Chapter 131 Surat perjanjian

Senyuman  masih menghiasi wajah Daniah. Semua hal baik

sedang menari-nari di kepalanya. Leela terlihat melirik sebentar pada Daniah,

dia ikut tersenyum melihat rasa bahagia yang tergambar jelas dari wajah nona

mudanya.

Pengakuan cinta, memang selalu di

butuhkan meyakinkan hati. Walaupun sebenarnya tanpa di ucapkannpun, ketika hati

sudah merasa di cintai sebenarnya itu sudah lebih dari cukup. Namun manusia

terkadaang selalu butuh pengakuan. Sesederhana apapun bentuk pengakuan cinta

akan di terima dengan hati berbunga.

“ Bagaimana perasaan nona?”

berpaling sebentar lalu kembali melihat ke depan.

“ Eh apa?” Daniah berpaling dari

kaca dan melihat leela.

“ Apa nona bahagia?”

Daniah binggung menjawab. Perasaan

Saga yang sesuangguhnya. Saat itu dia mendengarnya saat Saga mengatakan pada

helen bahwa hanya dirinya yang boleh menyentuh Saga. Saat itu hatinya mulai

muncul bunga, nama Saga jauh lebih besar memiliki ruang di hatinya. Apalagi

saat ia mendengar saat suaminya mengatakan pada ibu.

“ Aku mencintai Daniah bu.”

Rasanya jantungnya ingin meledak

karena tidak percaya. Dan dia selalu menantikan momen seperti ini akan datang.

Saga menyebut namanya. Hingga semua ketakutan akan di buang pergi lenyap. Saat ini

yang ada di pikiran Daniah cuma satu. Apa yang akan dia katakan saat bertemu

dengan suaminya nanti.

Canggung atau pura-pura malu ya.

“ Nona pasti sangat bahagia kan?

Tuan muda sangat mencintai nona, jadi saya berharap nona juga bahagia berada di

samping tuan muda.”

Danaih menatap Leela, menepuk

bahunya. Dia hanya tersenyum tapi tidak menjawab apapun. Dia memalingkan wajah

dan bersandar di kursi. Tengelam dalam pikirannya sendiri.

Tidak seperti biasanya pak Mun

sudah berdiri di dekat pintu menyambut, dia pasti sudah mendapat informasi dari

penjaga gerbang kalau Daniah sudah kembali. Dia mendekat saat Daniah keluar

dari mobil. Daniah heran. Biasanya pak Mun tidak pernah menyambutnya. Karena

Daniah sudah melarang. Ditambah lagi wajah serius Pak Mun. Membuat Daniah takut

juga.

“ Selamat sore nona.”

“ ia pak.”

“ Kenapa anda baru kembali.”

“ Eh kenapa pak, saya pulang sudah

sesuai jadwal kan. Biasanya saya pulang jam segini.”

Pak Mun terlihat semakin kuatir.

“ Tapi tuan muda sudah ada di rumah

dari sejam yang lalu.” Menunjuk atas. Letak kamarnya. Daniah mendongak panik. Tahu

maksudnya.

“ Apa! kenapa bisa, kenapa tidak memberi

tahu saya pak. Apa tuan Saga marah?” Pak Mun tidak menjawab hanya

mempersilahkan Daniah untuk masuk.

Giliran Daniah yang mulai pucat.

Dia berjalan cepat meninggalkan Leela yang terlihat sama kuatirnya.

Bagaimana ini, ini hari pertama aku

boleh keluar rumah. Tapi aku sudah pulang terlambat di hari pertamaku.

“ ck ck ck.” Daniah mendengar

seseorang berdecak. Sekertaris Han sedang bekerja dengan laptopnya. Dia menutup

layar laptop lalu bangun mendekat. “ Sepertinya anda benar-pener punya nyawa

lebih dari satu ya.”

Apa! kurang ajar, masih bisa

meledekku.

“ kenapa? Kenapa kau tidak

mengatakan kalau tuan saga kembali lebih awal.” Protes keras.

Sekertaris Han mengambil hp di saku

jasnya. Dia hanya mengangkat bahu.

