Chapter 139 Ibu (Part 3)

Tanpa ada yang menyadari baik

Daniah atau ibu, pak Mun sudah berdiri di ruangan yang sama dengan mereka. Dia

memandang pil kontrasepsi yang ada di atas meja. Sama persis seperti yang dia

temukan di tas nona mudanya waktu itu. Itu membuatnya gusar. Terbang sudah kedamaian rumah ini begitu pikirnya.

“ Nyonya, bagaimana anda bisa

meminta nona muda untuk minum pil itu?” kata-katanya sudah terlihat meninggi. Dia

bahkan bicara seperti saat dia kesal dengan pelayan rumah belakang yang bekerja dan

melakukan kesalahan. “ Kalau tuan muda tahu, anda tahu akan semarah apa dia.”

Daniah langsung bangun mendekati

pak Mun. Gadis itu yang paling tahu, akan seperti apa reaksi Saga. Dia menarik tangan pak Mun untuk mengikutinya. menuju ruangan lain. Dia tidak mau sampai ibu mertuanya menduga-duga, karena pembicaraannya dengan pak Mun. Karena perkara dia minum pil kontrasepsi menjadi rahasia yang tersimpan rapat di rumah ini. Bahkan jen dan Sofi yang ada di rumah juga tidak tahu mengenai pil kontrasepsi.

“ Pak Mun jangan mengatakan pada

tuan Saga, ku mohon. Apapun yang pak Mun dengar barusan. Aku tidak

menyentuhnya. Aku bersumpah, aku tidak menyentuh pil itu sama sekali.”

Mungkin saja akan terjadi pecah

perang dunia ke tiga kalau saga tahu ibunya menyodorkan pil kb ke depan Daniah.

Hingga Daniah harus menghindari itu semua. Dia memohon, memohon dengan sangat

pada Mun untuk menyelamatkan ketenangan rumah ini.

“ Pak Mun saya mohon jangan

mengatakan apapun pada tuan Saga. Saya mohon.”

“ Nona, nyonya tidak akan berhenti

sampai di sini. “ ujar pak Mun meyakinkan. Bahwa apa yang akan di lakukan

nyonya kedepannya bisa jadi akan jauh lebih ekstrim lagi.

“ Aku tahu, tapi aku tidak akan

pernah meminumnya. Aku bahkan tidak akan berani menyentuh pil itu lagi pak. Pak

Mun pasti masih ingat kan bagaimana marahnya tuan Saga, dan aku tidak akan lupa

itu pak. Aku tidak akan punya keberanian walaupun hanya menyentuhnya. Percayalah

padaku.” Mengengam tangan pak Mun erat. Walaupun laki-laki itu merasa tidak

nyaman, tapi dia membiarkannya.

“ Nona.”

“ Bapak tidak mau terjadi  perang dasyat  di rumahkan? Aku tidak mau ibu dan tuan Saga kembali bertengkar karena

aku lagi. Ya pak, demi kedamaian rumah ini. Tolong rahasiakan semua yang pak

Mun dengar pagi ini.”

Ini adalah pilihan terbaik untuk

menyelamatkan kedamaian rumah ini. Dia sendiri tidak mau kalau sampai ibu harus

kembali pergi, mungkin kali ini akan jauh lebih lama dari sebelumnya.

“ Pak Mun hubunganku dengan tuan

Saga saat ini sedang dalam kondisi sangat baik. Percayalah. Aku akan berada di

samping tuan Saga dengan bahagia apapun situasinya.”

Sebentar pak Mun memandang sorot

mata Daniah secara langsung, lalu dia menundukan kepalanya setelah yakin.

“ Baiklah nona, saya akan melakukan

apa yang nona minta. Tapi saya mohon ke depannya jika nyonya masih bersikap

seperti ini jangan menyimpan dan menghadapinya sendiri. Nona bisa meyampaikan

pada saya atau sekertras Han, dia pasti bisa menyelesaikan semuanya dengan

tenang. Dan tuan muda tidak akan merasa terganggu.”

“ Baik, baik, pak. Saya akan ingat

itu. Terimakasih ya pak.”

Pak Mun sudah mengantarkan Daniah

menuju mobil yang di bawa Leela, lalu dia kembali masuk ke dalam rumah. Seperti

yang dia duga, nyonya masih menuggu di tempat duduknya. Dia pun berjalan

mendekat.

