Chapter 12 Menjalankan Kewajiban Istri

Pagi setelah hari pernikahan. Daniah berada di rumah besar

ini. Di dapur hanya ada para pelayan yang sedang sibuk memprsiapkan makanan.

Dibeberapa sudut dia juga melihat pelayan yang sedang melakukan pekerjaan

bersih-bersih. Sepertinya penghuni rumah ini banyak juga gumamnya sambil melangkah ke dapur.

“ Selamat pagi nona muda, saya kepala pelayan, panggil saja saya Mun.” Kepala pelayan memperkenalkan dirinya, semalam Daniah memang belum tahu siapa namanya.

“ Baik pak Mun, ehh, apa ada yang bisa saya bantu di dapur?”

Kepala pelayan terkejut mendengar pertanyaan Daniah,

bagaimana seorag nona muda mau membantu urusan dapur selama masih banyak pelayan

yang melakukan.

“ Huh memang apa yang mau kamu lakukan di dapur, kami punya koki profesional yang bertugas untuk memasak.”

Ibu mertua dan dua adik iparnya sudah muncul.

Wahh, mereka terlihat sangat cantik seperti mau pergi kepesta. padahal ini masih pagi begini. Takjub Daniah mendapati fakta baru kehidupan masyarakat kelas atas.

“ Selamat pagi bu, selamat pagi adik ipar.”

Daniah  menyapa dengan sopan berusaha tidak perduli dengan ucapan mertuanya

barusan. tapi ketidakperduliannya malah membuat masalah.

“ Dasar wanita bodoh, kamu pikir sudah merasa hebat karena

menikah dengan kakakku. Semalam saja kamu ditinggalkan di malam pernikahan mu

kan?” Adik ipar pertama.

“ Haha menyedihkan, wanita rendahan dan kampungan tidak mungkin selevel dengan kakak.”

“ Ibu juga tidak tahu, kenapa kakak mu memilih perempuan seperti ini sebagai istrinya.”

" Kamu harus tahu diri, kamu itu tidak pantas berada dalam keluarga kami."

Neraka itu sudah akan melumat habis Daniah. Tapi hebatnya

gadis itu masih bisa tersenyum membalas semua caci maki dari tiga wanita di

depannya.

“ Terimakasih atas perhatian ibu dan adik ipar, kedepannya mohon bimbingannya ya.”

“ Apa! Kau benar-benar tidak tahu malu.” Ibu mertua tersenyum sinis. sementara dua adik iparnya masih mengeluarkan cacian yang tidak pantas keluar dari mulut secantik milik mereka itu.

Saat mereka masih belum mengakhiri intimidasi dan celaan,

teflon di dinding dapur menyala. Lampu di no satu menyala. Deniah melihat kepala

pelayan langsung sigap meraih telfon dalam deringan ke dua.

“ Baik tuan muda.” jawabnya singkat.

“ Ada apa? Apa Saga membutuhkan sesuatu?” Ibu mertua bertanya.

“ Tidak nyonya, tuan muda meminta nona muda untuk kembali ke kamar.”

Daniah binggung. Kenapa?

“ Aku, memang kenapa Pak Mun?”

“ Nona bisa kembali ke kamar sekarang, tuan muda sedang menunggu.”

“ Baiklah, ibu dan adik ipar, saya permisi.”

Daniah menundukan kepalanya lalu beranjak pergi. Melewati tangga, sambil terus berfikir apa yang diinginkan suaminya. sementara di belakangnya ketiga wanita itu masih belum berhenti membicarakannya, yang isinya hanya makian.

Duh, pagi-pagi tidak lelah apa memaki. Daniah melangkah menuju kamarnya.

Ia masuk kedalam kamar, mencari di mana keberadaan laki-laki

menyebalkan yang meninggalkannya di malam pertama tanpa penjelasan. Dia ada

di atas tempat tidur. Duduk sambil mengibaskan rambutnya. Sial, kenapa dia

terlihat tampan padahal baru bangun tidur. Daniah bergumam pada dirinya

sendiri. Belum dia sampai di samping tempat tidur.

“ Air”

Apa! Air, air minumkan, bukannya jelas-jelas ada di

samping mu. Bersebelahan dengan telfon yang kamu pakai tadi.

“ Air.” Saga mengulang kata-katanya. Daniah terperanjak.

“ Ba, baik.” Ia bergegas melangkah meraih gelas dan menyerahkannya kepada Saga.

Gila! Apa ini maksudnya aturan kedua melakukan tanggung

jawab sebagai seorang istri tanpa bicara. Tapi inikan keterlaluan, kau kan punya

tangan. Daniah kembali terkejut saat Saga menyerahkan gelas kosong padanya

bukannya langsung meletakannya di atas meja di sebelahnya. Dia mengambil gelas

itu dengan hati-hati, lalu meletakannya lagi ke posisi semula.

Saga mengerakan kepalanya ke kanaan dan ke kiri. Mungkin

mengusir pusing. Daniah sudah mau beranjak dari samping

tempat tidur, karena merasa suaminya ingin tidur lagi sepertinya.

“ Jam berapa sekarang?”

Lihat! Itukan jam dinding, mata mu rabun apa?

“ Jam delapan.”

Diam lagi. Ahhhhh Daniah frustasi sendiri sebenarnya mau laki-laki ini apa.

“ Aku mau mandi.”

Hah! Kalau mau mandi ya sana bangun. Memang aku harus

melakukan apa kalau kau mau mandi. Apa aku harus memandikan mu juga!

“ Apa kau tuli, aku bilang aku mau mandi.”

Ia aku tahu kamu mau mandi, lantas apa hubungannya denga ku.

“ Siapkan air untuk mandi.”

Daniah baru paham maksudnya. Lalu tanpa menjawab ia bergegas

menuju kamar mandi.

“ Sungguh merepotkan.” Saga bangun dari tempat tidur.

Menyusul istrinya yang kikuk menuju kamar mandi tadi. Daniah sudah mengisi air

di bak mandi, dia menambahkan sabun dan beberapa tetes aroma terapi yang ia

temukan di dekat tempat sabun.

Daniah terperanjak saat mendapati suaminya sudah ada di

kamar mandi. Lebih parahnya tanpa sehelai pakaian pun. Piayamanya sudah

tergeletak di lantai. Teronggok begitu saja.

BERSAMBUNG.............