Chapter 140 satu persen

Sehabis selesai meeting produk baru

di gedung Antarna Group. Saga dan sekertaris Han kembali ke ruangannya. Sesaat

sebelum meninggalkan ruangan tadi Saga menatap deretan produk sample di meja.

Semua orang yang ada di ruangan meeting terlihat gelisah dengan situasi semacam

itu. Siapapun dari mereka tahu kalau presdir Antarna Group sangat tidak

menyukai jenis makanan yang satu itu. Tapi, mau bagaimana lagi tuntutan pasar

serta peluang yang luar biasa besar di produk panggan instan membuat mereka

tidak mau melepaskan kesempatan mendapat keuntungan. Hanya satu kalimat yang

diucapkan Saga tapi akan membawa tanggung besar di pundak mereka. “ Paling

tidak bukan hanya lidah kalian yang merasa enak, tapi tubuh kalian juga tidak

akan sakit kalau memakannya.” Artinya, buatlah makanan dengan gizi seimbang

walaupun itu adalah makanan instan.

“ Kenapa kebanyakan orang tergila-gila

dengan makanan instan?” Saga berdecak agak kesal sebenarnya. Sampailah mereka

di depan ruangannya. Staff sekertaris di depan ruangannya bangun saat mereka

mendekat. Menundukan kepala mereka sopan.

“ Karena praktis dan enak di lidah.”

Han menjawab sambil membukakan pintu ruangan. Saga masuk meninggalkan Han yang

masih berada di dekat pintu. Dia mengerakan tangannya agar salah satu staffnya

mendekat. “ Siapkan buah dan jus segar seperti biasa.” Perintahnya kepada staff

sekertaris yang sudah berdiri di depannya.

“ Baik tuan.”

Setelahnya Han langsung menarik

handle pintu. Dia mengedarkan pandangan menyapu ruangan mendapati Saga yang

sudah duduk di sofa. Menyandarkan kepalanya.

“ Mereka bahkan bisa berfikir untuk

membuat bakso aci instan. Bukannya seharusnya bakso itu dari daging kan?”

benar-benar kehilangan kata-kata. Versi makanan low budjet tapi kepopulerannya

bahkan mengalahkan produk aslinya.

“ Di negara kita memang banyak

sekali makanan citarasa lokal yang bisa dibuat makanan instan tuan.” Han

menyebutkan beberapa jenis jajanan populer yang sudah banyak beredar. Kalau

dulu mungkin hanya di kenal mi instan saja sebagai olahan pangan praktis, enak

di lidah dan mengenyangkan. Tapi sekarang, semua jenis makanan hampir sudah

memiliki versi instannya.

“ Jauhkan Daniah, Jen dan Sofi dari

semua makanan itu. Apa itu yang sering dia makan. Cilok, tadi adakan cilok

instan.” Saga memberi penekanan dua kali agar Han benar-benar menegur pola

makan adik-adiknya. Jen dan Sofi masih sering kedapatan makan makanan

seenaknya, hanya memperdulikan lidah mereka saja. " Biarkan mereka makan sesekali, tapi jangan terlalu sering. Dan juga tetap beri label peringatan di kemasan produk untuk konsumen. Peringatan untuk tidak dikonsumsi setiap hari."

“  Baik tuan. Sepertinya budaya makan kita memang sudah perlahan bergeser.

Saat ini makanan pedas atau makanan instan memang sedang sangat populer,

apalagi di kalangan anak muda.”

Food vloger yang saat ini  populer di portal pemutar vidio juga membawa

banyak sekali peran dalam bergesernya pola konsumsi masyarakat. Para pengiat

ekonomi sudah melihat pasar itu. Saat ini melakukan iklan melalui seleb media

sosial atau vloger jauh lebih menguntungkan dan menjangkau masyarakat. Efektif

membidik target market jualan.

Ketukan pintu menghentikan

pembicaraan mereka. Han bangun, menerima nampan berisi buah dan juga jus segar.

Dia membawanya dan meletakannya di atas meja.

“ Silahkan tuan.”

“ Han carikan penganti Leela untuk

Daniah. Sepertinya sudah waktunya dia kembali keperusahaan.” Saga menerima

gelas yang di sodorkan Han. “ Aku yang akan menentukan sendiri, kau pilih saja

orangnya dan bawa padaku.”

“ Apa anda punya kriteria tertentu

tuan? ” Sejujurnya saat ini tidak ada satu namapun yang masuk dalam daftar

seleksi sekertaris Han. Membuatnya mendesah sendiri. Tapi membiarkan Leela

untuk tetap menjadi sopir nona Daniah juga bukan pilihan tepat. Dia masuk

jajaran top 100 orang kepercayaan di Antarna Group. Kepemimpinannya sudah dia

buktikan. Dan yang pasti Han bisa mendelegasikan kebijakan penting pada Leela

menyangkut perusahaan.

