Chapter 101 Leela (Part 1)

Saat ini berciuman sudah menjadi

santapan Daniah sehari-hari. Tidak bisa menolak, tidak boleh menawar juga. Tapi

sepertinya dia menikmati. Buktinya debaraan keras dadanya seperti mau

berloncatan keluar. Walaupun dia terlihat mengepalkan tangan. Apa lagi ciuman

selamat pagi di dalam kamar, yang tidak akan pernah di lewatkan Saga. Sudah

seperti sarapan wajib saja. Saat sudah keluar kamar Saga menarik tangan Daniah

agar berjalan mensejajarinya menuruni tangan.

“ Sayang, akhir pekan ini aku boleh

pergi?” memilih bertanya saat situasi sedang kondusif. Setelah ciuman selamat

pagi Saga selalu terlihat bersemangat soalnya.

“ Hemm.” Jawaban yang meminta

penjelasan. Ntah bagaimana caranya Daniah tahu cara menafsirkannya sekarang.

Sepertinya keahlian sekertaris Han sudah sedikit menular padanya. Tapi kenapa

sampai hari ini dia masih bebal menafsirkan perasaan tuan Saga, itu masih

menjadi misteri.

“ Aku mau mengajak karyawanku

liburan dan juga Maya.” Akhir pekan menyenangkan tanpa tuan Saga, itu point

utamanya.

“ Siapa Maya?”

Akukan sudah pernah mengatakan

perihal Maya padanya.

“ Dia pelayan di rumah belakang.”

Sampailah di meja makan. Pak Mun sudah menarik kursi Saga, dia duduk di sana.

Mengambil sandwich di depannya ke depan mulut Daniah. Gadis itu mengigit lalu

menerima dengan kedua tangannya.

“ Pergilah. Kembali sebelum jam

enam sore.”

Wajah Daniah berbinar senang. Jawaban

Saga adalah hal terbaik yang terjadi menyambut pagi ini.

“ Baiklah, terimakasih ya.” Dia

juga menunjuk sandwich yang di pegangnya. Terimakasih untuk yang ini juga

maksudnya. “ Makanlah sayang.” Mendekatkan piring milik Saga.

Sarapan hanya bertiga, Sofi memilih

menjadi pengamat sambil menelan makanannya, Jen sejak mulai magang tidak pernah

sarapan bersama lagi. Tidak sempat. Dia bisa terlambat kalau harus menunggu

Saga keluar dari kamar. Alhasil dia selalu sarapan duluan di meja dapur sebelum

semua orang turun.

“ Aku berangkat ya.” Mencium kepala

Daniah, lalu memasuki mobil.

Daniah mengeryit bagaimana sikap

Saga bisa begitu natural ketika melakukan apapun. Bahkan untuk hal yang baru

dia lakukan. Dia menoleh pada sekertaris Han yang mengangukan kepala, lalu

masuk ke mobil. Mobil melaju meninggalkan Daniah yang masih memandang dari

kejauhan.

“ Han.”

“ Ia tuan muda.”

“ Siapa Maya dari rumah belakang?”

“ Maya pelayan di bagian pakaian

tuan, dia berteman dengan nona muda sejak pertama kali nona masuk ke rumah ini.

Apa anda tidak senang dia bersama nona.” Masih mengemudikan mobil dengan

tenang. Hanya melirik spion sebentar.

“ Pastikan latar belakaangnya,

kalau dia beteman dengan Daniah tanpa maksud apa-apa, biarkan dia.”

Saga ingat beberapa kali nama Maya

muncul dalam perbincangan Daniah, sepertinya wanita itu menjadi teman yang

cukup di sukai istrinya. Dia hanya ingin memeriksa, apakah wanita itu

benar-benar tulus berteman atau karena maksud tertentu.

“ Baik tuan muda.”

Bahkan  sekarang aku harus memeriksa latar belakang

pelayan yang dekat dengan nona.

“ Apa nona menerima Leela sebagai

sopirnya.” Han mengalihkan pembicaaraan. Karena sepertinya tadi reaksinya saat

bertemu tidak terlihat kesal.

Atau dia tidak menduga, ide sopir

itu dariku.

“ huh! Tentu saja setelah aku

mengancam akan mengurungnya di rumah dia tertawa senang dan berterimakasih aku

memberinya sopir.”