“ Kamu sengaja ya?” memukul bahu

sekertaris Han kuat. Kuat sekali, sekuat tenaga Daniah melakukannya. Sampai Han

merabanya karena tertingkal sakit yang cukup membuatnya meringis. “ Jahat

sekali, aku baru boleh keluar hari ini. Dan gara-gara kamu tidak mengirimi aku

pesan peringatan, tuan Saga bisa saja menghukum ku lagi dan tidak mengizinkan

ku keluar rumah.” Frustasi karena kesal. Tapi dimata Han gaya marah-marah Daniah

terlihat mengemaskan. Membuat laki-laki itu langsung berpaling cepat.

“ Maaf kan saya nona, saya lupa

kalau anda sudah boleh keluar rumah. Karena seminggu ini suasana sangat tenang

saya pikir anda sudah pintar dan berfikir dengan bijak.” Alasan mu yang membuat

Daniah semakin ingin memukul mu.

“ Apa!” Sekali lagi dia hanya

melotot kesal.

“ Sekarang naiklah nona, tuan muda

sudah menunggu.” Han berjalan di depan Daniah. “ Anda tahu kan tuan muda tidak

pernah menunggu siapapun selama ini.”

Aaa, Daniah frustasi mengikuti langkah

sekertaris Han. Di depan kamar langkah mereka berhenti.

“ Berhati-hatilah nona.” Nasehatnya

malah hanya terdengar seperti ancaman. Bukannya membuat Daniah berani, dia

malah berharap tidak akan masuk ke dalam kamar.

“ Sekertaris Han, ikut aku masuk.”

Daniah menarik ujung lengan jas yang dipakai Han. “ temani aku.” Daniah tidak

bisa berfikir cara yang lain. Dia ingin selamat dari situasi ini dengan mudah. Paling

tidak Han bisa dipakainya alasan. Karena dia tidak mengirim pesan padaku. Begitu

rencananya menuding hidung sekertaris Han di hadapan Saga nanti.

“ Apa anda pikir berapa nyawa yang

saya punya.”

“ Apa!” gemetar gegal sampai

mengigit bibirnya sendiri.

Sekertaris han membukakan pintu,

ketika Daniah sudah masuk. Dia menutup pintu tanpa bersuara. Tidak menunggu, langsung turun ke lantai bawah. kembali bekerja dengan laptopnya.

Glek, Daniah menelan ludahnya.

Sambil mengedarkan pandangan. Matanya lurus tepat di sofa. Saga sedang duduk di

sana. Melihatnya dengan sorot mata tidak bersahabat.

Tunggu, kenapa ini. Kenapa dia

terlihat kesal. Aku bahkan masih ingin memikirkan sikapku saat bertemu

dengannya. Tapi sekarang sepertinya yang ada aku malah ketakukan.

“ Sayang, kamu sudah pulang ya.”

Saga menjentikan jarinya meminta

Daniah mendekat. Gadis itu berjalan mendekat tanpa protes bahkan melaui raut

wajahnya sekalipun.

Apa yang di katakannya tadi di tv

itu cuma akting. Dia kan baru menyatakan perasaannya padaku. Seharusnya situasinya

gembira kan, kenapa malah jadi mencekam begini.

Perasaan sedih tiba-tiba menjalar

di seluruh tubuh Daniah. Benar, kenapa dia bisa seyakin dan sebahagia itu saat

mendengar apa yang di katakan Saga. Dia bahkan tidak memikirkan adanya plot

twis yang bisa saja muncul. Bagaimana kalau yang dia katakan tadi semuanya

hanya setingan. Bukankah seperti itu biasanya program tv. Daniah sambil

berjalan mendekat, pikirannya terus berkecamuk.

“ Kamu tahu sudah berapa lama aku

menunggu mu.”

“ Maaf sayang. Aku tidak tahu kalau

kamu kembali lebih awal.”

Biasanya kan tidak pernah begini,

ini pertama kalinya kau pulang lebih awal dan sekertaris Han pun tanpa

melakukan pemberitahuan apapun. Seperti sengaja melakukan supaya Daniah terjebak dalam

lubang dalam yang bisa menguburnya hidup-hidup.

