Chapter 100 Sopir baru

Kejadian menghilangnya Daniah di

waktu pesta ulang tahun ibu menjadi titik balik perubahan hubungan Daniah dan

Saga. Saat ini Saga sudah memakai panggilan sayang untuk Daniah jauh lebih

sering. Sudah jarang berteriak padanya, sudah jarang menuding kening Daniah

dengan kesal. Terkadang mereka sudah bicara layaknya manusia normal. Walaupun

hubungan mereka belum bisa di sebut wajar, namun setidaknya sudah tidak

seekstrem dulu lagi.

Seminggu berlalu, ibu belum kembali

menampakan diri di rumah. Jen mengatakan kalau Ibu pergi untuk menghindari

pertengkaran dengan kak Saga.

Kenapa? Memang salah ibu apa?

“ Kak Saga marah pada ibu karena

bukannya memperkenalkan kakak ipar malah memperkenalkan Helena waktu di pesta.”

Jadi karena itu, tapi seharusnya

tuan Saga tidak perlu sampai semarah itukan. Aku saja sudah memaafkan ibu kok.

Daniah sekali mengungkit masalah

ibu pada Saga, agar suaminya itu mau membuka hatinya. Tapi alhasil, dia bahkan

tidak tidur semalaman meladeni kekesalan Saga. Akhirnya diapun tidak pernah

mengunkit perihal perginya ibu. Biarkan semua berjalaan dengan normal dengan

sendirinya.

“ Berikan aku waktu, aku akan

memaafkan ibu nanti.” cuma itu yang di ucapkan Saga.

Karena pada akhirnya keluarga akan selalu saling memaafkan. Apapun kesalahan yang di lakukan.

Malam yang belum larut, beberapa

pelayan masih terlihat menyelesaikan pekerjaanya.

Sehabis makan malam tuan Saga

menghabiskan waktu di ruang kerjanya bersama pak Mun. Daripada Daniah menunggu

sendirian di dalam kamar dia memilih pergi ke rumah belakang. Dia bertemu

dengan beberapa pelayan laki-laki yang langsung bergerak menghindarinya. Maya

mendekatinya saat dia datang.

“ Nona ada apa? bukankah tuan muda

ada di rumah.”

“ aaa, dia senang bekerja. Aku

hanya bosan. Mau makan es cream?” Daniah mengangkat satu cup besar es cream di tangannya.

“ Ayo makan di sana.” Daniah menunjuk sebuah kursi kosong tidak jauh dari

tempat mereka berdiri sekarang.

Mereka duduk di dekat taman, sambil

menikmati pemandangan malam dan semilir angin yang menerbangkan rambut mereka.

Taman yang indah, yang mungkin nyaris tidak pernah di nikmati pemilik rumah

ini. Bahkan Daniah hanya sekedar melewatinya di pagi hari.

“ Jen sudah mulai magang, jadi

setiap pulang ke rumah dia selalu mengeluh kelelahan dan akhirnya langsung

ambruk tidur, sofi juga demikian, kuliahnya sedang padat-padatnya.” Daniah

mulai bercerita, mengeluh sebenarnya. Karena dia kehilangan teman yang bisa di

ajak bicara di rumah ini.

“ Nona Jenika dan nona Sofia memang

pekerja keras.” Maya mengatakan pujiannya.

“ Benar, padahal Jen magang di

perusahaan kakaknya, tapi aku dengar dia tidak mendapatkan keistimewaan

apa-apa. bahkan tidak ada yang tahu kalau dia adik dari pemilik perusahaan.”

Satu hal ini membuat Daniah takjub pada Jen, padahal dia sempat berfikir kalau

Jen termasuk anak manja yang akan memanfaatkan posisinya sebagai adik tuan

Saga. Toh dia memang adik yang di sayangi tuan Saga. Tapi ternyata tidak, Jen

bekerja keras dengan namanya sendiri.

Eh magang ya, apa Jen dan Raksa

pernah bertemu ya. Tapi tidak mungkinlah, perusahaan Antarna Group itukan

banyak sekali. Ntah mereka ada di perusahaan yang mana.