Maaf nona, ini adalah upaya saya

meringaankaan beban pekerjaan saya. Semoga anda tidak akan tahu kalau ide sopir

itu dari saya.

Daniah menuruni tangga setelah

mengambil tas dari kamarnya, bertemu dengan Sofi yang juga sudah bersiap pergi

kekampus.

“ Kakak ipar punya sopir baru ya?”

Sofi mendekat, mengandeng lengan Daniah. Mereka berjalan beriringan.

“ Kau sudah tahu ya.” Cemberut. “

Jen dan kamu saja bisa bawa mobil sendiri tanpa sopir, tapi tuan Saga

mengancamku, kalau aku gak mau bawa sopir aku gak boleh keluar rumah.” Rasanya

seperti iri, kesal, dan benci. Apalagi melihat Sofi yang masih mahasiswa saja

bisa sebebas ini.

Dasar menyebalkan.

“ Itukan karena kakak ipar kabur

waktu itu.” Duarr, Daniah memukul tangan Sofi yang melingkar di lengannya.

“ Hei, siapa yang kabur. Akukan cuma

mau menenangkan diri, itupun aku cuma di ruko tidak kemana-mana.” Protes dengan

sebutan kabur yang di sematkan Sofi. Memang dia mau kabur kemana juga. Memang

dia punya keberanian sebesar itu di dadanya untuk kabur. Kalau dia bisa dia

sudah dari awal lari dari pernikahan.

“ Kakak iparkan menghilang tanpa

jejak. Tidak izin ataupun pemberitahuan juga. Itukan namanya kabur.” Sofi masih

ngotot, kenapa, karena kelakuan kakak iparnya telah membuat seisi rumah

dipenuhi ketegangan dan kepanikan.

Daniah kehabisan kata-kata. Mau membantah,

tapi dia tau diri kalau dia memang salah. Tidak di bantah harga dirinya rasanya

tercabik-cabik.

“ Tapi kak Saga kuatir sekali tahu

kakak ipar. Dia sampai marah sama kami yang membiarkan kakak ipar pergi. Hiks,

aku sudah lama tidak melihat dia semarah itu. Kak Jen saja sampai tidak berani

bicara apa-apa.”

Apa! kenapa si, tahu tidak semua

sikapmu itu membuatku semakin binggung saja tuan muda. Apa kau benar-benar

kuatir padaku. Apa kau benar-benar perduli padaku.

“ Sofi tapi bagaimana ibu, sampai

kapan ibu mau pergi.” Mengalihkan topik, malas kalau ujung-ujungnya dia yang di

salahkan karena perkara kabur.

“ Sebentar lagi, kakak ipar tidak

perlu kuatir. Kalau ibu melakukan kesalahan memang seperti ini. Dia harus pergi

dan menghilang, kalau suasana hati kak Saga sudah baik, dia juga akan menyuruh

pak Mun menghubungi ibu. Kakak ipar tidak perlu kuatir, ibu juga sedang

bersenang-senang pasti sekarang.” Dia yang anaknya saja bisa bicara setenang

itu, lantas kenapa Daniah yang di posisi menantu tidak dianggap merasa kuatir.

“ Benarkah?” tidak percaya.

Sofia mengeluarkan hpnya.

Menunjukan foto-foto ibunya. Banyak sekali fotonya.

Apa! dia sedang belanja-belanja

dengan wajah riang gembira begitu. Sia-sia sudah kecemasanku selama ini.

“ Aku berangkat ya kakak ipar, ahh

itu Leela ya, sudah kuduga kak Saga akan memberikan dia untuk kakak ipar.” Sofi

menunjuk seseorang yang sudah berdiri di samping mobil. Dia sedang bicara

dengan pak Mun.

“ Kau kenal dia?” Daniah

menghentikan langkah kaki Sofi, mau meminta penjelasan lebih lanjut. “Siapa

dia?”

“ Dia?” terdengar Sofi mendesah

tidak suka. “Dia sama menyebalkan dan sama kakunya seperti sekertari Han. Pokoknya

dua itu sudah seperti pasangan sejati.”

Banyak praduga bermunculan di

kepala Daniah.

