Chapter 148 Konsultasi ke dokter

Jadwal konsultasi ke rumah sakit

sudah ditetapkan. Sekertaris Han memberi tahukan melalui pesan singkat, sesaat

setelah Daniah turun dari mobil diarea parkir rukonya, dia bahkan belum masuk

ke dalam ruko. Leela sudah mengajaknya langsung pergi lagi, begitu dia

mendapati pesan yang sama di hpnya.

Kenapa dia tidak memberi tahu

dirumah tadi si, dia pasti sengaja. Sepertinya keduanya terlihat mengerutu

dalam hati masing-masing, sambil masuk ke dalam mobil. Leela sudah membawa

kembali mobilnya, melintas di jalan raya saat sebuah pesan masuk lagi ke hp milik Daniah.

“ Apa anda mau tuan muda menemani?”

pesan dari sekertaris Han, langsung membuat Daniah panik. Membayangkan saja dia

sudah bisa memprediksi akan seheboh apa kunjungannya ke dokter kalau sampai

tuan Saga juga ikut.

“ Tidak!”

Daniah sengaja membumbui dengan

tanda seru. Baginya konsultasi dan pemeriksaan hari ini sudah cukup

menegangkan. Tidak mau ada Saga di sampingnya yang tentunya hanya akan membuat

semuanya menjadi penuh tekanan. Diapun berfikir, kalau ada apa-apa dengan

tubuhnya, dia tidak tahu bagaimana harus menghadapi kemarahan suaminya saat itu juga. Pil

kontrasepsi kembali terngiang, membuatnya benar-benar yakin untuk pergi

sendiri. Paling tidak dia bisa menyiapkan diri dengan segala kemungkinan.

Aaaaa, periksa kehamilan nanti diapain

aja ya. Kenapa aku merasa cemas begini.

Sepanjang perjalanan Daniah

tengelam dalam kecemasannya sendiri. Saat mobil sudah sampai di area parkir.

“ Leela kenapa dokter Harun sudah

ada di depan pintu? Dia tidak datang menyambut kitakan?” bukankah terlalu

berlebihan sampai di sambut begini. Terlebih lagi di sampingnya juga berdiri

dua orang wanita. Tidak tahu statusnya siapa.

“ Tidak nona, dia hanya menyambut

nona.” Leela keluar dari mobil untuk membukakan pintu, tapi Daniah lebih cepat,

sebelum gadis itu berjalan memutar dia sudah keluar dari mobil.  Saat melihat Daniah turun dari mobil dokter

Harun berjalan mendekat. Dia sudah tersenyum sepanjang langkahnya. Laki-laki

itu memang terlihat selalu bahagia, setiap kali Daniah bertemu. Dalam situasi

apapun.

“ Kakak ipar selamat datang, senang

bertemu denganmu lagi.” Dokter Harun sudah  berjalan mendekat, bahkan ingin  memeluk Daniah.

Karena antusiasnya. Tapi secepat kilat Leela sudah menghadang langkah kakinya.

Kedua wanita yang berdiri dibelakangnya terlihat menahan senyumannya.

“ Silahkan tunjukan kami jalannya

dokter.” Tersenyum penuh ancaman. “Tidak perlu terlalu banyak basa-basi.”

Keduanya terlihat sangat akrab. Leela bahkan bicara dengan bahasa yang cukup

santai. Berbeda sekali ketika bicara dengan sekertaris Han sekalipun yang

merupakan saudaranya sendiri. Daniah memperhatikan tingkah keduanya.

“ Cih, aku tidak menyapamu. Aku

menyapa kakak ipar.” Menatap Leela kesal, langsung memalingkan wajah, dan

kembali senyum sejuta wattnya dia berikan khusus untuk Daniah.

“ Jangan panggil nona dengan

sebutan itu, tuan muda tidak akan suka mendengarnya.” Seperti biasanya, Leela

bersikap sekaku protokoler.  Dokter Harun

memutar kepalanya berkeliling area parkir. Lalu mengangkat bahu dan mengejek

sinis.

“ Saga tidak ada, jadi berhentilah

bicara. Minggir sana”

“ Saya akan mengadukan pada tuan

muda.”

“ Hei, bisa tidak kau kendurkan

sedikit gayamu itu. Serigala galak.” Mendorong lengan Leela agar minggir.