Terlihat Saga berfikir sejenak.

Mungkin sedang menyusun kriteria khusus tentang asisten yang dia inginkan.

“ Tidak ada.” Sambil memasukan

potongan buah ke mulutnya.

Cih, kenapa anda malas berfikir

sekarang. Han bergumam sendiri dalam pikirannya.

“ Tidak ada syarat khusus. Dia

hanya harus perempuan. Hemmm.” Diam sebentar. “ Bisa bela diri, paling tidak

selevel dengan Leela. Tidak banyak bicara, tapi tahu apa yang harus dia

kerjakan. Dan yang pasti dia bisa melindungi Daniah dalam situasi apapun. Kalau

perlu cari yang bisa tinggal di rumah.”

Anda masih bilang tidak ada

kriteria khusus, lalu itu apa!

“ Sebelum bulan madu, bawa dia

padaku.”

Apa! bulan madu bahkan sudah di

depan mata.

Han terlihat mulai memilah

nama-nama di kepalanya. Dia mendapati beberapa nama dalam jajaran pengawal

terlatih yang dulu pernah secara langsung ada dibawahnya. Semakin

mengkerucutkan pilihan, tapi belum berhasil menemukan satu nama yang tepat.

“ Dan juga, apa maksudnya ya, sampai

hari ini Daniah masih merengek tentang tema bulan madu ala rakyat biasa. Memang

maunya dia itu apa?” bertanya tapi hanya terdengar seperti protes. “ Tadi pagi

dia masih membicarakannya.”

Pikiran Han langsung tersadar

kembali.

“ Sepertinya nona ingin bulan madu

seperti kebanyakan orang tuan. Jalan-jalan dan bersenang-senang di luar

ruangan. Nona bilang ingin bermain di laut, mungkin maksudnya dia ingin

seharian bermain di laut, menyelam dan berenang misalnya.”

Cih. Wajah Saga terlihat masam.

Apa! jadi anda benar-benar hanya

ingin memeluk nona saat bulan madu. Kenapa harus jauh-jauh pergi bulan madu.  Peluk saja nona di dalam kamar sepuas anda. Merepotkanku

saja.

“ Aku tahu apa yang kau pikirkan

Han! Kurang ajar.” Saga  Melemparkan

garbu yang habis dia pakai. Han tergelak menerimanya, lalu ikut makan buah yang

ada di atas meja. “ Baiklah atur 51 % bermain di luar dan 49 % menghabiskan waktu

di kamar.”

Apa! hanya beda satu persen, apa

anda pikir nona Daniah sepintar itu sampai tahu bedanya.

“ Tuan muda, apa nona bisa melihat

bedanya?” mengambil beberapa potongan buah sekaligus, memasukannya ke dalam

mulut dengan cepat. Lalu menyerahkan garbunya kembali ke tangan Saga.

“ Apa! kamu sedang berfikir kalau

gadis bodoh itu tidak akan tahu bedanyakan?” Kesal sekaligus membenarkan

perkataannya sendiri. Diapun ragu kalau istrinya bisa melihat perbedaan satu

persen itu.

“ Saya tidak berfikir kalau nona

bodoh tuan muda. Saya hanya berfikir apa nona akan sepintar itu sampai tahu

bedanya yang hanya satu persen.” Bicara tanpa rasa bersalah sama sekali.

“ Itu sama saja!” berteriak

akhirnya. “ Hanya beda pengucapannyakan.”

Han hanya menjawab dengan tertawa .

“ Satu persen itu bisa jadi berbeda

tergantung padamu.” Menatap licik. “ Aku percaya padamu Han.”

Apa-apaan ini sepasang manusia

bodoh yang saling jatuh cinta. Memberikan beban paling berat padaku. Nona, aku

harap anda benar-benar pintar kali ini.

“ Kau lupa, kalau hanya dengan

saham 51 % aku bisa menutup pabrik ini.” Menunjuk proposal bisnis tentang

olahan makanan instan yang baru saja mereka bahas tadi. “ Sekarang kau paham kan

bedanya satu persen itu?”

“ Benar, anda selalu benar tuan

muda. Saya akan mengatur semuanya.” Sudah tidak bisa membantah, ketika Saga

menginginkan sesuatu. Han seperti mewajibkan dirinya untuk melakukan yang

terbaik.

Tapi, bulan madu itu sebenarnya

ngapain aja? Jomblo abadi sedang binggung dengan jawaban dari pertanyaan yang

ditanyakannya sendiri.

Mereka menghabiskan buah yang ada

di piring, tengelam dengan pikiran masing-masing.

Bersambung