“ Kakak ipar tau kan slogan

hidupnya sekertaris Han, melakukan apapun agar segala sesuatu berjalan dengan

semestinya untuk tuan muda. Kalau wanita ini slogan hidupnya adalah : Mematuhi

semua yang kak Saga katakan tanpa terkecuali. Pokoknya kakak ipar hati-hati

bicara kalau di dekatnya ya.” Sofi melambaikan tangan dan kabur ke mobilnya.

Apa! pasangan serasi sekertaris

Han, satu saja yang itu sudah memusingkan, kenapa harus di tambah lagi dengan

yang ini si.

“ Selamat pagi nona, Silahkan.”

Katanya sopan, saat Daniah mendekat kearah mobil. Dia sudah membukakan pintu

belakang mobil.

Apa-apaan si dia.

“ Aku duduk di depan saja.” Daniah

membuka pintu mobil depan, dan langsung masuk. Leela bergegas mengitari mobil

dan masuk, duduk di belakang kemudi. Tanpa bicara sepatah katapun lagi, dia

mulai melajukan mobil menuju gerbang utama, meninggalkan pak Mun yang kemudian

berbalik dan akan mulai pekerjaan hariannya yang tidak ada habisnya.

Keheningan tercipta di dalam mobil.

Leela hanya fokus mengemudi. Daniah meliriknya beberapa kali. Tapi engan untuk

menyapa juga. Sedikit kesal juga sebenarnya, karena Leela bisa jadi akan

mengawasinya dan melaporkan apaapun yang iaa lakukan pada tuan Saga.

Benar-benar mengingatkanku pada

seseorang ya. Dia tidak mungkin adik sekertaris Han kan, kenapa sepertinya

sifat mereka mirip sekali. Tunggu, dia bukan istrinya sekertaris Hankan. Hal

gila apalagi yang aku pikirkan ini. Tapi Sofi bilang tadi mereka adalah

pasangan serasi.

Leela terlihat sangat manis. Postur

tingginya lebih tinggi dari Daniah. Tapi jaraknya tidak terlalu berarti. Dari

awal dia sudah terlihat menjaga jarak dari Daniah. Memposisikan dirinya pada

tempatnya. Bahwa dia bukanlah teman, dia adalaah sopir yang akan melayani

Daniah sebagai nona mudanya. Istri dari tuan Saga. Orang yang harus dia hormati

dan dia jaga.

Tidak terasa keheningan itu

tercipta sampai mobil memasuki halaman ruko. Daniah terkejut saat terbangun

dari lamunan dan mendapati dirinya di mana.

Eh, dia tahu, padahal aku belum

mengatakan apa-apa. dia ini sekertaris Han versi cewek ya? Tau semua hal yang

harus di lakukan bahkan sebelum aku mengatakan apapun.

Leela keluar dari mobil duluan

dengan sigap berlari membukakan pintu mobil untuk Daniah.

“ Silakan nona.”

Anak ini, baiklah kita bicara

nanti. Aku masih belum punya tenaga untuk bicara denganmu. Sekarang lakukan

saja hal sesukamu. Aku hanyaa minta jangan terlalu norak seperti sekertaris

Han.

Serangan dari dalam ruko saat

Daniah muncul dengan orang asing di belakangnya. Wanita berpakaian rapi yang

muncul dibelakang Daniah. Yang mengikuti seperti ekor tidak terpisahkan tu.

“ Mbak Niah siapa dia?”

“ Mbak Niah nambah karyawan ya?”

“ Siapa dia mbak?”

Dia mata-maata yang dikirim tuan Saga.

“ Saya Leela, saya akan membantu

nona bekerja di ruko ini atas perintah tuan Saga.” Daniah menutup mulut Leela.

Menghentikan apapun yang ingin ia katakan.

“ Dia Leela, akan membantu kita.

Kedepannya tolong akur dengannya ya.” Semua karyawan menjawab kompak. “Jangan

bicara yang aneh-aneh di sini.” berbisik di telinga Leela, lalu dia melepaskan

tanganya saat gadis itu mengangukan kepala paham.

Jiwa-jiwa polos karyawanku tidak tahu kehidupanku yang sebenarnya.

" Jangan bicara yang aneh-aneh!" Leela mengganguk dan tersenyum. Tapi melihat senyuman gadis di depannya malah membuat Daniah semakin kuatir.

BERSAMBUNG