Chapter 82 Berapa kali?

Camilan di depan mereka sudah

kandas, berpindah tempat. Minuman juga sudah habis. Sofia mengumpulkan semua

sampah bekas pembungkus lalu membawanya ke tempat pembuangan sampah. Sementara

jenika membersihkan meja yang mereka pakai dengan tisyu. Adiknya merengut saat

dia menyerahkan tisyu yang habis ia pakai lap meja. Tapi tidak bisa protes

akhirnya kembali berjalan menuju tempat sampah.

“ Kakak ipar ayo kita nonton.”

Setelah membereskan tempat mereka duduk.

“ Nonton? Tapi.” Daniah melihat jam

di hpnya inikan sudah hampir petang pikirnya. “ Kitakan harus pulang Jen, bagaimana

kalau tuan Saga pulang makan malam di rumah. Habis aku nanti kalau tidak

menyambutnya.”

“ Coba kakak ipar tanya sama

sekertaris Han, hari ini Kak Saga makan malam di rumah tidak. Aku ingin nonton

film, ada film baru, yang main model kece yang aku suka.” Jenika menarik tangan

adiknya. “ Dia tampan ya. Aaa, tapi sudah punya pacar.”

“ Coba lihat ini kak, manis ya. Gimana

kalau kita minta kenalin sama kak Arya.” Dua orang gadis itu sedang bergosip

ria. Lupa deh, kalau mereka sudah punya pacar masing-masing.

Sementara Daniah mulai mengetikan

pesan bertanya pada sekertaris Han. Sebenarnya dia sendiri juga tidak rela

untuk pulang. Dia masih ingin bermain bersama Jen dan Sofi, dia lupa kalau tadi

dia merasa terpaksa dan kelelahan pergi dengan mereka. Sekarang yang dia rasa

adalah tawa dan bahagia.

“ Sekertaris Han, apa tuan Saga

akan makan malam di rumah?”

“ Tidak nona.” Jawaban singkat

padat dan jelas. Dan cepat sekali membalasnya.

Daniah berbinar senang, dia sudah

akan menyelesaikan pesannya tapi kembali berfikir.

Aku harus minta izin tidak ya? Baiklah,

pemberitahuan saja.

“ Saya sedang bersama Jen dan

Sofia. Kami akan pulang malam, Jen ingin menonton film.” Terkirim.

“ Baik nona, selamat

bersenang-senang.” Jawaban secepat kilat.

Baiklah bereskan, dia sudah bilang

begini artinya aku bisa pulang sepuasku bermain nanti tapa kuwatir.

Tring, pesan masuk lagi.

“ Bisa kirimkan foto anda bersama

nona jenika dan nona Sofia.”

“ Kenapa? Anda tidak percaya saya?”

Sekarang giliran Daniah membalas secepat kilat.

“ Tuan muda yang memintanya.”

Duarr, lagi-lagi cuma bisa mengepalkan tangan geram. Dia selalu memakai cara

licik untuk membungkam mulut Daniah. Sepertinya sekertaris Han faham sekali

kelemahan Daniah dalam point ini.

Kenapa aku selalu berfikir aku

sedang berkirim pesan dengan tuan Saga kalau begini si. Baiklah, Cuma foto

bukti kalau aku sedang bertigakan.

“ Jen, kirimkan foto yang kita

ambil tadi ke nomorku.” Padahal ya, merekakan belum bertukar nomor.

“ kenapa?” mendongakan kepala,

belum selesai membahas cowok tampan di hpnya dengan Sofia. “ Aku belum simpan

nonor kakak ipar jugakan?”

“ Tuan Saga minta aku mengirimkan

foto kalau aku sedang bersama kalian. Aku mau kirim foto yang tadi saja.”

Daniah menyerahkan hpnya, meminta Jenika memasukan nomornya. Jenika menurut

saja.

“ hei, kakak ipar ini bilang apa.”

