Chapter 132 Duka yang berulang setiap tahun

Hari yang tidak selalu sama, tapi

di tanggal yang sama dan bulan yang sama setiap tahunnya.

Setiap tahun selalu ada agenda

tahunan di Antarna Group. Peringatan kematian pendiri sekaligus presdir pertama

Antarna Group. Ayah dari Saga Rahardian. Di tanggal yang sama setiap tahunnya

Antarna Group akan melakukan kegiatan bakti kepada masyarakat. Semua anak

cabang di bawah Antarna group kecuali yang bekerja di bidang layanan publik,

mall dan rumah sakit akan di liburkan untuk aktivitas pekerjaan rutin. Mereka

akan melakukan kegiatan sosial kepada masyarakat.

Instruksi dari pusat memberikan

beberapa alternatif kegiatan. Agar semua tersinergi dengan perusahaan satu

dengan yang lainnya. Beberapa hari yang lalu semua pimpinan perusahaan sudah

berkumpul di gedung pusat untuk melaporkan rencana bakti kepada masyarakat ini.

Secara detail mereka memberi laporan kegiatan apa yang akan mereka lakukan.

Baik dari acara maupun besarnya biaaya yang di keluarkan. Sudah ada jumlah

patokan uang yang harus di keluarkan dari pusat.

Biasanya mereka akan melakukan

pelayanan kesehatan seperti donor darah untuk para karyawan. Yang semua hasil

darah yang terkumpul akan di sumbangkan kepada bank darah nasional. Mereka juga

memberikan makanan gratis yang biasanya ada di setiap halaman perusahaan.

Siapapun boleh ikut menikmati. Tanpa ada batasan.

Setiap tahun di tanggal yang sama

masyarakat ikut berdoa bagi kesuksesan Antarna Group. Doa-doa mereka terbang ke

langit.

Selain kesehatan ada juga pembagian

sembako secara gratis bagi ribuan orang yang sudah mengantri dengan tertib.

Mereka adalah ibu-ibu yang datang dari pelosok negri. Mereka yang setiap tahun

selalu menantikan momen ini. Mungkin mereka terlihat senang bisa mendapatkan

semua kebaikan ini dari Antarna Group. Namun mereka selalu menyelipkan dalam

doa-doa mereka supaya perusahaan ini tetap jaya selamanya. Bisa menjadi tempat

anak-anak mereka bekerja. Bisa menjadi tempat mereka mengantungkan hidup dengan

layak.

Selain kepada masyarakat Antarna Group selalu memberi bonus tahunan yang di berikan pada hari ini kepada semua karyawannya. Besarnya di tentukan berdasarkan lamanya dia bekerja di Antarna Group.

Di tanggal ini setiap tahun, duka

itu kembali di kenang. Tapi dengan cara yang berbeda-beda olah setiap orang.

Saat semua lini masa membicarakan

peringatan kematian pendiri Antarna Group,  Saat banyak orang menerima banyak sekali

kebaikan dari Antarna Group, sementara itu dimanakah Saga dan semua anggota

keluarganya. Mereka tidak pernah muncul di publik. Untuk menunjukan duka

mereka. Media pun tidak berani mencari tahu. Berita yang muncul di tv hanya

tentang bagaimana Antarna Group berbagi pada masyarakat. Tapi tidak pernah

menyinggung ranah pribadi pemiliknya.

Saga dan semua orang ada di sini.

mengingat duka yang sudah sekian lama berlalu. Semua orang sudah berdiri dengan

tenang. Seorang pemuka agama membacakan doa dengan kusyu. Terdengar isak dari

beberapa sudut. Saga sampai melihat Daniah di sampingnya. Gadis itu terisak

tertahan. Ia terlihat menyeka air matanya pelan. Namun berusaha tidak

mengeluarkan suara.

Ibu yang di peluk Sofi jauh bisa

mengeluarkan suara tangisnya. Dia sesengukan. Pasti teringat semua kenangannya

bersama suaminya. laki-laki yang ia nikahi karena cinta. Laki-laki luar biasa

yang tak tergantikan bahkan sampai hari ini.

Setelah pemuka agama selesai

membacakan doa, dia beringsut pergi. Membiarkan keluarga Antarna group tengelam

dengan duka mereka masing-masing. Sekertaris Han tetap setia di posisinya.

Berdiri tidak jauh dari Saga. Saat ini ia menatap Daniah dari belakang ada rasa

bersalah yang muncul di matanya.

Maaf kan saya nona.

Saga terlihat mengulurkan tangannya

pada Daniah. “ mendekatlah!” lembut dia bicara, Daniah menurut dengan berdiri

di samping Saga. Laki-laki itu mencium kepalanya. Membelai kepalanya lembut.