“ Pak Mun.” wanita itu memanggil, walaupun sebenarnya tidak perlu. karena kepala pelayan itu memang berjalan menuju tempatnya duduk.

“ Nyonya, kenapa anda seperti ini?”

laki-laki itu memotong pembicaraan nyonya. Dia tidak ingin mendengar apapun

alasannya. Dia sudah cukup mendengar apa yang harus ia dengar dari pembicaran

wanita di hadapannya ini dengan nona Daniah tadi.

“ Apa kamu mau mengadukan semuanya

pada Saga?” terlihat sekali ibu kuatir, dia tidak perduli dengan pertanyaan pak

Mun.

“ Sesuai dengan permintaan nona

Daniah saya tidak akan mengatakan tentang pil dan apa yang nyonya katakan pada

nona tadi. Tapi saya minta cukup sampai disni. Apapun yang nyonya rencanakan

cukup sampai di sini.” Terdengar ibu bernafas lega. Walaupun kemudian terlihat

dia tampak gusar, karena mencerna kalimat pak Mun sebagai suatu ancaman

untuknya.

“ Lancang sekali, apa sekarang pak

Mun sedang mengancam saya.”

“ Tidak nyonya, bagaimana mungkin

saya mengancam nyonya. Saya hanya berusaha menjaga ketenangan rumah ini untuk

tuan muda.”

Wajah ibu sangat masam mendengar

perkataan pak Mun.

“ Aku tidak akan menggangu Daniah

sebagai istri Saga. Aku hanya.”

“ Nyonya, bukankah seharusnya anda

berterimakasih. Karena nona Daniah bisa membuat tuan muda tersenyum kembali

setelah sekian lama. Seharusnya anda mendukung mereka, untuk kebahagiaan tuan

muda.” sebuah argumen sederhana yang di lontarkan, karena pak Mun yakin, kalau nyonya juga melihat kebahagiaan di mata tuan muda. Bahwa saat ini nona mudanya adalah wanita yang akan memberi pengaruh besar dalam hidup Saga.

“ Pak Mun, ini bukan hanya untuk

sekarang. Tapi untuk kehidupan selanjutnya keluarga ini. Keturunan  Saga harus berasal dari wanita yang sama

derajatnya dengannya.”

Pak Mun terlihat sangat tidak suka

dengan kalimat nyonya di depannya. Apa yang salah dengan nona mudanya, derajat,

keturunan. Apa pentingnya itu jika tuan Saga menerima dan mencintainya dengan

tulus. Itu sudah hal paling utama, tidak ada yang lebih penting dari itu semua.

“ Nyonya, kalau saja tuan besar

masih hidup apa yang akan di pikirkannya jika tahu anda melakukan hal seperti

ini.”

Wajah ibu terlihat getir. Dia

tertunduk sekarang.

“ Tuan besar bukan orang yang suka

membedakan status orang lain. Saya rasa dialah yang akan paling bahagia melihat

tuan muda dan nona Daniah." Pak Mun tahu, kata-katanya terdengar menyakitkan dan seperti kecaman. tapi ini adalah kenyataan yang bisa menyadarkan nyonya kedepannya. " Apa nyonya tahu, karena sikap tuan besar yang baik pada semua orang dan tidak membedakan derajat orang lain.” Pak Mun menghela

nafas ketika melihat nyonya mengigit bibirnya kalah. “ Hari ini, ada banyak

orang seperti sekertaris Han yang berdiri di belakang tuan muda. Menyayangi dan

mencintai tuan muda. Mereka yang akan dengan tulus berkorban untuk tuan muda.

Semua itu tidak muncul begitu saja kan nyonya.”

“ Hentikan.” Sadar, bahwa apa yang diucapkan pak Mun adalah benar. Dan dia merasa kesal karenanya.

“ Karena kebaikan tuan besar sejak

dulu, saat ini tuan muda bisa bersama orang-orang yang menyanyanginya.”

Lagi-lagi ibu tidak bisa membantah

bagian apapun yang di ucapkan pak Mun. Membuatnya serasa tersapu gelombang kekalahan. Air itu menariknya hingga ke tengah lautan kegetiran. tapi tetap saja, dia masih merasa bahwa Daniah tidak pantas menjadi ibu dari anak putranya.

" Saya harap, nyonya menyerah dengan rencana apapun yang sedang coba nyonya lakukan."

Bersambung