Chapter 24 Alasan meluruskan rambut

Daniah menatap dirinya di balik

cermin kamar mandi. Ia bisa gila sendiri melihat rambutnya yang sekarang. Ini

bukan dirinya. Ya walaupun memang terlihat lebih rapi, lebih cantik. Cih,

cantik. Ya Daniah tahu satu kata itu tidak tidak akan pernah mewakili dirinya. Tapi memang dia

terlihat lebih baik dengan gaya rambut seperti ini.

Kenapa aku tidak pernah mencoba

meluruskan rambut ku ya. Ya, omongan ibu tiri ku yang mengatakan rambut ku

menjijikan seperti milik ibu malah membuat ku ingin menyiksanya dengan

melihatnya setiap hari. Kekanakan sekali. Biarkan saja. Sekarang wanita itu

pasti sangat senang karena tidak melihat rambut ku inikan. Apa tuan Saga akan

menyukainya ya kalo melihat. Haha, memang apa perduli ku kalau sigila itu suka

atau tidak.

Daniah keluar dari kamar. Memeriksa

hp. Kenapa sekertaris Han tidak mengirimkan pesan apa-apa ya. Apa tuan Saga

tidak pulang untuk makan malam. Daniah menuruni tangga. Dia berpapasan dengan

pelayan yang sedang mengatur meja makan. Pelayan itu terlihat terkejut, lalu

menundukan kepala sopan pada Daniah.

Ya, kau pasti melihat aneh rambut ku ya.

Daniah mencari di mana kepala pelayan.

Ternyata dia sedang di dapur memberikan beberapa instruksi kepada para pelayan

yang lain.

“ Permisi pak Mun.”

Dia langsung berjalan mendekati Daniah. “ Ada yang bisa saya bantu nona?”

“ Tidak ada apa-apa pak. Saya hanya mau bertanya, apa tuan Saga tidak kembali ke rumah untuk makan malam.”

“ Tuan muda tidak makan malam di rumah malam ini, karena ada pekerjaan.”

“ Begitu ya, kapan dia akan pulang.” Tanya Daniah lagi memastikan.

“ Saya belum mendapat informasi pastinya nona. Biasanya tengah malam, nanti saya akan bangunkan nona jika tuan muda kembali.”

“ Hehe ia pak. Hidup pak Mun berat sekali juga ya sepertinya. Ayo kita toss.” Daniah mengantung tangannya di

udara. Di hadapan Pak Mun, laki-laki itu terdiam dan hanya memandang binggung. “Toss. Begini.” Daniah memperagakaan. Pak Mun walaupun canggung mengikuti. “ Semoga hidup kita lebih baik kedepanya.” Pak Mun mengangukan kepalanya, walaupun

masih tidak mengerti apa yang dimaksud Daniah.

Jadi Pak Mun itu kapan tidur dan

istirahatnya ya. Kira-kira berapa ya gajinya.

“ Wahhh, wahhhh siapa ini?”

Daniah melengos saat dia sudah

sampai di meja makan. Dia sudah merasa kelelahan hari ini, tidak mau berdebat

lagi. Memang bertengkar sudah seperti minum obat apa, rutin. Tapi ntah kenapa,

kalau Daniah diam dan tidak memperdulikan malah kedua adik iparnya ini seperti semakin

terangsang dan terpancing untuk membuat api berkobar.

“ Kau meluruskan rambut mu?”

“ Haha, supaya apa? Supaya terlihat seperti kakak difoto yang ditunjukan Clarissa tadi pagi.”

Sial! Kenapa memang momenya pas begini. Daniah geram sendiri.

Ini perintah kakak gila mu!

kenapa waktunya pas begini. Aku bicara apapun hanya terdengar sebagai dalil

mengelikan. Malah aku yang akan malu. Jadi baiklah, sebaiknya aku mengalah dan

diam saja.

Oh, apa kalau Daniah diam saja

masalah selesai. Tentu tidak wahai penduduk bumi. Mulut berbisa dua adik ipar

malah semakin menjadi-jadi. Daniah sudah tidak tahan. Telinganya perih. Apalagi

saat melihat ibu mertuanya yang malah tersenyum senang melihatnya terhina

seperti itu.

Brak! Daniah mengebrak meja makan.

Meletakan sendok. Dia siap menyerang balik setiap ucapan yang dikeluarkan dari

bibir cantik kedua adik iparnya. Dan pertengkaran pun terjadi. Semua orang

bicara dengan suara keras. Daniah mendelik tajam pada ibu mertuanya yang kenapa

hanya menonton dan menikmati pertunjukan.

“ Terimakasih makan malamnya hari ini Pak Mun.” Daniah menoleh pada Pak Mun yang berdiri tidak jauh dari meja makan. Posisinya saat semua penghuni rumah ini makan.

“ Anda bahkan belum makan malam nona, kembalilah ke meja anda. Anda harus makan kan?”

“ Saya sudah tidak berselera.”

Daniah meninggalkan ruang makan.

Berjalan tidak tahu kemana langkah kakinya melangkah. Dia sendiri belum sempat

berkeliling rumah ini. Tapi dia tetap membawa kakinya melangkah, toh dia tidak

mungkin kesasarkan. Penjaga rumah ini saja ada di setiap sudut rumah. Kalau dia

kesasar diakan bisa bertanya juga.

BERSAMBUNG.....................