Saga menarik rambut Daniah yang

hanya terburai jatuh begitu saja. Gadis itu melepaskan rambutnya di tangga tadi

sambil menyisir dengan tangannya. Karena rambutnya tertarik maka tubuhnya

reflek mengikuti. Mendekat ke arah saga.

“ Kau menonton acara tv tadi,”

meraih dagu Daniah, mendekatkan wajah.

“ ia aku menontonya.”

Jadi dia benar-benar berakting di

tv tadi. Cih, padahal aku sudah senang bukan main tadi.

“ Bagaimana? Apa aku terlihat

tampan di tv.” Semakin mendekatkan wajah lagi. Sedikit lagi bibir mereka pasti

berciuman.

“ Ia, sangat tampan. Tentu saja

kamu memang sangat tampan di lihat dari manapun.”

Saga menempelkan bibirnya lebut,

dan mulai mengerakan lidahnya. Secara tidak sadar Daniah pun membuka mulutnya.

Dan menikmati ciuman itu.

Kenapa ini, kenapa dia susah di

tebak si. Jadi perasaan mu yang mana sebenarnya.

“ Aku mencintai mu.”

“ Apa!” berteriak karena kaget

mendengar bisikan Saga di telinganya. “ Sayang, apa kamu barusan mengatakan

sesuatu.” Saga masih menyusuri leher Daniah dengan bibirnya. Membuat gadis itu

terdorong sampai bersandar di sofa.

Dia barusan mengatakannya kan.

“ Apa? aku tidak mengatakan apapun.”

Kecewa lahir dan bermunculan tanpa

di cegah. Daniah merasa malu sendiri. Sepertinya dia merasa sangat

berhalusinasi, karena perasaan ingin dicintai.

Daniah mendorong tubuh Saga karena

merasa kecewa. Laki-laki itu tidak terlihat tersinggung. Dia menyentuh telinga

kiri Daniah.

“ kenapa? Kau kesal? Memang kau

mendengar apa tadi?”

Diam tidak menjawab hanya memberi

sorot mata tidak suka.

“ hei, aku bertanya pada mu.

Jawab!” Daniah masih terdiam dengan sorot mata yang sama . membuat Saga mulai

kesal “ Jawab!” sudah mulai mengeraskan suara dan menuding bahu Daniah dengan

telunjuknya.

“ tidak, sepertinya aku

berhalusinasi. Karena kamu tidak mungkin mengatakannya.” Saga tergelak, meraih

bibir Daniah lagi dan menciumnya.

Apa! kenapa menciumku lagi. Memang

kamu pikir masalah selesai dengan ciuman.

Selesai mencium dia duduk sambil

menaikan kakinya. Bersila. Menarik lengan daniah supaya melakukan hal yang sama

di depannya. Gadis itu menaikan kaki dan juga duduk bersimpuh.

Mau apa lagi si.

“ Memang kau berhalusinasi apa?”

Apa! masih membahas ini. Tidak

penting juga aku berhalusinasi apa.

Akan jauh lebih memalukan kalau

sampai Daniah mengaku kalau ia mendengar Saga mengatakan kalau dia

mencintainya. Setelah ini dia tidak akan pernah merasa ke geeran. Dia akan merasa

cukup dengan merasa di cintai saja. Tanpa pernah mendengar pengakuan secara

langsung. Itu tidak penting.

Asalkan aku merasa di cintai, itu

sudah lebih dari cukup.

Daniah berusaha menghibur diri.

“ Kau mendengarku mengatakan apa?”

masih bicara dengan tersenyum.

Gemetar geram Daniah. Dia

mencengkram lututnya kesal. Mulai merasa Saga mempermaiankannya, dan tahu

laki-laki di hadapannya tidak akan berhenti sampai dia berteriak mengaku.

“ Baiklah aku akan mengatakannya.”

Menarik nafas dalam. “ Aku dengar kamu mengatakan, kalau kamu mencintaiku!”

Daniah mengatakannya sambil berteriak keras. Suaranya sampai memenuhi

langit-langit kamar.

Daniah melihat Saga di depannya.

Tubuhnya mulai tergoncang dia tertawa terbahak.

Cih, aku benar-benar berhalusinasi.

