Chapter 22 Orang Asing

Di pinggir jalan, dekat Danau buatan

yang populer di sebut danau hijau. Karena danau yang cantik itu dikelilingi

taman yang menghijau.

“ Maaf mas bisa saya turun di sini

saja?” Daniah menepuk bahu driver agar menghentikan motornya.

“ Kenapa mbak, ini belum sampai

titik pengantaraan.” Katanya menjawab sambil menepikan motor berhenti di pinggir

jalan.

“ Gak papa mas, saya ada urusan sebentar.”

“ Bisa saya tunggu mbak.”

Penumpangnya sudah turun dan menyerahkan helm.

“ Gak usah mas, selesaikan saja orderannya ya, nanti saya kasih bintang lima. Ini ongkosnya.”

“ kembaliannya mbak.”

“ Buat tips masnya, semoga hari ini lancar ya semuanya.”

“ Eh ia mbak. Terimakasih banyak lho mbak, tipsnya banyak banget.”

“Hehe rejeki masnya. Makasih ya mas.”

“ Ia mbak saya yang terimakasih.”

Driver ojek meninggalkan Daniah.

Daniah belumlah sampai di rukonya bekerja. Dia menyebrang jalan. Sampai di tepi

danau buatan yang masih berwarna keemasan karena terpancar sinar matahari pagi.

Gadis itu berjalan menyusuri jalan setapak. Melangkahkan kaki diantara trotoar

yang rapi terjajar. Tempat ini akan lumayan ramai diakhir pekan. Tapi kalau

hari-hari sibuk kerja seperti sekarang, nyaris tidak ada siapapun di sini. Dia

mengedarkan pandangan berkeliling. Tempat ini streril dari manusia. Tidak ada

satu pun manusia yang terlihat. Daniah menarik nafas dalam, sambil menikmati

ketenangan ini.

Sepertinya pembangunan tempat ini

terhenti sementara. Daniah melihat beberapa tumpukan material di sudut-sudut

taman. Rapi tersusun. Tempat ini akan digadang-gadang sebagai wisata keluarga.

Sebuah danau buatan dengan taman hijau di sekelilingnya. Tidak tahu alasanya kenapa

pembangunan tempat ini terhenti begitu saja.

Setelah sibuk meneliti lokasi

di sekitarnya, Daniah terduduk dan tengelam dalam lamunan yang panjang. Perlahan,

dia sudah tidak bisa menahan. Air mata mulai membasahi pipi. Dadanya mulai

sesak, dan dia mulai sesengukan.

“ Laki-laki sialan! Kamu pikir

karena kau punya uang kau bisa melakukan segalanya. Huh!” Daniah berteriak

keras pada air danau yang tenang. “ Kenapa rambutku hah! Ini rambut bergelombang!

Sudah seperti rambutmu yang paling bagus di dunia saja.”

Aaaaaaa, tangisnya pecah lebih

keras lagi.

“ Laki-laki sialan! Urus

adik-adik mu itu. Kalau kau tidak menyukai ku kenapa menikahi ku. Kau bahkan mau

mematahkan jari-jari ku. Hik, hiks. Kalau kau sudah punya wanita yang kau sukai

kenapa tidak menikah dengannya. Kenapa memilih main rumah-rumahan dengan ku. Apa

salah ku pada mu sebenarnya.Huuuuuu” suara tangisan dan makian semakin melemah.

“ Tapi memang ayah ku yang jahat,

dia sudah menjual ku. Tapi tidak mungkin kalau ada jual beli kalau kau

menolaknya. Ya tetap kau yang lebih jahat. Kau makhluk terkutuk, semoga

penghuni langit dan bumi mengutuk mu juga. Aku membenci mu sampai urat nadi ku.

Semoga kau tersendak saat minum kopi!”

Hug, hug, Daniah sampai

terbatuk-batuk karena saking kerasnya memaki dia sampai lupa menarik nafasnya

sendiri. Dipukul-pukulnya dadanya sendiri. Sambil bernafas, masih

terengah-engah. Hufff! Hembusan keras nafasnya yang terakhir.

“ Ternyata memakinya begini benar-benar membuat ku lega. Apa aku datang kemari saja setiap pagi untuk

memakinya. Ahh, tapi kasihan juga ikan-ikan di danau itu bisa mati keracunan.

Aku harap dia benar-benar tersendak karena aku maki-maki.”

“ Hahaha!” terdengar suara tawa laki-laki.

“ Eh” Tubuh Daniah yang tadi sudah

terasa rileks membeku. “ Ada orang tertawa?” Daniah segera bangun dari

duduknya. Matanya berkeliling ke seluruh penjuru mencari asal suara. Daniah

terduduk saking kagetnya saat ia melihat seorang laki-laki tiba-tiba muncul

dari dekat pepohonan. Dia mengucek mata dan mengibaskan rambutnya. Daniah

semakin terpukul saat laki-laki itu kembali tertawa.

“ Anda siapa?” katanya terbata.

“ Ahh aku, aku hanya tukang foto.”

Dia menaikan kamera yang melingkar di lengannya. “ Aku habis ambil foto matahari

terbit di sini tadi. Karena ngantuk jadi ketiduran.”

Tidur, jadi dia tidurkan, dia tidak

mendengar aku memaki-maki tadikan. Tidak, dia tertawa, pasti dia dengarkan

walaupun hanya bagian akhirnya. Karena jelas-jelas dia tertawa.

“ Kenapa anda berjalan kemari.”

“ Aku hanya ingin duduk di sebelah mu.”

Kenapa juga duduk di samping ku.

Daniah sudah akan berjalan

menghindar, tapi langkah kakinya sudah kalah cepat. Karena laki-laki asing itu

sudah berdiri didepannya, menghadang langkah kakinya. Dia terkepung dan tidak

bisa menghindar. Akhirnya dia duduk lagi ketempatnya tadi.

“ Nah begitukan manis, duduklah aku hanya ingin mengobrol. Semalaman aku begadang dan tidur pagi ku juga terganggu, rasanya kesal juga.”

“ Maaf saya sudah mengganggu tidur anda. Saya tidak tahu kalau ada orang di sekitar sini.”

“ Benar juga kalau kau tahu ada orang kau pasti tidak berteriak sekeras itu.”

“ Maaf.” Sial apa dia mendengar

semuanya. “ Maaf anda tidak mendengar semuanyakan.”

“ Hahaha, maaf sekali ya tapi aku mendengar semuanya.”

Daniah merinding melihat senyum

itu, walaupun dia tersenyum dengan cara yang jenaka, tapi kenapa dia merasa

senyum itu terasa licik sekali.

BERSAMBUNG...........................