Isak gadis itu semakin terdengar. Ia berusaha menahannya, tapi tidak berhasil.

Saga meraih tangan Daniah dan mengengamnya.

“ Menangislah kalau kamu mau

menangis.”

Mendengar itu tangis Daniah pecah.

Sesengukannya keras terdengar. Membuat ibu yang sudah mulai bisa menguasai diri

dan air matanya menoleh. Begitu pula dengan Jen dan Sofia.

Ada apa dengan kakak ipar, kenapa

dia menangis sekeras itu. Jen

Bukankah kakak ipar tidak mengenal

ayah, kenapa dia bisa menangis sekeras itu. Sofi

Suamiku, dia menantu kita. Wanita

yang dicintai anakmu. Ibu

Sementara yang lain menatap Daniah

dengan perasaan berbeda, Han masih memberikan sorot mata bersalahnya. Sementara

Saga meraih bahu Daniah, memeluknya. Dia menatap lekat makam ayahnya.

Ayah, dia Daniah. Wanita yang

kucintai. Dia cantik kan? Tenang saja dia bukan hanya cantik wajahnya. Hatinya

sudah seperti malaikat.  Dia juga seperti

mu yang senang berbagi, dia seperti mu yang sering memberi pada orang lain. Aku

akan menjaga dan mencintainya di sisiku selamanya.

Perjalanan menuju rumah semua

membisu dalam keheningan. Daniah berada dalam pelukan Saga, masih terlihat dia menyeka

airmata di sudut matanya.

Sesampainya di rumah.

“ Jen, antar kakak ipar ke kamar,

dan sofi temani ibu.” Saga membelai pelan kepala Daniah. “Istirahatlah di kamar.”

“ Ia.” Daniah mengangukan kepala. Masih

ada sisa ke sedihan yang tergambar jelas di wajahnya.

“ Hari ini semua tetap di rumah,

tidak ada yang boleh pergi keluar.” Kalimat itu di tujukan untuk Jen dan Sofi.

“ Ia kak.” Menjawab berbarengan.

Jen terlihat memapah Daniah yang terlihat

lunglai. Sofi juga beranjak ke kamar ibu. Wanita itu sudah duluan masuk ke

dalam kamar. Sesampainya tadi dia langsung naik meninggalkan semua orang.

Pak Mun masih berdiri siaga

menunggu perintah.

“ Pak Mun istirahatlah. Hari ini

aku tidak ingin melihat siapapun di rumah utama. Biarkan para pelayan kecuali pengawal

yang bertugas libur.”

“ Baik tuan muda.” Gurat sedih pun

terpancar dari wajahnya. Melihat tuan mudanya yang untuk kesekian kalinya

selalu berduka. Ditanggal dan bulan yang sama setiap tahunnya, rumah ini akan

selalu seperti ini.

“ Ikut aku Han.”

Han mengikuti langkah kaki Saga.

Sementara Pak Mun masih berdiri sampai Saga menghilang di pintu ruang kerjanya.

Lalu dia kembali dan menemui pelayan dan penjaga yang sedang menunggu di rumah

belakang. Untuk memberi tahu, hari ini tidak ada yang di izinkan mendekati

rumah utama, intinya tidak ada yang boleh terlihat atau mengeluarkan suara di

sekitar rumah. Beberapa pelayan memilih keluar dan berlibur namun ada yang

memilh menghabiskan hari di dalam kamar mereka di rumah belakang. Setiap tahun,

di tanggal yang sama rumah ini akan sunyi tanpa aktifitas..

Kembali pada Saga di ruangan

kerjanya. Laki-laki itu duduk di sofa. Membiarkan Han berdiri di depannya.

Sial! Sepertinya tuan muda tahu. Dia peka sekali kalau berurusan dengan nona sekarang.

Han mengeram.

“ Jelaskan padaku! Kamu tahu kan?”

Han masih terdiam di tempatnya,

tapi dia tidak menatap Saga dan memilih memalingkan pandangannya.

“ Lihat aku! Kau tahu ini hari apa

kan? Aku bahkan tidak akan bisa mengendalikan emosiku walaupun padamu.”

Teriakan Saga mengema sampai keluar ruangan.

“ Maaf kan saya tuan muda.”

“ Sekarang jelaskan padaku. Siapa

yang ditangisi Daniah. Dia tidak mungkin menangisi ayahku. Bahkan jen dan Sofi

bisa mengendalikan diri mereka. Walaupun kenangan Jen dan ayah memang masih

samar. Tapi Daniah jelas tidak mengenal ayahku.”

Suara Saga terdengar semakin getir,

membuat Han merasa semakin bersalah dari semua segi.

