Chapter 105 Mengandung anak ku

Di ruang ganti baju, Saga sudah

menganti baju yang baru saja dia pakai dengan setelan baju tidurnya. Daniah

meletakan pakaian yang baru beberapa jam dipakai itu di keranjang baju kotor. Dengan perasaan

sayang.

Cih, baru juga ganti baju sudah

ganti baju lagi. Inikan namanya pemborosan.

“ Sayang.” Masih mematung di depan

lemarinya, dia sudah menarik pintu dan memegangi handle lemari. Tapi belum

membukanya.

“ hemm.” Menatap lekat pada

istrinya.

“ Aku pakai baju ini saja ya.”

Daniah menarik ujung roknya. “ aku juga baru pakai tadi.” Sayangkan, bahkan dia

tidak berkeringat atau kotor sedikitpun. Dia saja hanya bergulingan di sofa

tadi.

Saga malah duduk di dekat meja

penyimpanan jam tangan. Betopang pada satu tangannya menyandarkan bahu.

“ Ganti bajumu dengan baju tidur.”

Ishh, kenapa juga aku musti

bertanya tadi. Tapi apa kau mau duduk di situ selama aku ganti baju. Tidak tahu

malu sekali.

“ Sayang kenapa kau tidak menunggu

di tempat tidur saja?” sudah membuka lemari pakaian lebar, mengambil satu baju

warna coklat.

“ Kenapa? Memang apa yang mau kau

sembunyikan.” Seringai di bibirnya muncul. “ Aku bahkan sudah hafal seluruh

lekuk tubuhmu.” Tertawanya menyusul kata-katannya. Membuat Daniah memerah malu.

Dari telinga sampai wajahnya.

Dasar gila!

Saga tidak beranjak dari tempat

duduknya. Melihat istrinya satu persatu menangalkan pakaian lalu berganti

dengan baju tidurnya. Baju tidurnya memang satu model, hanya berbeda warna.

“ Ganti dengan warna pink.” Katanya

tiba-tiba setelah Daniah selesai meletakan baju yang dia pakai di keranjang,

menumpuk dengan pakaian Saga tadi.

Apa!

Setelah Daniah selesai dengan baju

tidur warna coklatnya. Dia baru bicara, bukannya tadi di awal meminta Daniah

untuk memakai baju warna pink. Ini dia sedang mengerjaikukan, batin Daniah

kesal. Dia masih menatap Saga jengah.

“ Aku mau kau pake yang warna

pink.”

Dia ini ya.

Gemetar-gemetar kesal. Mengambil

baju tidur berwarna pink dengan gusar. Menutup lemari dengan keras. Kali ini

sudah tidak bersikap malu-malu. Sudah secepat kilat megganti baju supaya urusan

cepat selesai.

Sudah puas!

“ Ayo tidur, aku lelah.” Menarik

tangan Daniah. Tidak mengomentari apapun.

Saga menjatuhkan diri lebih dulu di

tempat tidur, lalu menarik selimutnya. Sementara Daniah mematikan lampu

setelahnya juga naik ke atas tempat tidur. Masuk ke dalam bawah selimut.

“ Mendekatlah!” Daniah mengeser

tubuhnya, sampai menempel. Dia bersandar di dada Saga, sampai laki-laki itu

bisa mencium kepalanya. “ Kau bersenang-senang hari ini.” Membelai kepala

Daniah yang bersandar di dadanya.

“ Hemm.” Saga menarik telinga

Daniah mendengar jawaban istrinya. “ Apa?” Daniah bertanya sambil menyentuh

jemari saga agar melepaskan telinganya. Sakit tahu, begitu katanya lirih.

“ Jawab dengan benar kalau aku

bertanya.”

“ Maaf.”

Padahal dia kalau ditanya jawabnya

cuma hemm, hemm. Orang lain suruh menafsirkan sendiri. Memang semua orang

sesakti sekertaris Han apa.

