Chapter 83 Melindungi diri

Daniah mendukan kepala malu saat

melirik meja yang lain, mereka ada yang tertawa tapi tidak lama sudah tidak

perduli lagi. Fokus dengan lawan bicara mereka masing-masing.

“ Gila ya! Pelankan suaramu jen.

Aku juga gak tahu sudah berapa kali, memang aku iseng menghitungnya.” Daniah

menundukan kepalanya malu, mendengar omongannya sendiri.

Aku malu untuk mengatakannya, kalau

hampir setiap malam.

“ Jadi, sudah sampai sejauh itu.

tapi kakak ipar masih mengatakan kalau tidak menyukai kak Saga.”

Kata-kata

Jenika kenapa seperti sedang menghujam dadaku ya, benar, bagaimana perasaanku

pada tuan Saga ya. Apa aku benar-benar tidak menyukainya. Apa aku tidak

menikmati sentuhan lembut saat dia menciumku. Walaupun dia kasar, tapi anehnya

dia memang selalu memperlakukanku lembut di tempat tidur.

“ Aku hanya ingin melindungi diriku

Jen.” Daniah mengangkat kepalanya, dan menatap Jenika dan Sofia bergantian. “

aku hanya tidak ingin terluka lebih dalam kalau sampai aku menyimpan perasaan

pada tuan Saga. Aku menikah karena alasan apa aku sudah tahu itu. Tuan Saga

punya wanita yang dicintainya aku juga tahu itu. Jadi aku hanya melindungiku

diriku, kalau nanti tuan Saga membuangku. Aku tidak akan terlalu sakit. Berbeda

kalau aku menyukainnyakan, tidak tahu akan sesakit apa hatiku nanti.”

Jenika dan Sofia mendekati Daniah.

Menepuk pundaknya.

Bodoh! Memang siapa yang mau

membuangmu kakak ipar. Kalaupun kamu ingin kabur sekarang, kak Saga tidak akan

pernah melepaskanmu.

“ Ternyata kakak ipar ini

benar-benar bodoh ya.” Jenika masih menepuk bahu kanan Daniah.

“ Kak Jen, jangan menghina kakak

ipar terus donk. Kakak ipar memang bodoh tapi jangan dibilangin keras-keras

juga.” Sofia protes. Sambil menepuk bahu kiri Daniah.

Kalian itu sama aja tahu! Sama-sama

mengataiku bodoh.

“ Memang kakak ipar tidak

berdebar-debar apa kalau sedang bersama kak Saga. Kalau sedang menyentuh dada

bidang dan putihnya kak Saga. Kalau kalian sedang berciuman memang gak kerasa

apa-apa gitu.” Jen dan Sofi sudah berhenti menepuk bahu, sekarang mengeser

duduk lagi.

“ Apa si, aku sampai gak bisa

bernafas karena rasanya dadaku ingin meledak.” Lagi-lagi malu yang ada. Kenapa

dua orang ini bisa membahas masalah begini dengan riang si. Daniah cemberut

sendiri.

Ternyata kakak iparku ini

benar-benar bodoh ya, bahkan tubuhnya jauh lebih pintar bereaksi daripada

hatinya.

“ Kak Saga itu mencintai kakak ipar

tahu, kalau tidak kenapa dia tidur dengan kakak ipar. Hemm, sampai sudah tidak

terhitung lagi jumlahnya berapa kalinya.” Jenika tertawa menyeringai membuat

lagi-lagi wajah Daniah merah padam. “ Memang kakak ipar pikir, kalau laki-laki

tidak menyukai perempuan dia bisa tidur sampai berkali-laki begitu.” Menghujamkan

kalimat keras, biar telak menghantam kebodohan kakak iparnya.

“ Diakan senang menyiksaku saja.”

Daniah menjawab.

“ Kakak ipar ini bodoh atau apa si.

Hiii gemes sekali aku jadinya.” Mencubit pipi Daniah. Gadis itu menepis tangan

jenika sebal. Sakit tahu begitu katanya. “ Kakak ipar itu wanita pertama dan

satu-satunya yang tidur dengan kak Saga! Catat itu diotak kakak ipar ya.

Artinya apa, ya memang kakak ipar yang diinginkan kakakku. Bukan kak Helen atau

siapapun, dia memang mau kakak ipar, dia suka sama kakak ipar. Dia mencintai

kakak ipar.”  Jen kembali berapi-api,

Sofia di samping juga ikutan menyemangati.

Apa! Cinta, tuan Saga. Padaku. Tuan

Saga mencintaiku. Yang benar saja.

Bayangan buram melintas seperti

film berputar dikepala Daniah.

“ Bersiaplah aku akan

mencabik-cabikmu.”

“ Habis kamu! Berani membantahku.”

“ Apa! Berani memelototiku!”

“ Gosok punggungku dengan benar,

apa kamu tidak diberi makan.”

“ Beraninya kau!”

“ Tidak mau tidur denganku,

pergilah. Akan kuhancurkan keluargamu tanpa sisa.”

“ Kau harus membayar dengan tubuhmu

donk, itu baru setimpal.”

“ Mau mati ya!”

Daniah mengaruk meja dengan

kukunya. Ia menangis dalam hati.

Itu darimananya yang disebut cinta

si. Hiks, hiks. Memang ada orang yang mengatakan hal begituan pada orang yang

di cintainya. Ya, tuan Saga tidur denganku hanya karena aku istrinya. Wanita

yang sudah dia beli dan dia beri makan. Pasti dia hanya berfikir begitu, kenapa aku

menyia-yiakan apa yang ada di sampingku. Pasti begitukan alasan sebenarnya.