Merebut hp Daniah lagi setelah dia selesai menyimpan nomornya. “ Kakak ipar

harus mengambil foto  baru dari hp ini,

kakak ipar yang pegang hpnya sekarang.” Menyerahkan hp ke tangan Daniah. Lalu dia

menarik Sofi untuk mencari posisi foto terkece.

“ Memang kenapa? Sama ajakan sama

foto kamu tadi.” Toh yang dia minta Cuma bukti kalau dia benar-benar sedang

bertiga bersama adik-adiknya. Begitu yang dipikirkan Daniah.

“ Ishh, kakak ipar ini benar-benar

tidak tahu apa-apa ya. Kak Saga pasti sudah melihat foto yang aku posting tadi.

Kalau kakak ipar juga mengirim foto itu dia bisa jadi kesalkan, kenapa, karena

dia dianggap tidak spesial.” Menjelaskan lagi hal yang di rasa Daniah tidak

masuk akal. Tapi dia jadi mendapatkan info baru. Ternyata Saga benar-benar

sensitif sampai memperhatikan hal detail semacam ini.

“ Jadi tuan Saga juga mengawasi

kalian.” Mengeleng tidak percaya. Lebih tidak percaya lagi karena dua anak di

depannya ini baik-baik saja.

“ bukan mengawasi kami kakak ipar,

tapi itu wujud kasih sayang kak Saga untuk melindungi kami.” Sofia menjelaskan.

“ idih, kalian pengertian sekali.”

Daniah mengeryit tidak bisa menerima cara berfikir kedua adik iparnya. Akhirnya

mereka mengambil foto baru dengan menggunakan hp milik Daniah. Beberapa pose,

sudah cukuplah.

“ Kakak ipar edit dulu kasih love

sama kecupan, baru dikirim.”

Kalian ini kenapa si, kami itu

bukan pasangan suami istri yang saling mencintai tahu. Sudah asal kirim saja.

Daniah memilih foto yang paling

bagus menurutnya, lalu terkirim. Selesaikan, begitu pikirnya. Urusan perizinan selesai.

Sekertaris Han juga tidak membalas pesannya lagi.

Mobil melaju menuju mall ternama

milik Antarna Group. Hari ini mereka akan menonton film pilihan jenika.

“ Kakak ipar kita buat grup chat

yuk.” Jen bicara sambil mengemudikan kendaraaan.

“ idih, gak mau. Memang kita

seakrab itu.” Daniah menyandarkan kepala, menatap hpnya.

“ Jahat, kok gitu si. Kakak ipar,

ayo kita mengakrabkan diri donk, kakak ipar adalah wanita yang dicintai

kakakku, jadi kedepannya aku akan membela kakak ipar.” Ya, ini juga untuk

membuat hidupku jadi lebih muda juga. Jenika menyeringai.

“ Jangan aneh-anen deh, siapa yang

mencintai siapa.”

Pembicaraan mereka terhenti saat

mobil sudah memasuki area parkir. Sudah mulai gelap menuju malam.

“ Kita makan dulu aja ya.” Jenika

menarik tangan adik dan kakak iparnya menju food court mall. “ Mau makan apa?”

“ Kita makan nasi yuk, tadi siang

aku gak makan nasi soalnya.” Daniah memilih menu. Dia juga merasa perutnya

lapar.

“ Boleh-boleh”

Mereka sudah menghadapi mangkok

berisi makanan pilihan masing-masing. Segelas minuman juga sudah mendampingi. Bersiap

menyantap hidangan makan malam

“ Ayo makan.” Ucap mereka

bersamaan, lalu tertawa. Suapan pertama juga bersamaaan.

“ kakak ipar!” Jenika memanggil,

dia masih mengunyah dan tidak menghentikan makannya.

“ Iya.” Dijawab sekenanya, masih

fokus makan juga.

“ Apa benar kakak ipar tidak mencintai

kak Saga?”