“ Tuan muda memang mendidik nona

Jenika dan nona Sofia dengan disiplin yang ketat.” Maya menutup mulutnya merasa

apa yang dia bicarakan sudah lancang. “Maafkan saya nona, saya sudah lancang.” Aturan

rumah ini melarang para pelayan membicarakan apapun yang terjadi di rumah ini,

bahkan dengan sesama pelayan sekalipun. Apalagi sampai membicarakan keluarga tuan Saga.

Aku ingat, waktu para pelayan

membandingkan aku dan Helen, dan saat itu sekertaris Han menghukum mereka.

“ Gak papa, bicaralah santai

padaku. Ayo makan lagi.” Sesuap es cream masuk ke mulut, lumer, dingin, lembut

dan manisnya menyatu di dalam mulut. “ Jangan bersikap sungkan padaku” Maya

hanya tersenyum.

Anda adalah nona muda kami,

bagaimana aku bisa tidak sungkan. Pak Mun saja sering kali mengingatkanku untuk

menjaga sikap. Tidak boleh menyapa anda duluan jika anda tidak menyapa.

“  Maya punya hari libur kapan?”

Pelayan mendapatkan jatah libur seminggu

sekali, yang jadwalnya berbeda setiap orang, semua di susun sesuai jadwal oleh

pak Mun. Ternyata pekerjaannya banyak sekali ya, Daniah meghitung jumlah

pelayan yang ada di rumah ini, ntah  jumlahnya berapa. Diapun tidak terlalu hafal

wajah mereka.

“ Dua hari lagi saya libur nona.

Lusa.”

“ Lusa ya, berarti pas akhir pekan,

baiklah, nanti aku atur jadwal dengan yang lainnya ya. Kamu kosongkan jadwal

liburan kamu ya, aku ingin kita pergi.”

“ Nona.” Sudah merasa kuatir karena

kebaiakan Daniah sudah melebihi batas kewajaran.

“ Jangan menolak ya.” Menepuk bahu

Maya. “ Ayo berteman dengan tulus denganku.”

Pak Mun muncul dari rumah utama.

Maya langsung mengeser posisi duduknya agak menjauh. Pak Mun Menghampiri Daniah

dan Maya di dekat taman.

“ Nona, tuan muda meminta anda ke

ruang kerjanya sekarang.” Pak Mun memperhatikan, mencari tahu apa yang sedang

di lakukan Daniah dan Maya. Dia melihat satu cup besar es cream dengan dua

sendok di sana. Lalu dia terlihat menatap Maya yang kemudian menundukan

kepalanya.

“ Eh, kenapa pak? Apa dia sudah

selesai?”

“ Silahkan ikuti saya nona.” Hanya

mempersilahkan Daniah dengan tangannya tanpa menjawab pertanyaan Daniah.

Selalu deh, tidak menjawab kalau urusannya

perintah tuan saga. Kalau sekertaris Han lewat sorot matanya pasti mengatakan.

Sudahlah, jangan banyak bicara dan ikuti saja saya. Begitu pasti kalau dia.

“ Aku pergi dulu ya. Habiskan es

creamnya. Selamat malam maya.”

Maya bangun dari duduknya dan mengangukan

kepala. “Selamat malam nona.”

Daniah memasuki ruang kerja Saga. Pak

Mun hanya mengantarkan sampai di depan pintu. Laki-laki itu sedang duduk di

sofa. Di dekatnya berdiri seorang wanita. Dia memakai stelan rapi dan celana

panjang, sepertinya bukan pelayan wanita di rumah ini. Karena seragam pelayan

tidak seperti itu. Sepertinya ini pertama kalinya Daniah melihatnya juga.

“ Sayang.” Mendekat.

“ kemarilah!” Saga mengulurkan

Tangannya agar Daniah mendekatinya. Mau tidak mau Daniah menerima uluran tangan

itu dan duduk rapat di samping Saga. “ Kau habis makan apa?” Mengusap bibir

Daniah, sepertinya masih ada sisa es cream di sana. Kecupan lembut di bibir Daniah.