Sementara Daniah dan kedua wanita di belakang dokter Harun menonton

pertengkarang mereka dan tidak bisa menahan gelak. Seperti bocah yang

memperebutkan perhatian kakak mereka. Dan anehnya Daniah merasa kedua wanita

itu sangat memaklumi. Seperti tahu sedekat apa hubungan mereka berdua.

“ Kakak ipar.” Kembali pada Dania, tidak mengubris pandangan sebal leela.

Dia meminta Daniah untuk mengikutinya.

“ Jangan panggil nona seperti itu.”

Berkata dengan setengah berteriak.

“ Sudahlah Leela.” Akhirnya Daniah

melerai, sesungguhnya dia merasa senang, untuk pertama kalinya dia melihat

sikap Leela selayaknya manusia normal. Ternyata gadis ini bisa bersikap

kekanakan seperti ini ya gumamnya.

Dokter Harun merasa menang karena

dibela, lihat wajah sombongnya itu saat berdiri di samping Daniah. Leela

tersenyum kecut mengikuti dari belakang.

“ Dokter, ini hanya pemeriksaan

biasakan. Aku merasa agak sedikit cemas.” Daniah mengatakan apa yang dia

rasakan. Berharap setelah mengatakan bisa mengusir perasaan itu. Tapi tetap

tidak ternyata.

“ Jangan cemas kakak ipar. Kita cuma

akan cek up kesehatan biasa, gak akan diapa-apain. Hei Leela kamu mau cek up

juga? Aku kasih diskon 99 persen deh.” Meledek Leela lagi.

Leela mendelik kesal. “ Aku

benar-benar akan mengadukan mu pada tuan muda.” Ancamnya juga.

“ Cih, dasar serigala galak.”

Mereka masuk ke dalam rumah sakit.

Saat bertemu beberapa orang terlihat mereka menyapa dengan sopan dokter Harun.

Lalu mereka berjalan menuju bagian kandungan dan anak. Terlihat beberapa ibu

yang sudah hamil besar sedang duduk di temani pasangan mereka masing-masing. Wajah

mereka terlihat penuh suka cita. Suami mereka berusaha menenangkan dengan

mengelus perut istrinya, sambil bicara dengan mendekatkan wajah mereka keperut istrinya. Berkomunikasi dengan calon buah hati.

Lucunya, membayangkan tuan Saga

melakukan itu. Daniah terlihat tersenyum tipis membayangkan, namun segera

tersentak mendengar perkataan dokter Harun lagi, yang ditujukan untuk Leela.

“ Berhenti!” Tangan Harun menyilang

menahan Leela, sementara dua wanita yang mengikutinya tadi sudah masuk ke dalam ruangan. “

serigala galak dilarang masuk.” Mengetuk pintu yang sudah terbuka tiga kali.

“ Aku harus menemani nona.”

“ Tidak, aku dokter penanggung

jawab rumah sakit ini. Melarangmu masuk.” Harun menunjuk id yang menempel

di bajunya, sekaligus menunjukan statusnya di rumah sakit ini. “Apa kamu! Tunggu

di ruang tunggu sana!” menunjuk deretan kursi yang juga banyak orang yang sedang

menunggu.

Leela terlihat sangat kesal, sudah

seperti ingin menendang kaki dokter Harun. Kalau tidak sedang di rumah sakit,

dia pasti sudah baku hantam dari tadi.

“ Tapi aku dibawah perintah

langsung pemilik rumah sakit ini. Untuk berada di samping nona dalam situasi

apapun.” Menunjukan hpnya. Nomor pribadi Saga. “Mau ku telfon tuan muda

sekarang?”

Harun langsung masam mendengar

jawabab leela. Wanita di hadapannya ini memang sekaku kawat jemuran baju. Tapi

membiarkan dia masuk pasti dia akan berulah di dalam pikirnya. Padahal dia

sudah senang saat tahu Saga tidak menemani. Ternyata yang menemani Daniah tidak

kalah merepotkan daripada Saga.

“ Dokter, biar Leela masuk juga

ya?” Daniah menarik tangan Leela. “ Nanti sekalian dia bisa di cek up juga.” Melerai

pertengkaran tidak berkesudahan. Sampai dititik ini Daniah sangat penasaran,

sebenarnya hubungan kedua orang ini apa si.

