Chapter 68 Sehari bersama Raksa (Part 1)

Selang beberapa hari, sebelum ulang

tahun Ayah Daniah. Waktu bergerak seperti jatuhnya air dari pegunungan, mengalir deras tidak perduli pada apapun. Ya, ia berputar tanpa memihak pada siapapun. Dengan durasi yang sama 24 jam bagi semua manusia.

Pagi ini tingkatan penyiksaan yang dilakukan Saga naik. itu yang ada dipikiran Daniah, bagi Saga ini bukti semakin dalamnya perasaannya.

Saga meminta ciuman selamat pagi sebelum keluar dari kamar.

“ Kenapa? Tidak mau?” jari telunjuk

Saga sudah menunjuk kening Daniah. Membuatnya terdorong mundur selangkah.

Daniah tersenyum ceria. Akting.

“ Tentu saja saya senang sekali

suamiku. Ciuman selamat pagi di pagi hari, tentu saja, akan saya lakukan setiap

hari dengan penuh kebahagiaan.” Wajahnya secerah matahari yang mulai memanaskan bumi.

“ Dasar mencari kesempatan,

sesenang itu menciumku sampai melakukannya setiap hari. Padahal aku hanya mau

hari ini saja tuh.” Menyeringai licik. “ Karena kamu yang memohon, baiklah,

lakukan setiap hari.”

Gemetar-gemetar kesal sambil

menuruni tangga mengikuti langkah kaki Saga.

Sambil memaki Daniah melajukan

mobilnya dengan perlahan, memasuki gerbang tinggi universitas ternama di kota

ini. Dia memarkir kendaraannya di tempat parkir khusus untuk tamu universitas.

Bertanya kepada satpam yang sedang berjaga. Satpam memberikan penjelasan dengan

menunjuk area yang ditanya Daniah.

“ Terimakasih ya pak.” ucap Daniah sopan.

“ Sama-sama mbak, mau cari siapa?”

“ Adik saya. Saya permisi ya pak.” tersenyum sekenanya.

“ Ia mbak.”

Daniah menyusuri jalan setapak

dengan langkah kecil sambil menikmati pemandangan sekitar.

Senangnya ya, anak-anak muda yang

baru memulai mimpi dan belajar untuk memperjuangkan mimpi. Belajar yang rajin ya

adik-adik. Nikmati hidup kalian dengan benar, dan jadilah orang sukses yang bisa

membuat bahagia untuk diri kalian sendiri dan orang-orang yang kalian sayangi.

Daniah melihat beberapa anak sedang

mengerombol, berbicara dengan ribut. Ah, manisnya gumamnya. Inilah kehidupan

normal itu. Aku harus berusaha sekuat tenaga agar Raksa tetap bisa menikmati

kehidupan normal semacam ini.

“ Kak Niah!” teriakan seseorang

membuyarkan pikiran Daniah. Dia melihat adiknya melambaikan tangan dari

kejauhan. Dia terlihat berpamitan dengan dua teman di sampingnya lalu berlari

mendekati Daniah. “ Kak Niah sampai kemari, kitakan bisa janjian ketemu di mana

gitu.”

“ Gak papa, sekalian biar gak

tunggu-tungguan. Yuk jalan.” Daniah menarik lengan adiknya, melingkarkan tangan

lalu berjalan bergandengan. “ Mau makan siang dulu gak?”

“ Kak Niah mau makan di kantin

kampus gak, makanan di sini lumayan enak lho. Ada kantin di dekat danau juga.” Raksa menjelaskan dengan bersemangat, sambil menunjuk kantin di dekat danau kampus.

Wajah Daniah langsung berbinar

senang, kapan lagi bisa makan dengan sesama manusia di tempat yang

pemandangannya indah. Dia mengangukan kepala, Raksa tertawa paham kalau kakak

perempuannya sedang antusias. Lalu dia menarik lengan Daniah mengajaknya

mengikuti langkah kakinya.

“ Benarkan? Kak Niah suka?” Raksa menyenggol lengan Daniah.

“ Hehe, ia. Suka sekali. Kak Niah jadi ingin kuliah di kampus kamu dek.”

“ Haha, ayo foto kak.” Raksa

mengeluarkan hpnya, lalu mereka berfoto dengan pemandangan danau sebagai

backgroun. “Baguskan, aku kirim ke kak Niah ya.” Daniah menggangukan kepala.

Lalu dia juga mengambil beberapa foto Raksa sendirian dan pemandangan danau

yang indah.

Danau ini sepertinya danau buatan,

karena batu-batu pondasi di setiap pinggirnya. Tapi tetap saja membuat hati

rasanya nyaman, sambil ditiup angin lembut. Pepohonan di sekitar danau juga

membuat udara segar. Terasa sejuk dan nyaman. Dimana-mana tempat indah dan

makanan adalah sesuatu yang saling berhubungan. cukup ramai juga yang makan di sini. Pastilah begitu, gumam Daniah. Kalau dia kuliah di sini ini pasti jadi tempat favoritnya di kampus.