Membuat gadis itu menolak secara spontan, lebih-lebih karena di samping Saga

sedang berdiri seseorang.

“ Sayang, aku habis makan es

cream.” Malu sendiri.

“ Sepertinya enak, aku juga mau.”

Satu kecupan  lagi.

Hei, makan sendiri sana, kenapa

merasai dari bibirku.

“ Sayang, hentikan. Dia siapa?”

Daniah menunjuk wanita yang sedang berdiri, wanita itu mengangukan kepalanya

sopan.

“ Ahh, dia. Perkenalkan dirimu!”

Saga menoleh padanya.

“ Selamat malam nona, nama saya Leela.

Silahkan panggil saya senyaman anda.” Katanya memperkenalkan diri dengan sopan.

Hei, kau tidak sedang memberiku

pelayan pribadikan. Memang untuk apa? aku tidak butuh pelayan pribadi atau

sejenisnya. Memang aku ini putri apa. Jen saja tidak mendapatkan pelayan pribadi.

“ Selamat malam, senang

berkenanalan denganmu. Tapi sayang dia siapa?” beralih mencari jawaban pada

Saga.

“ Sopir untukmu.”

Langsung tercipta kepanikan dalam

diri Daniah. Waspada. Tentang rencana apa di balik ini semua.

Sampai kapanpun dia memang tetaplah

tuan Saga yang seenaknya.

“ Sayang, kitakan sudah sepakat

waktu kamu memberiku mobil, kalau aku boleh membawa mobil sendiri tanpa supir.



Kalau aku pergi dengan sopir itu

sudah seperti mengawasiku 24 jam full.

“ Ini bukan penawaraan, ini

perintah.” Tegas.

“ Tapi sayang.” Memohon dengan

lembut sambil menyentuh tangan Saga.

“ Kalau tidak mau tinggalah di rumah,

jangan pergi kemana-mana.” Dengan ringannya bicara, padahal kata-katanya jadi

hantaman keras untuk Daniah.

Bagaikan jatuh terjerembah ke dalam

jebakan yang melilit leher. Tanpa sadar Daniah tangan Saga karena

merasakan kesal. Dia melepaskan tangan itu saat Saga mulai mendesah.

“ Maaf! tapi Sayang akukan

bekerja.”

“ Kau bisa pindahkan toko mu di

paviliun depan. Lihatkan rumah di kanan jalan saat kau masuk gerbang utama. Aku

akan suruh pak Mun membereskannya, kau bisa memakainya untuk toko mu nanti.” Lagi-lagi

menjawab semudah dia bernafas.

Kenapa hal seperti memindahkan toko

bisa dengan mudahnya kau bilang, kalau aku bilang ingin buka toko di mall kamu

apa kamu juga akan seringan itu menjawab. “ Baiklah biar Han yang

membereskannya.” Sepertinya memang akan semudah itu ya. Hiks.

“ Baiklah, saya bisa pergi dengan

Leela, dia akan jadi supir dan mengantarku ke toko.”

Puaskan! Kau mau mengikat leherku

sampai sejauh mana heh.

“ Nah begitu donk, kalau kau patuh,

kau kan bisa hidup dengan damai.” Kecupan lembut di leher.

Berhenti menciumiku, kau tidak tahu

malu ada orang berdiri di sana!

“ Tapi dia hanya akan mengantarku

ke rukokan? Setelah itu apa dia bisa pulang.” Memastikan bahwa dia tidak akan

di awasi 24 jam.

“ Kau bisa menyuruhnya melakukan

apapun. Membantumu di toko juga tidak masalah.”

Tuh kan, kau menjadikannya satpam

24 jam mengawasiku. Sebenarnya kamu kenapa si tuan.

“ Tapi gajinya.”

Saga menyentuh telinga Daniah

sambil memainkan giginya gemas. “ aku ingin mengigitmu kalau kau banyak bicara

lagi.”