“ Maaf kan saya tuan muda.” Menarik

nafas pelan. “Hari ini juga hari kematian ibu nona Daniah.” Tidak bisa menatap

wajah tuan mudanya.

“ Apa!” Saga bangun mendengar

ucapan Han. “ Barusan kamu bilang apa!” Saga mendorong tubuh Han keras sampai

membentur tembok. Dia mencengkarm kerah kemeja Han. “ Kenapa kau tidak

mengatakannya bodoh!”

“ Maafkan saya tuan muda.” Lirih. Penuh

penyesalan.

“ Kenapa kau tidak mengatakannya

padaku!” berteriak keras.

Saga memejamkan mata dan berusaha

mengalirkan udara, supaya bisa berfikir sehat. Dia ingin menghajar Han

sekarang. Ntah kenapa perasaannya seterluka ini, saat dia mengetahui bahwa

alasan Daniah menangis sebenarnya adalah apa.

“ Karena hari ini anda pasti ingin

bersama nona Daniah, maka saya tidak mengatakannya. Kalau anda tahu anda pasti

membiarkan nona pergi, padahal saat ini anda ingin bersama wanita yang anda

cintai untuk berbagi kesedihan kan.”

“ Bodoh! Pikirkan perasaan Daniah

juga. Kau tahu sepenting apa dia bagiku!”

“ Maafkan saya tuan muda.” Tapi

anda tetaplah yang paling penting bagi saya.

Saga melepaskan cengkraman

tangannya, tapi dia masih berdiri di hadapan Han. Matanya masih menatap kesal

pada sekertarsinya itu.

“ Mulai sekarang pikirkan

perasaannya lebih dulu. Pikirkan Daniah sebelum aku,” Han tidak menjawab.

Membuat Saga semakin Gusar. “ Jawab!” sambil berteriak kakinya sudah menginjak

kaki Han. Terlihat Han meringis. “ Jawab aku Han.”

“ Maafkan saya tuan muda.” Han

selalu menghormati nona mudanya, sebagai bentuk penghormatannya pada Saga. Karena

dialah wanita yang di cintai Saga.

“ Huh! Aku tahu ini tidak akan

berhasil. Baiklah dengarkan aku. Aku benci melihat Daniah menangis. aku tidak

suka melihatnya menangis apapun lasannya. Jadi bisakah kau memastikan kalau dia

tidak akan menangis lagi.” Menepuk kedua bahu Han keras. “ Jawab!”

“ Baik tuan muda, saya akan

melakukan yang terbaik untuk anda.”

“ Kau benar-benar setia pada sumpah

mu ya.”

Sudah terdengar helaan nafas ringan

di antara keduanya. Saga menepuk bahu Han beberapa kali.

“ Pulanglah! Siapkan semuanya

besok. Aku mau pergi mengunjungi makan ibu mertuaku.”

“ Saya akan menyiapkan semuanya

tuan muda. Saya tidak akan pulang, saya akan ada di bawah, kalau anda perlu

sesuatu.  Saya akan ada di kamar tamu di

bawah.”

Cih.

Saga membiarkan Han melawan

kata-katanya, setiap tahun di tanggal yang sama. Kalau dia mengusir Han

sekalipun, laki-laki itu akan tetap bertahan di rumah ini. Diam di kamar tamu,

dan keluar hanya untuk menyiapkan makan malam.

Untuk pertama kalinya Saga ragu

untuk masuk ke dalam kamarnya. Hampir lima menit dia berdiri di depan pintu.

Saat dia sudah memegang handle pintu dari dalam jen juga membuka pintu.

“ kak Saga.”

“ Mau kemana?” tanyanya.

“ Kakak ipar bilang sudah tidak

apa-apa. dia mau sendiri.”

“ Baiklah, terimakasih ya.” Saga

mengusap kepala Jen pelan. “ Istirahatlah, atau temani ibu di kamarnya.”

“ Ia kak. Kak Saga juga istirahat ya.”

Jen melangkah pergi, menoleh

sebentar dan pintu sudah tertutup. Kakaknya sudah menghilang.

Setelah di dalam kamar, Saga

mengedarkan pandangannya.  Mendapati  Daniah sedang duduk di tempat tidur. Bersandar

di bantal. Gadis itu terlihat menyeka airmatanya saat melihat Saga datang. Dia

turun dari tempat tidur.

“ Kemarilah!” Mendekat ke sofa di

mana Saga duduk. Berdiri di hadapan suaminya, yang tiba-tiba memeluknya. “

Maaf.” Memeluk daniah erat. “ Maafkan aku”. Tidak tahu alasannya apa tapi itu

membuatnya menangis lagi. " Maafkan aku." berulang saga mengatakannya. masih memeluk tubuh daniah yang berdiri di hadapannya.

BERSAMBUNG