Chapter 29 Gigitan di Bahu

Sebenarnya apa si maunya? Kenapa

senang sekali membuatku kesal setiap hari. Mengerjai ku tidak ada habisnya.

Aku takut padanya sekaligus jengkel. Kenapa tingkahnya seperti anak-anak

begitu. Aku paling senang kalau dia sudah tidur, melirik wajah tampannya sudah

seperti obat saat aku keracunan. Tapi kalau dia sudah membuka mata dan mulutnya

yang indah itu terbuka sudah seperti penyihir jahat yang akan memakan ku

hidup-hidup.

“ Hei air.”

Daniah mengambilkan air yang

jelas-jelas ada di meja di sampingnya duduk bersandar. Tangan mu kemana si tuan,

Daniah mendelik jengkel tapi wajahnya tersenyum.

“ Kau tidak bisa mengosok lebih keras, Pak Mun tidak memberi mu makan!”

“ Maaf tuan.” Daniah mengeraskan tekanan tangannya.

“ Hei, kau mau membunuh ku ya!”

Gerrrrr, Daniah mengerutkan bibirnya. Kau mau apa sebenarnya, aku gosok lembut kau bilang kelembekan, aku kuatkan kau bilang kekencangan. Kenapa tidak kau bunuh aku saja tuan Saga.

“ Maaf tuan, kalau seperti ini bagaimana sudah pas?”

“ Hemm.”

Sambil mengosok punggung laki-laki

di depannya Daniah memandang leher putih bersih itu, rasanya dia ingin mengigit

leher itu.

“ Apa yang kau lakukan?” Saga menoleh, melihat Daniah yang sudah menempelkan giginya di bahunya, Tidak Daniah malah sudah mengigit bahu putih itu.

“ Haaaa! Maaf tuan, maafkan saya.”

Daniah ambruk terduduk ke belakang. Spon busa di tangannya terjatuh.

Aku pasti sudah gila! Bagaimana aku sampai mengigitnya sungguhan.

“ Kau berani menggigit ku!” Saga

sedang berganti baju memakai jas dan menyelesaikan dasinya, sementara Daniah

duduk berlutut sambil menundukan kepala.

“ Maafkan saya tuan, saya pasti sudah gila.”

Saga berjongkok di depan Daniah

yang menundukan kepalanya, dia mengangkat dagu Daniah yang tertunduk dengan

jarinya.

“ Kau tidak suka melayani ku?”

“ Tidak tuan.” Panik.

“ Padahal kau sudah memohon dan akan melakukan apa pun yang ku mau, tapi sepertinya itu bohong ya?”

“ Tidak tuan maafkan saya. Saya pasti sudah gila karena mengigit anda, maafkan saya.”

“ Kau mau ku tendang dari rumah ini

sekarang? Aku penasaran setelah ku buat keluarga mu sekarat apa mereka masih

menerima mu.”

Wajah daniah langsung pias. Tidak,

kalau sampai dia terusir dari rumah ini karena Saga membencinya, keluarganya

juga akan ikut hancur. Jadi kalau dia pergi dari rumah besar ini, jelas-jelas

dia tidak akan punya tempat kembali. Ayah, ibu tiri bahkan mungkin adiknya

Raksa juga akan membencinya

“ Tidak tuan, saya akan melayani anda dengan baik sesuai dengan aturan yang anda buat. Saya akan melakukan yang terbaik. Saya mohon maafkan saya.”

“ Aku bosan mendengar mu. Minggir.”

“ Tidak tuan.” Daniah memeluk kaki Saga. “Jangan buang saya, saya mohon”

Saga melihat ujung mata Daniah

sudah mulai menganak sungai, dia tersenyum, dan ntah kenapa dia merasa senang.

Sebenarnya gigitan Daniah sama sekali tidak sakit, dia saja yang lebay (Haha

kayaknya kata ini yang paling cocok mewakil kan). Saga berdehem pelan.

“ Baiklah jangan menangis, lepaskan tangan mu. Ambilkan sepatu sana.”

“ Baik tuan.”

Kenapa dia jadi imut begitu si kalau ketakutan. Saga mengoyangkan kepalanya, menyesali apa yang baru saja dia pikirkan.

“ Hei.”

“ Ia tuan.” Daniah sudah selesai dengan sepatu Saga.

“ Duduk.”

Apa lagi si ini. Gak ada habisnya.

“ Kau  pakai kartu yang ku berikan pada mu?”

Daniah jemarinya. Apa ini,

apa dia marah karena aku pakai kartunya dua kali buat ke salon.

“ Ia, saya pakai ke salon dua kali, waktu meluruskan rambut.”

“ Aaa, rambut jelek mu yang waktu itu ya.”

Hei, hei kenapa menyentuh rambut ku lagi.

Saga mengulung rambut Daniah

di jemarinya, semakin dia mengulung Daniah pun ikut mengeser tubuhnya mendekat

ke arah Saga.

Dia ini kenapa si.

“ Bulan ini kalau kau tidak memakai

kartu ku lebih dari 20 kali aku akan menghukum mu.”

“ Apa”

Daniah merinding, Saga bicara tepat di dekat telinganya.

“ Kau mau dihukum apa?”

“ Tidak tuan, saya akan memakai kartu anda lebih dari 20 kali.”

Saga mengibaskan tangannya,

melepaskan rambut Daniah. Bibirnya terlihat tersenyum tipis saat berjalan

keluar kamar, sementara Daniah mengikutinya dari belakang. Terlihat sangat geram.

BERSAMBUNG.............