“ Maaf.” Daniah mengangkat

tangannya melindungi telinganya.

“ Kau dengar ini, lakukan semua

yang nona katakan.” Bicara tanpa memalingkan wajah dari Daniah.

“ Baik tuan muda.”

“ Sekarang keluarlah!”

“ Baik.”

Daniah mengikuti langkah kaki

wanita muda itu sampai dia menghilang dari pintu. Kebebasannya sedang berjalan

menjauh sama halnya dengan kepergian Leela.

“ Sayang, tapi apa perlu sopir, aku

benar-benar bisa pergi tanpa sopir, aku jugakan selalu kembali sebelum

waktunya.” Masih berusaha memohon.

“ Kau mau mulai lagi! Mau

benar-benar ku laraang keluar rumah.”

“ Tapi Jen juga tidak punya sopir

dia bisa pergi dan pulang sampai malam sendirian.” Membandingkan fakta. Jen

yang usianya lebih muda darinya. Jen yang masih berstatus mahasiswa magang. Jen

yang jauh lebih cantik darinya. Jen yang punya seribu satu alasan untuk dilindungi

dari pada dirinya.

“ Kau membandingkan dirimu dengan

Jen.” Mendorong Daniah sampai ambruk di sofa. Saga duduk di pinggir sofa

sementara tangan kanannya ada di samping Daniah. “ Jen tidak pernah ingin lari

dariku. Jen tidak pernah menghilang dan membuatku kuatir!” setengah berteriak.

Kuatir, apa dia benar-benar kuatir

padaku.  Atau hanya  karena aku menghilang waktu habis pesta ulang tahun ibu.

Ini hukuman untukku. Karena sudah membuatnya susah. Hei, kenapa kau pendendam

sekali!

“ Sayang, tapi itukan.”

“ Masih mau membatah.”

Daniah mengigit bibirnya agar

berhenti bicara.

Dia sudah mengancamku tadi, kalau

aku membantahnya lagi dia benar-benar melarangku keluar rumah habislah aku.

Saga mendekatkan wajahnya, Semakin

dekat membuat Daniah memejamkan mata.

Muah. Muah.

“ Apa kau berdebar-debar sekarang? Kau

bilang jantungmu ingin meledak kalau aku melakukan inikan.” Ciuman tiba-tiba

datang, Daniah tersengal lagi. Saga menghentikan ciumannya. Sekarang dia

memberikan kecupan lembut tiga kali di bibir Daniah. “ Buka matamu bodoh!”

Sialan! Kenapa aku bisa menggigau

separah itu si.

“ Katakan!” Daniah tahu apa yang

ingin di dengar Saga. Dia terlihat mengepalkan tangannya.

“ Aku mencintaimu sayang.”

Saga membelai rambut dan menyentuh

telinga daniah. Memainkan daun telinga tipis yang mulai memerah itu.

“ Ini terakhir kalinya aku

menyuruhmu mengatakannya.” Mencium lembut bibit Daniah, lalu dia menjauhkan

lagi wajahnya. “ Tapi kalau kau mau mengatakannya sendiri nanti, katakanlah,

jangan menahannya. Katakan kau mencintaiku dengan kemauanmu sendiri.”

Apa! mengatakan karena kemauanku

sendiri, apa dia benar-benar ingin aku mencintainya.

Daniah memejamkan mata saat Saga

lagi-lagi mendekatkan wajahnya.

Eh, kenapa? Kenapa dia tidak

menciumku.

Daniah membuka mata perlahan,

melihat Saga yang sudah berdiri di samping sofa tempatnya berbaring.

“ Apa yang kau lakukan di sana?

Huh! Kau ketagihan aku cium ya. Bangunlah! Aku lelah mau tidur sekarang.” Berjalan

meninggalkan Daniah yang di selimuti malu. Dia menutup pintu pelan, lalu

tergelak tanpa suara. “ Kenapa dia lucu sekali.” Wajah malu Daniah yang

memerah.

Apa! Apa! apa dia sedang

menjahiliku lagi. Aaaaaaa................

BERSAMBUNG