“ kakak ipar! Kakak ipar!” Jenika

mengoyangkan tubuh Daniah, membuatnya tersadar dari lamunan.

“ Sekarang pahamkan.”

“ Apa?”

“ Bagaimana si, pahamkan kalau kak

Saga itu sudah jatuh cinta sama kakak ipar.”

“ Sudahlah, ia, ia. Aku paham.”

Walaupun tetap tidak bisa menerima sedikitpun penjelasan Jenika.

Malam semakin larut, merekapun

memutuskan pulang. Dalam perjalanan malam, lampu jalan bersinar terang. Daniah

menatap kaca mobil nanar. Jenika fokus mengemudi. Sofia ambruk tiduran di kursi

belakang sambil bermain dengan hpnya.

Tuan Saga menyukaiku, Hei Daniah

jangan bermimpi. Tetap jaga jarak sejauh mungkin hatimu. Kau tidak mau terluka

nantikan.

Malam semakin larut, sekali lagi

Daniah berhasil meyakinkan hatinya, untuk tidak boleh jatuh hati atau

bersimpati pada Tuan Saga.

Kendaraan menepi di depan pintu

rumah utama. Saga keluar setelah Han membukakan pintu. Pak Mun sudah berdiri di

dekat mobil.

“ Pulang dan istirahatlah.” Han

mengangukan kepala.

“ Selamat istirahat tuan muda.” Dia

menunggu sampai Saga dan Pak Mun masuk ke dalam rumah, lalu kembali masuk ke

dalam mobil. Keluar dari gerbang utama.

Sekarang, Saga sudah duduk dan memakai sandal

rumahnya.

“ Jam berapa Daniah kembali? Apa

dia sudah tidur sekarang.”

Pak Mun memberikan penjelasan.

“ Nona kembali jam sepuluh tuan

muda, langsung masuk ke kamar. Nona jenika dan Nona Sofia juga.”

“ Baiklah.” Saga sudah mau bangun.

Tapi tertahan karena pak Mun mengatakan sesuatu lagi.

“ Maafkan saya tuan muda, tadi saya

membiarkan nona Jenika membawa nona muda.”

“ Setelah pulang apa mereka

bertengkar?” Saga bertanya.

“ Tidak tuan muda. Semuanya

terlihat sangat senang. Nona muda juga tertawa senang.” Jawaban Pak Mun sudah

membuat Saga puas.

“ Baiklah, untung kamu tidak

menahan Jen membawa Daniah. Mulai sekarang biarkan Jen dan Sofia dekat dengan

Daniah. Mereka sepertinya sudah mulai paham siapa  kakak iparnya sekarang.”

“ Baik tuan muda. Dan juga tadi

Nyonya kedatangan nona Helena.” Saga hanya terdiam, sepertinya tidak tertarik. “

Mereka pergi mengobrol di kamar, jadi saya tidak tahu apa yang dibicarakan.”

Merasa bersalah dengan ketidakmampuannya.

“ Sudahlah, biarkan ibu melakukan

apa yang dia mau. Cukup awasi saja dia. Tidak perlu mengantarku, pergi

istirahatlah.” Mencegah Pak Mun yang sudah berjalan mengikuti.

“ Baik tuam muda. Selamat malam,

selamat istirahat.” Pak Mun hanya mengantarkan Saga sampai ke ke tangga. Lalu

dia pergi mematikan beberapa lampu, lalu berjalan kekamarnya. Untuk istirahat.

Hari ini pekerjaannya sudah cukup berat.

Sementara Saga masuk ke dalam kamar

dengan perlahan. Dalam keremangan cahaya lampu dia melihat Daniah yang

terbaring lelep di atas tempat tidur. Dia tidak mendekati tempat tidur. Dia

masuk ke kamar mandi. Selang tidak lama sudah terlihat segar, sambil

mengeringkan rambut sebentar. Dia melemparkan handuk kecilnya ke atas meja.

Kau pasti kelelahan karena

bersenang-senangkan.

Saga menyibakan selimut, mendapati

Daniah dalam balutan baju tidurnya. Wajahnya tersenyum tipis. Dia naik ke atas

tempat tidur.

Kau yang menggodaku dengan baju

tidur itu ya. Jangan salahkan aku.

Sentuhan lembut di bibir, dan

leher. Daniah mengeliat. Saga menghentikan aktivitasnya sementara. Pura-pura

terdiam berbaring. Daniah kembali terdiam, hanya kecapan yang terdengar dan

hembusan nafasnya pelan. Saga tergelak tanpa mengeluarkan suara.

Imut sekali, dia bahkan tidak

bangun.

Saga menarik selimut menghempaskannya ke ujung tempat tidur.

Ternyata Han menganti model baju tidurmu

berguna juga ya.

Saga menikmati semua bagian tubuh

istrinya, lekukan leher, bibir, telinga hingga membenamkan wajah ke dada Daniah, dia makan waktu jauh lebih lama dibagian itu.  Beberapa kecupan meninggalkan bekas merah,

terdengar Daniah mengeliat tapi dia sama sekali tidak terbangun. Membuat Saga

tidak menghentikan apa yang dia lakukan.

Daniah jatuh ke dalam mimpi yang akan membuatnya malu esok hari.

Malam semakin larut, setelah

meninggalkan satu kecupan merah di atas dada gadis itu, dia terbaring di sampingnya.

Memeluk istrinya erat, menempelkan bibirnya di bahu Daniah. Sampai dia sendiri

jatuh ke dalam mimpi yang indah.

BERSAMBUNG