“ Hebat sekali kamu ya.” Membelai

lembut pipi Daniah. Membuat gadis itu merinding tidak tahu arah pembicaraan

Saga. “ Padahal aku cuma berbisik pelan, ternyata kau mendengarnya ya.”

“ Apa!” Daniah terperangah melihat

Saga lekat.

“ Sepertinya telingamu masih

normal.” Lagi lagi menyentuh telinga Daniah. mengoyangkannya pelan. “ Aku mencintai mu Daniah, jadi

tetaplah di samping ku seumur hidup mu.”

Kata-kata itu masih di sampaikan

Saga dengan seenaknya, tapi tidak tahu, seperti buliran air menguyur hatinya. Ia

merasakan ke legaan. Semua ketakutannya menghilang dan dia merasakan bahagia. Walaupun sekali lagi Saga tidak memilih kata romantis apapun di depannya. tapi mendengar itu sudah mengalahkan baitan kata romantis yang pernah di baca Daniah.

Malam terus bergulir, mereka sudah

ada di tempat tidur dengan baju tidur warna senada. Lampu masih menyala dengan

terang. Saga duduk bersandar, sementara Daniah ada di sampingnya memeluk

kakinya.

“ Duduklah!”  Daniah duduk sesuai perintah. Bersandar di

lengan suaminya. Memperhatikan yang di lakukan Saga. Dia mengambil sebuah amplop di dalam laci. Menyodorkan pada

Daniah.

“ Apa ini?” tangannya mengantung menerima amplop besar itu.

“ Bukalah!”

Daniah membuka amplop berwarna

coklat. Mengeluarkan isinya.

Ini kan surat perjanjian yang aku

tanda tangani sebelum meikah dengannya. Dia mau apa mengeluarkan ini.

“ Sayang, ini untuk apa?” bertanya bingung. hanya berharap semua baik-baik saja.

“ Kau boleh merobeknya sekarang.”

Apa! artinya aku bebas dari kontrak

mengancam ini.

Daniah memutar tubuhnya. Menyentuh pipi

Saga dengan kedua tangannya.

“ Benar, aku boleh merobeknya.”

“ Heemmm.”

Brett, brett. Daniah langsung

mengoyak kertas itu menjadi serpihan. Dengan kerennya dia melemparkan potongan

kertas itu ke udara. Berjatuhan mengenainya dan jatuh di atas tempat tidur. Dia

tidak perduli dengan sampah berserak itu. Tapi robeknya kertas itu simbol dari

kebebasannya kan. Membuatnya terlihat sangat bahagia.

“ Haha, senang sekali kamu ya. Padahal

itu cuma copyan dan bukan surat aslinya.”

“ Apa!” Drama keren sudah berakhir.

Ternyata Saga hanya sedang mengerjainya. Lemas dia menjatuhkan diri di

bantalnya tanpa bersuara.

“ Buahaha, bohong kok. Itu memang

surat perjanjian asli.” Meraih remot dan memeatikan lampu kamar. Mengeser

tubuhnya mendekati Daniah yang sudah ngambek, memasang wajah masam. “ Aku sudah tidak perlu itu untuk mengikatmu. Aku akan mengikatmu dengan

cinta dan perasaanku.” Memeluk Daniah erat, sudah menempelkan tangan di tempat

kesukaannya.

“ Sayang, karena surat itu sudah

tidak ada. Apa aku boleh sesekali membantahmu.” pertanyaan gila yang di ucapkan dengan iseng. tapi kalau di jawab boleh tentu akan menjadi berkah untuknya.

“ Haha.” Mencengkram kuat, apa yang sudah di pegangnya dari tadi. “ kalau

kau berani cobalah membantah.”

Tidak, kalau aku masih waras

sepertinya aku tidak akan melakukannya.

Sekali lagi, Daniah meladeni kelakuan Saga

yang tidak ada habisnya.

Tapi malam ini semua ketakutannya menghilang, semua ke kuatirannya pada keluarganya terbang tinggi. dia akan mengantungkan diri pada janji suaminya. bahwa cinta dan perasaan mereka yang akan saling mengikat satu sama lain.

BERSAMBUNG