Tunggu, jangan-jangan dokter Harun

ini suami Leela?

Daniah yang digelitiki penasaran

ingin segera bertanya, tapi tidak punya kesempatan.

“ Baiklah, tapi berhenti menggangu.

Kau harus duduk diam dan melihat saja. Apapun yang terjadi di dalam jangan

bergerak dan melakukan apapun. Janji!” berteriak sambil menuding tangannya ke

wajah leela. “ Angkat tanganmu dan bersumpah!” seperti bocah yang butuh

jaminan. Leela menurut megangkat tangannya dan mengikuti sumpah yang diucapkan

dokter Harun.

Ya Tuhan mereka ini lucu sekali,

jangan-jangan dokter Harun ini benar-benar suami Leela.

“ Asalkan tidak ada yang membahayan

nona di dalam aku akan diam saja.” Setelah selesai membaca sumpahnya.

“ Memang akan ada bahaya apa? ini

Cuma cek up kesehatan.” Masih menuding tajam.

“ Pura-pura tidak tahu, kamu itu

yang paling bahaya.” Leela menatap Daniah. “ Nona, dokter Harun ini biarpun

jomblo tapi dia playboy. Jangan percaya kata-kata.”

Yaaa, ternyata bukan suaminya Leela

ya. Lantas hubungan kalian apa si. Saking penasarannya dengan mereka berdua,

Daniah tidak merasa, kalau kecemasannya sudah nyaris menghilang.

“ Cih, kau bahkan jatuh cinta pada

playboy kelas kakap.” Mengejek lagi.

“ Criss sudah berubah.” Menjawab

tegas, seperti membela suaminya.

Ohhh jadi suami leela namanya

Criss. Daniah masih sibuk menduga-duga juga.

“ Ia, ia. Ayo kakak ipar masuk.

Jangan perdulikan Leela.”

Pemeriksaan kesehatan berjalan  lancar. Seorang dokter wanita dan perawat

membawa Daniah menuju sebuah ruangan untuk pemeriksaan USG. Leela mengikuti.

Sementara dokter Harun dan seorang dokter laki-laki yang sudah terlihat cukup

umur menunggu di ruangan yang lain. Perawat menaruh cairan bening di perut

Daniah, lalu dengan sebuah alat dokter wanita mulai memeriksa. Secara sederhana

dokter wanita itu menjelaskan bagaimana kondisi Daniah. Gadis itu hanya

mengangukan kepala, sambil menatap layar di depannya.

“ Kondisi rahim nona bagus. Dokter Harun

sudah mengatakan kalau nona pernah minum pil kontrasepsi ya?”

“ Ia dok, apa itu berpengaruh ya?”

“ Sejauh ini tidak. jangan cemas, nanti

nona bisa minum vitamin untuk memulihkan kesuburan. Semua baik-baik saja.” Dokter wanita itu menepuk tangan Daniah lembut. Meyakinkan.

Daniah merapikan pakaiannya lagi,

lalu keluar ruangan. Sementara dokter wanita tadi menyusul selang beberapa lama

sambil membawa kertas laporan hasil USG. seperti biasa penjelasan mendetail di sampaikan. Yang ditangkap Daniah adalah semua baik-baik saja.

Terlihat Daniah menarik nafas lega, walaupun rasa kuatir yang ntah datangnya dari mana ini belum sepenuhnya pergi. Tapi tidak separah saat dia datang tadi.

" Kakak ipar jangan cemas, kakak ipar bisa memberiku keponakan sebanyak yang kakak ipar mau." Dokter Harun mengedipkan mata dan tertawa jenaka. Mereka sudah keluar dari ruang pemeriksaan dan kembali ke area parkir. " Pergilah bulan madu dan bersenang-senang." Daniah langsung malu sendiri mendengarnya.

Apa! dia tahu tentang bulan madu.

" Bersemangat kakak ipar!"

" Sudah minggir sana!" Leela mendorong tubuh dokter Harun. "Memang dokter gak punya kerjaan apa?"

" Serigala galak datang!"

Sekali lagi sebelum berpisah, Daniah melihat drama pertengkaran bocah. Leela benar-benar terlihat seperti gadis normal pada umumnya.

Bersambung