia beli nona Daniah tidak pernah memilih untuk dirinya sendiri. Tidak ada

satupun barang yang dibelinya khusus untuknya.

Hah! Jadi semua ini benar-benar dia

beli untuk orang lain. Apa! para pelayan di rumah orangtuanya juga mendapat

jatah. Ya tuhan, nona Daniah ini malaikat ya, sampai memikirkan itu.

“ Aran ada lagi yang mau kamu

beli?”

“ Tidak nona, eh Kak Niah. Anda

sudah membelikan saya banyak sekali. Dan juga sepertinya tangan kita sudah

tidak muat.” Aran mengangkat kedua tangannya. Penuh.

“ Haha, maaf ya aku merepotkanmu.”

Ditangan Daniahpun sama.

“ Tidak, bukan begitu maksudnya.

Saya masih bisa membawa semuanya sendiri, berikan tas yang kak Niah pegang.”

Merasa bersalah karena sikap kurang ajarnya.

“ Sudahlah tidak apa-apa. Aku sudah

terbiasa membawa barang-barang sebanyak ini dengan tanganku. Aku gadis pekerja

keras sebelum menikah dengan tuan Saga. Hehe.”

Inimah bukan apa-apa, gumam Daniah.

Dia bisa membawa sekotak besar pakaian dengan tangan kecilnya.

“ Tapi kak, bagaimana kalau kita

berikan pada para pengawal saja tas-tas ini untuk di bawa ke mobil. Biar kak

Niah nyaman. Masih ada yang mau dibelikan.” Aran menunjuk dengan ekor matanya.

Dua orang yang sedari tadi mengawasi mereka dalam diam.

Biar mereka punya kerjaan.

“ Pengawal? Memang mereka ada di

sekitar sini.”

Apa! jadi dia tidak sadar kalau

sedari tadi ada dua orang yang mengikuti kami.

“ Mereka kak.” Aran menunjuk dua

orang yang berdiri tidak jauh dari mereka. Kedua orang itu mengangukan kepala

ketika Daniah melihat ke arah mereka.

“ Apa! Jadi mereka mengikuti kita

dari tadi.” Terbelalak tidak percaya. Saat Daniah melambaikan tangan keduanya

mendekat dan menerima semua tas belanjaan.

“ Bagaimana kau bisa tahu, wahh,

Aran keren. Udah mirip pengawal level tinggi, sampai tahu kalau diikuti.”

Tidak sama sekali nona, mereka

mengikuti kita sudah sangat mencolok sekali. Anda saja yang kelewat bahagia

tadi belanja sampai tidak menyadari.

“ Saya tidak punya kemampuan

semacam itu kak.”

Hanya salah satu dari pengawal yang

membawa tas belanjaan ke mobil. Salah satunya tetap mengikuti.

“ Apa masih ada yang mau kak Niah

beli?”

Daniah berjalan masih sambil

melihat-lihat. Berfikir sebentar, sepertinya sudah tidak ada. Dia sudah

mengabsen semua nama yang akan dia bawakan oleh-oleh..

“ Apa kak Niah tidak membelikan

tuan Saga apa-apa.” pertanyaan Aran langsung membuat Daniah berhenti. Benarkan,

ini yang sedari tadi terlintas di ujung kepalanya tapi tidak ia temukan

jawabannya. Dia berbalik dan menghambur memeluk Aran. “ Kak Niah kenapa? Gadis

yang dipeluk langsung terkejut.

“ Aran terimakasih sudah

mengingatkanku sesuatu yang sangat penting. Kau menyelamatkan hidupku.””

Bagaimana aku bisa sampai lupa pada

suamiku yang mengemaskan dan bisa mengila itu kalau tahu aku membelikan

barang untuk semua orang. Kecuali dia.

“ Aran, apa kau mau membeli untuk

sekertaris Han juga.”

“ Apa? tidak kak. Dia punya uang

yang berlimpah untuk membeli apapun yang dia mau.”

Kalau sampai aku membelikan sesuatu

untuknya, bisa-bisa dia melemparkan ke wajahku sambil bilang. Beraninya kau

memberiku barang murahann seperti ini! Sambil melemparkan kemukaku dan mencelos

pergi.

“ Tidak apa-apa. aku yang bayar.

Anggap saja untuk menyuapnya supaya dia bersikap baik padamu.”

“ Tidak kak, tidak perlu.”

Dia tidak akan pernah bisa bersikap

baik dan normal padaku.

Acara penting yang di hadiri Saga

sudah berakhir. Ketika media berkerumun dan meminta waktu wawancara Han sudah

mengerakan tangaannya. Bahwa tidak ada wawancara khusus denga presdir Antarna

Group. Hanya para pejawab kota XX beserta Keanu yang terlihat melakukan

konfrensi press. Sementara Saga kembali keruang tunggu VVIP yang di sediakan

untuknya.

Dia terlihat jengah selama acara.

Beberapa kali melihat jam yang ada di tangannya.

“ Kapan kita pergi?” Katanya mulai

terdengar gusar. Yang ada di kepalanya hanya wajah Daniah. Yang ntah kenapa

sedang tervisualisasi duduk termenung sambil menunggunya. Padahal tidak sama

sekali tuan muda. Istrimu sedang bahagia di luar sana.

“ Setelah jamuan makan tuan.” Han

menjawab. Dia juga merasa kesal karena tidak bisa melakukan apapun. Dia tahu

Saga sudah merasa bosan sedaritadi.

“ Apa! Kau sudah gila ya. Aku mau

makan siang dengan Daniah.”

“ Maaf tuan, tuan Ken benar-benar

memaksakan kehendaknya kali ini. Anda belum bisa pergi sebelum jamuan makan.”

Kalau Saga pergi sebelum jamuan,

aku akan datang ke vila kalian. Menggangunya semalaman. Sialan. Han bahkan

benar-benar mengumpat di depan Ken yang hanya di jawab dengan gelak kemenangan

laki-laki itu.

“ Apa yang dilakukan Daniah

sekarang?” Melihat jam tangannya lagi.

“ Nona sedang pergi berbelanja.”

“ Apa dia merindukanku sekarang?”

Pertanyaan yang seharusnya tidak butuh jawaban. Tapi dia menunggu Han menjawab

untuk membuat hatinya senang.

Tidak sama sekali tuan, nona

bersenang-senang dengan gembira tanpa sedikitpun memikirkan anda. Level cinta

nona masih jauh dibawah anda.

“ Han, aku ingin melihat wajah

Daniah.”

“ Nona juga pasti merindukan anda

tuan muda. Begitukan kalau sepasang kekasih diikat oleh cinta. Kalian terikat dalam pikiran kalian masing-masing.” Han merasa

merinding dengan kata-kata karangannya sendiri.

“ Benarkah!” senyum senang sudah

muncul di wajah Saga. Tapi dia langsung gusar. “ Kurang aja! Kau sudah membual

ya” Saga menendang meja di depannya saat mendengar Han tergelak tadi. “ kau mau

mati ya?”

“ Tidak tuan maafkan saya. Nona

juga pasti sedang memikirkan anda sekarang.” senyum kecil itu muncul lagi. Membuat Saga benar-benar ingin menendang kaki Han sekarang.

“ Berhenti bicara omong kosong kalau kau tidak mau mati sekarang!”

Cih, habis kau kalau kau bilang tidak merindukanku nanti.

Karena sepanjang hari ini isi kepala Saga hanya dihantui wajah istrinya Daniah.

Bersambung