Chapter 66 Kejutan Pagi

Ada dua wajah kehidupan yang bisa

dilihat di kamar ini. Wajah bahagia, milik laki-laki yang sudah memperdayai wanita

yang dicintainya untuk memohon tidur dengannya. Senyum cerah dan kemenangan,

mengalahkan semua isi bumi. Dan satu wajah penuh rona malu dari wanita yang

bagaimana bisa tidak tahu malunya menyerahkan diri pada laki-laki yang

dibencinya. Laki-laki yang sudah memperlakukannya seperti pembantu. Yang jelas-jelas tidak mencintainya.

Saga benar-benar seperti pengantin

baru yang habis melakukan malam pertama dengan penuh cinta. Ya, mungkin dia

merasakan gairah penuh cinta itu. Tapi  tentu saja tidak dengan Daniah. Dilihat dari

sudut manapun wajahnya terlihat sangat letih bercampur malu.

“ Apa ini?” Saga menarik syal bunga

yang melingkar di leher Daniah. Dia terlihat sangat tampan dengan setelan jas

dan dasi warna navy. “ Memang negara ini punya musim dingin?” katanya sambil

mengeryit melihat benda di tangannya.

“ Tidak suamiku.” Menutup wajahnya

dengan tangan. Malu, isi kepalanya tentang pristiwa semalam masih sangat lekat

diingatan.“ Saya hanya ingin memakainya.” Sambil menutupi lehernya. Aib yang

ingin dia sembunyikan dari semua mata orang di rumah ini.

“ Apa ini benar-benar ada di

lemarimu?” Mengangkat syal tinggi di tangannya, melihat dari berbagai arah.

Seperti berkata, bagaimana benda aneh ini bisa ada di lemarimu.

“ Ia, saya menemukannya di dalam

laci.” Bersungguh-sungguh. Tidak mungkin dia memakai pakaiannya sendiri di

hadapan Saga.

“ Cih, selera Han kampungan sekali.

Buang itu!” katanya tegas. “ Mataku sakit melihatnya.”

Siapa juga yang mau memakai benda

aneh itu di musim seperti sekarang. Hiks, kalau bukan karena tanda merah

di leherku ini. Kalau matamu sering sakit, pergi ke dokter sana!

“ Saya mohon suamiku biarkan saya

memakainya hari ini saja.” Sudah mau merebut dari tangan Saga, tapi tentu dia

kalah cepat. Saga mengibaskan tangannya lalu menyimpannya di balik punggungnya.

“ Kenapa? Apa yang mau kamu

sembunyikan.” Saga sudah menempelkan bibirnya di telinga Daniah. Gadis itu

menjerit, tiba-tiba Saga mengigitnya. “ Ini stempel kepemilikan.” Jemari Saga

menyentuh leher Daniah. “ Kenapa wajahmu merah? Sesenang itu ya.”

“ Ti, tidak!” spontan menjawab keras.

Siapa yang senang, toh kamu melakukannya juga

bukan karena menyukaiku, tapi hanya karena menghukumku yang sudah lancang

menyusun rencana untuk mempertemukanmu dengan Helena. 

“ Tidak!” Saga melotot. Tidak suka

mendengar jawaban Daniah.

“ Tidak begitu, maksudnya ia saya

senang. Saya senang sekali bisa tidur dengan anda semalam.”

Puas! Puas! Kalau aku bicara

begitu, lihat kamu tersenyum sesenang itu membuatku menderitakan. Puaskan kamu

sekarang.

Saga melemparkan syal yang dia

pegang, lalu menarik tangan Daniah keluar dari kamar. Berjalan beriringan. Pak

Mun sudah berdiri di bawah tangga, menyambut mereka. Dia tersenyum saat melihat

Saga turun dengan mengandeng tangan Daniah.

“ Selamat pagi tuan muda dan nona

muda.” Angukan kepalanya saat kedua orang sudah ada di hadapannya.

“ Pagi pak Mun.” Hanya Daniah yang

menjawab ramah, Saga hanya sedikit mengangukan kepalanya.