“ Kami pergi ke spa, makan dan

jalan-jalan sebentar tadi.”

“ Spa?” maksud pertanyaannya tempat

apa itu, kenapa kalian pergi ke spa.

“ Ia, tempat untuk pijat seluruh

badan.” Daniah menjawab sambil memperagakan tangannya memijat kaki Saga di

sampingnya.

“ Pijat! Kamu di pijat? Siapa? Kamu

di pijat siapa? laki-laki atau perempuan hah!” menguncang tubuh Daniah keras.

Membuat orang kaget saja. Daniah sampai mengeser tubuhnya panik.

Idih apa-apaan si dia ini.

“ Dipijat perempuan sayang. Semua

dipijat perempuan kok. Itu juga spa khusus perempuan.” Saga mengeram kesal.

Walaupun sudah dibilang dipijat perempuan juga tetap membuatnya kesal. “ Kami

di pijat ramaianan kok, satu ruangan empat orang.”

“ Apa empat orang.” Frustasi

sendiri membayangkan. Istrinya di dalam ruangan bersama empat orang tanpa

pakaian. “ bodoh! Memang siapa yang mengizinkanmu menunjukan tubuhmu di depan

orang lain.” Kesal dia mendorong Daniah dari pelukannya.

“ Apa!” Daniah juga kesal. Ada ya orang

seperti dirimu ini. Kenapa tidak normal begini jalan pikiranmu. “ Kami kan

pijat juga pakai baju sayang. Pakai baju. Lagian semua perempuan kok.”

“ Memang kalau perempuan lantas

boleh melihat tubuhmu. Cih bagaimana Leela bekerja, begini saja tidak becus.”

Aaaa kenapa ini, kenapa bawa-bawa

leela juga. Apa ini maksudnya dia yang selalu mengatakan kalau tuan Saga pasti

tidak suka.

“ Sayang maafkan aku.” Merasakan

sinyal bahaya mengancam. “ Aku benar-benar salah dan tidak berhati-hati.

Maafkan aku.”

Apa si, akukan cuma di pijat

perempuan. Kenapa sampai segitunya. Aku bahkan harus minta maaf karena di pijat

perempuan.

“ lain kali kalau kau mau di pijat

katakan padaku, Han akan panggil ahli memijat nanti, lakukan hanya di depanku.”

“ Apa?” binggung.

“ Buka bajumu hanya di depanku.”

Berteriak.

“ Ia, ia baik sayang.” Kehabisan kata-kata.

“ Ahhh, membuat kesal saja.

Kemarilah.” Menepuk dadanya tempat tadi daniah berbaring.

Memang aku masih berani kebali ke

situ.

“ Kenapa diam?”

Daniah beringsut mendekat kepelukan

Saga lagi. Tangan laki-laki itu menepuk kepalanya lembut.

“ Jangan memancing kemarahanku

lagi.”

“ Ia sayang. Maafkan aku.”

Kalau gila kumohon ada batasannya

juga tuan muda, standar kehidupanmu ini aneh sekali si. Marah hanya karena aku

di pijat. Kenapa tidak marah sekalian kalau ada laki-laki yang memanggil

namaku. Eh, Leela pernah mengingatkanku inikan. Cih, sudah seperti aku ini

istri yang kamu cintai setengah mati saja.

Daniah melingkarkan tangannya

memeluk pingang Saga. Laki-laki itu tidak bereaksi. Tapi hembusan nafasnya

belum terdengar seperti dia sudah tidur. Daniah mendongak, melihat Saga sudah

memejamkan matanya.

Apa dia benar-benar mengantuk ya.

“ Sayang, apa kau sudah tidur?”

“ hemm.” Ternyata belum ya gumam

Daniah.

“ Apa aku boleh bertanya sesuatu?”

meneruskan kata-katanya. Dia ingin iseng memastikan sesuatu. Kalau dia

mendapatkan jawaban itu akan lebih baik, kalau tidak ya sudahlah.