Deg, kenapa menanyakan hal begini

secara terbuka si. Aku harus menjawab apa coba. Terang-terangan mengatakan

tidak mencintai juga tidak mungkinkan.

“ Padahal kak Saga mencintai kakak

ipar.” Sofi mengantikan jenika bicara. Seperti tahu sekali bagaimana perasaan

kakak laki-lakinya. Ya, mereka tahu, karena mereka mengenal bagaimana Saga

selama ini hidup.

Hei, kenapa kalian rasanya

memojokanku begini. Seperti berkata, kenapa kakak ipar tidak mencintai kakakku

yang sempurna itu. Apa kekurangannya.

“ Kalian pasti salah. Aku dan tuan

Saga menikah karena ada alasan tertentu.” Akhirnya menjawab begitu. Tapi Daniah

akan mencukupkan jawaban sampai di sini saja. Dia tidak mau membeberkan

alasannya menikah dengan tuan Saga. Baik itu tentang pelunasan hutang atau

tentang alasan sebenarnya perihal Helena.

“ Apa?” Jenika bicara lagi.

“ Kalian tidak akan paham.” Menolak

secara harus untuk bercerita.

“ Apa alasan kak Saga yang memilih

kakak ipar untuk membalas kak Helen.” Jenika bicara santai sambil mengunyah.

“ Lho kalian kok tahu.” Daniah

terkejut, apa selama ini cuma dia yang tidak tahu. Dan menggangap alasan itu

perlu dirahasiakan.

“ Ya ampun kakak ipar, jadi karena

itu kakak ipar sampai berfikir kalau kak Saga tidak mencintai kakak ipar.” Nada

bicara Jenika sudah seperti mengvonis kalau Daniah itu wanita paling bodoh di

dunia.

Daniah terdiam.

Tapi memang itu

alasannyakan. Saat ini tuan Saga hanya sedang galau dan bimbang. Tapi kalau dia

sudah bisa menata hatinya, dia pasti akan kembali pada cintanya lagi. Bukankah

memang seperti itu cinta, dia akan kembali pada tempatnya.

“ Baiklah, ayo habiskan makanan

kita dulu. Sepertinya aku perlu membuka kuliah khusus untuk kakak ipar. Selain

wajah pas-pasan, ternyata kakak ipar juga tidak pintar, tidak peka, lugu, polos

yang cenderung bodoh ya.”

“ Hei Jen, itu kurang ajar

namanya.” Daniah jelas sewot mendengarnya.

Jenika tertawa, tapi dia tidak

minta maaf.

Akhirnya tidak jadi nonton film.

Mereka malah pergi ke cafe. Jenika dan Sofia memesan kopi sementara Daniah

lebih memilih minum air putih dingin. Dia sudah kekenyangan tadi.

“ Baiklah, kita mulai pelajaran

pertama kita kakak ipar. Apa sudah siap.”

“ Ia, ia, jangan kebanyakan drama,

kamu mau bilang apa sebenarnya.” Daniah mengalah dan mengikuti mau adik

iparnya.

“ Setelah malam pertama sudah

berapa kali kakak ipar tidur dengan Kak Saga?” lagi-lagi bicara tanpa sensor.

Wajah Daniah langsung memerah malu. Bayangan dekapan saga menghantui kepalanya

lagi.

“ Jangan bertanya yang aneh-aneh.”

Menghabiskan hampir separuh botol minumannaya.

“ Sekali.” Daniah menjawab dengan  mengelengkan kepala pelan. “ Tiga kali.”

Daniah mengeleng lagi. “ Sepuluh kali.” Kali ini Jenika yang mulai menggebu.

Dia mengebrak meja. Bukan hanya membuat Daniah yang terkejut, orang di meja

tidak jauh dari mereka juga sama. “ Jadi berapa kali kalian sudah tidur

bersama?” berteriak kesal.

BERSAMBUNG