Ibu mertua dan dua adik ipar yang

sudah duduk di meja makan ikut berdiri. Wajah mereka penuh tanda tanya, apalagi

kalau bukan melihat tangan Saga yang mengengam tangan Daniah. Bahkan sampai

mereka berada di dekat meja makan.

Apa yang terjadi hari ini, apa akan

turun hujan es. Kenapa kak Saga mengandeng tangan kakak ipar, dan lihat

wajahnya. Kenapa dia terlihat senang sekali. Wajah kakak ipar juga, malu-malu

dan canggung begitu. Ada apa ini? Sofia

Apa itu, kenapa mereka seperti

pengantin baru. Jenika

Tidak bisa berfikir apa-apa saking

terkejutnya. Ibu

“ Selamat pagi bu!” Saga menyapa

duluan, Daniah sampai mengeryit, selama mereka menikah sepertinya belum pernah

dia melihat Saga menyapa orang duluan, walaupun pada ibunya.

Ibu tersadar  lalu mengisyaratkan kedua putrinya untuk

duduk.

“ Selamat pagi juga Saga, apa

semalam tidurmu nyenyak?” Ibu tersenyum, menatap Daniah, seperti berusaha

mencari tahu sesuatu.

“ Ya begitulah.” Saga melepaskan

tangannya. Lalu duduk di kursi yang sudah ditarik pak Mun.  “ Daniah membuatku tidur dengan nyenyak

semalam.”

Daniah hanya bisa tersenyum

di samping Saga. Sambil terkekeh dalam hati, karena suaminya seperti makhluk

lain yang ntah datang darimana.

Ada apa dengannya, apa dia selalu

segila ini kalau habis tidur dengan wanita. Ya, aku pasti bukan yang pertama

atau satu-satunyakan. Walaupun jelas sekali dia memperlakukanku dengan sangat

lembut, tapi aku harus tetap menutup hatiku. Laki-laki ini milik Helena, cinta

sejati akan kembali pada pemiliknya. Daniah

Apa itu bekas kecupan di leher kakak

ipar. Aaaaaa, aku ingin menjerit sekarang. Apa kak Saga benar-benar tidur

dengan kakak ipar. Dan barusan kak saga benar-benar menyebutkan namanyakan.

Daniah, jadi itu nama kakak ipar. Sofia

Saking tidak pernah berinteraksi dan

merasa kalau kakak iparnya  tidak akan

bertahan lama di rumah ini jadi dia merasa tidak penting untuk menggingat

namanya.

Apa itu bekas kecupan. Gila! Banyak

sekali. Leher kakak ipar seprti habis dipukuli. Hei, tidak mungkinkan mereka

bercinta semalaman. Jelas-jelas kemarin malam sepertinya kakak ipar sangat

canggung, dan kak Saga terlihat menakutkan. Apa dia memang habis dipukuli. Tapi

kalau habis dipukuli kenapa kak Saga sesenang itu, dan wajah kakak ipar sangat

malu sepertinya. Jenika

Lagi-lagi ibu kehilangan kata-kata

walaupun hanya sebatas dalam pikirannya.

Mereka sarapan dengan membawa

pikiran sampai pada titik terdalam. Penasaran, namun tidak ada yang berani sekedar

bertanya, atau sedikit membahasnya. Baiklah, nanti mereka akan menghujani

Daniah dengan ribuan pertanyaan saat Saga sudah berangkat bekerja. Begitu

akhirnya keputusan final mereka bertiga. Sama, walaupun tanpa kerja sama.

Saga tersenyum sambil menyentuh

bibir Daniah, mengusap pelan sisa saus yang menempel di sana. Lalu dia menjilat

jari yang tertempel saos dari bibir Daniah.

“ Makanlah.”

“ Ba. Baik.” Daniah binggung sendiri.

Semua orang merinding melihatnya. Tengkuk

ibu berdenyut dengan kejutan pagi ini. Pak Mun yang biasanya diam tanpa

ekspresi terlihat tersenyum tipis. Sementara kedua adik ipar saling

tangan mereka berdua di bawah meja.

Membuat daftar dosa yang sudah

mereka lakukan pada Daniah. Dan menyesalinya.

BERSAMBUNG