“ hemm.”

“ Apa kau mencintaiku?”  menutup mulutnya, terkejut sendiri dengan

pertanyaan yang ia lontarkan.

Ayo jawablah, jawablah.

“ hemm.” Jawaban yang sama dari

sejak dia mulai bertanya.

Jadi maksudnya apa?

“ Apa kau akan menceraikanku suatu

hari nanti.” Pertanyaan yang memancing kemarahan.

“ Hemm.” Gemetar-gemetar geram

sendiri Daniah. Mendongak, mata Saga tertutup. Dia ini sebenarnya sadar tidak

si, gumam Daniah pelan.

“ Apa kau benar-benar tidur.” Tuk,

tuk, menusuk perut Saga, tidak ada reaksi. “ Sayang apa kau punya pacar lain di

luar sana.”

“ hemm.”

“ Berhentilah menjawab hemm, hemm,

memang aku tahu artinya apa.” menggankat kaki kirinya menyilang di kaki saga.

Menjatuhkannya dengan keras.

“ Kurang ajar sekali kau berani

menindihku.” Suara Saga sama sekali tidak seperti orang yang sedang mengantuk.

Daniah menarik kakinya pelan turun dari kaki Saga.

“ Sayang, jadi kau belum tidur ya.

Haha.”

Habislah aku.

“ Kau berisik sekali bagaimana aku

bisa tidur.” Sudah duduk di samping Daniah yang mulai mengkerut. “ Kau tanya

apa tadi?” Tangan mulai beraksi, menarik selimut. Menyusuri tubuh Daniah dalam

balutan baju tidur warna pinknya.

“ Apa aku mencintaimu? Benar mau

mendengar jawabannya?” memainkan daun telinga Daniah yang sudah memerah.

Antara ia, namun juga takut

mendapat jawaban yang sebenarnya.

“ Aku akan menjawabnya, kalau kau

sudah mengandung anakku.” Memasukan jari ke dalam baju tipis Daniah. Tangannya

menempel di perut, membelainya pelan. Mendengar kalimat barusan, wajah Daniah

langsung berubah. Dia memalingkan wajah kearah berlawanan. Menutupi perasaannya.

“ Apa kau sudah ada tanda-tanda hamil?” mencium lembut perut Daniah yang ia

sibak. Bibirnya menempel tepat di pusar.

“ Sayang hentikan.” Daniah berusaha

menyenbunyikan bagian tengan perutnya dengan tangan. “Sepertinya belum. Maafkan

aku. Sepertinya aku masih bisa mendengar jawabanmu ya.”

Bagi Saga hamilnya Daniah adalah

ikatan kuat yang tidak akan bisa membuat Daniah kabur darinya, kalau sampai

istrinya hamil, dia yakin wanita dalam pelukannya ini akan berhenti memikirkan

cara meninggalkannya.

Bagi Daniah, kehamilannya saat ini

adalah sesuatu yang di luar rencana hidupnya.

“ Kenapa minta maaf, kita masih

punya banyak waktu untuk melakukannyakan.” Sudah menjatuhkan diri di samping

Daniah. Mulai menyentuh leher dengan bibirnya yang lembut. Membasahi telinga

Daniah dengan kata-kata yang membuat gadis itu mencengkram tempat tidur. Saga

sudah menarik baju tipis Daniah melemparkannya ke ujung tempat tidur. “ Kau

yang sudah menggangu tidurku ya. Rasakan akibatnya."

Sampai Saga selesai dan menjatuhkan

diri di sampingnya, memeluknya erat, ada buliran airmata di matanya menetes.

Daniah dirasuki perasaan bersalah dan takut sekaligus.

Kenapa kau mengatakan menginginkan

anak dari ku.

Malam semakin larut, cukup lama

sampai Daniah juga ikut terlelap di samping Saga.

BERSAMBUNG