“ Kak Niah baik-baik saja?”

Sebenarnya inilah yang sedari tadi ditahan

Raksa, dia tahu Daniah akan selalu memasang wajah tersenyum sepanjang hari

kalau bersamanya. Tapi dia bukan anak-anak yang bisa ditipu oleh senyum itukan.

Dia sudah dewasa sekarang. Tahu bagaimana saatnya harus senang atau ikut

merasakan kesedihan kakak perempuannya.

“ Masih saja kuatir ya?” Mengusap kepala adiknya. “ Kak Niah baik-baik saja.”

Minuman datang, mereka menikmati

pesanan mereka sambil menatap danau yang tenang.

Apa di danau setenang itu tidak ada

kesedihan ya, apa semua makhluk penghuninya benar-benar hidup damai setenang

permukaan air itu.

“ Kak.”

“ hemm.”

eh kenapa aku menjawab dengan kalimat keramat tuan Saga. saking seringnya aku mendengar kata itu sampai spontan terucap.

“ Ayah sangat kesal saat tahu aku

tidak mau magang di perusahaan.” Daniah menghentikan lamunannya dan fokus

menoleh pada adiknya. “ tadinya dia mengancam tidak mau memberiku uang.”

“ Ayah bilang begitu, lalu ibumu?”

tidak percaya ayah sampai sejauh itu pada anak laki-laki kesayangannya.

“ Dengar dulu, tapi setelah aku

bilang kalau pengajuan permohonan magangku diterima Antarna group .” belum

menyelesaikan kalimatnya. Daniah memotong karena terkejut.

“ Apa! Kamu jadi magang di sana?”

Kenapa ini, perasaanku sudah merasa

tidak nyaman begini. Kenapa bukannya bisa melepaskan diri, tapi kenapa sedikit

demi sedikit keluargaku malah semakin terikat dengan Tuan Saga. Aku yang ingin

berlari sekuat tenaga sepertinya hanya upaya sia-sia. Dia mencengkramku dari

segala penjuru.

“ Ia, dari sekitar duaratus ribu

pemohon, aku terpilih tahun ini diantara 200 orang. Belum tahu penempatannya di mana, informasi akan diberikan saat training nanti.”

Ini bukan hanya kebetulankan? Tidak,

bisa jadi ini hanya kebetuan saja. Raksa anak yang pandai, nilainya selalu yang

terbaik di kampusnya. Ini hanya kebetulan, tidak mungkin tuan Saga mengurusi

masalah anak magang. Daniah berusaha meyakinkan dirinya.

“ Lalu reaksi ayah.” Kembali

melanjutkan cerita Raksa, daripada dihantui kepanikan tentang Tuan Saga.

“ Senang sekali, sampai sujud

syukur. Dia memberiku uang jajan dobel. Menyedihkan sekali.” Suara Raksa getir,

meminta maaf pada Daniah.

“ Hehe. Sudahlah dek, nikmati saja

apa yang sudah ayah berikan.” Tertawa menghibur adiknya. Apalagi yang bisa

diharapkan. Toh laki-laki yang jelas-jelas ayah kandungnya itu bahkan rela

menukar anak gadisnya dengan perusahaan miliknya.

“ Kak Niah tau, kak Risya

sekarangkan sudah menandatangani kontrak drama dan iklan.” Raksa melanjutkan

cerita mengenai keluarga. Walaupun Daniah tidak bertanya, tapi memang ini yang

ingin diketahuinya, kalau semua baik-baik saja.

“ Berhasil juga dia rupanya.” balasnya tidak terlalu antusias.

“ Ibu menjual nama Antarna Group.”

“ Apa ibu mengaku pada semua orang

kalau dia punya menantu Tuan Saga.” Daniah merasa kuatir sendiri.

“ Tidak kak, mereka pasti tidak

punya keberanian untuk itu. Sekertaris tuan Saga sudah mengingatkan ibu dan

ayah untuk menjaga sikapnya. Jadi aku yakin mereka tidak akan seberani itu.”

Tapi apa yang dilakukan ibu sampai akhirnya Risya bisa masuk dunia entertrainer.

“ Syukurlah. Jangan bermain-main dengan tuan Saga.”

Bedebah sialan itu bisa melakukan

apa saja diluar batas pikiran manusia normal seperti kita. Sekarang setiap

malam selalu memelukku, mengerayangi tubuhku dengan tangannya,  kalau dia sedang berselara, dia akan memintaku

melayaninya. Tapi kurang ajarnya dia selalu menemukan taktik seperti aku yang

merayunya.

Daniah tangannya gemas

sekaligus kesal. Karena nyaris setelah malam pertama dia tidak pernah lagi bisa

tidur dengan tenang.

Tapi kenapa sekarang

hampir tiap malam dia berselera si. Dan sepertinya sekarang gak punya kerjaan.

Setiap hari selalu pulang tepat waktu, sesenang itu menyiksaku.

BERSAMBUNG