Chapter 7 Pernikahan (Part 1)

Penikahan yang diimpikan setiap

wanita adalah menikah dengan laki-laki yang dicintainya, dan juga laki-laki

yang mencintainya. Bukan hanya sekedar pesta mewah yang gagap gempita. Bukan

hanya dilihat dari gedung super wah, makanan berkelas atau tamu petinggi

penting. Itu tidak penting bagi seorang wanita. Yang terpenting adalah siapa

yang bersamanya di pelaminan.

Daniah sudah berdiri di samping

suaminya. mereka sudah sah sebagai sepasang suami istri. Ini

adalah pernikahan yang membuat iri seluruh wanita di negri ini. Mungkin mereka

tersenyum dan mengucapkan selamat pada Daniah, namun dalam hati mereka

mengutuki mempelai wanita kenapa bukan dirinya.

Hari ini Daniah terlihat cantik

dalam balutan baju pernikahan berwarna putih. Wajahnya juga full dengan

senyuman. Sungguh dia sangat pandai berakting. Tolong beri dia penghargaan

pernikahan termenyedihkan. Di sampingnya Saga berbalut setelan jas sungguh

terlihat sangat Tampan. Para wanita tidak henti takjub dan memujinya. Berharap

dia adalah suaminya.

Mereka menerima ucapan selamat.

“ Tegakkan kepala mu, kau tidak

perlu mendukan kepala mu kepada mereka.” Saga bicara di telinga Daniah, saat

melihat istrinya itu berulang kali menundukan kepala menerima ucapan selamat

dari para tamu. “ Kau hanya perlu menundukan kepala mu pada ku.”

“ Ba, baik.”

Dan di hari pernikahannya inilah

Daniah mulai menyadari seberapa besar kekuasaan dan tingginya posisi suaminya.

apa itu membuatnya senang. Tidak, tangan kanannya sudah terkepal gemetar dan

berkeringat.

- - -

Ayah yang sudah menjual putrinya

itu terlihat sangat bahagia. Dia bisa menyelamatkan perusahaan dan

kehormatannya juga bertambah. Ibu tiri itu tersenyum dengan sangat senang,

telah bisa membuang anak yang bukan darah dagingnya pergi dari keluarga tanpa perlu repot ia usir. Sementara wanita itu adik tiri Daniah. Risya terlihat penuh kecewa. Dia marah dan kesal,

ketika melihat laki-laki yang menjadi suami kakak tirinya. Ternyata sangat

tampan. Kalau tau begini tentu dia yang memilih untuk dinikahkan. Tatapan

penuh kebencian ia layangkan pada saudara tirinya Daniah.

Sementara yang lain terlihat

menikmati pesta, ada seorang laki-laki yang terpuruk kecewa. Dialah Raksa. adik

tiri Daniah. Walaupun mereka berbeda ibu namun mereka hidup dengan saling

menyanyangi. Dia merasa sedih, karena gagal melindungi kakak perempuan dari

kerakusan ayahnya. Dia berjalan lesu, tidak memperdulikan para wanita yang

mencoba untuk mendekat dan menyapanya. Dia memilih berjalan menyusuri ruangan

lain yang lenggang, di luar aula utama tempat pesta berlangsung.

“ Kak Niah.”

Betapa terkejutnya ia ketika

mendapati kakak perempuannya, mempelai pesta ini sedang duduk di ujung ruangan.

Di depannya ada sebuah taman. Lampu-lampu taman menyala membuat terlihat

terang. Tapi, tidak jauh dari kakak perempuannya dia melihat dua laki-laki

berdiri dengan sigap.

“ Bukankah mereka petugas penjaga.” Ia berjalan mendekat. “ Kak Niah!”

Gadis itu terkejut, dia buru-buru

menyeka matanya dengan sapu tangan yang dipegangnya. Mencari asal suara. Dua

orang petugas yang tadi berada di jarak cukup jauh berlari mendekat.

“ Tidak apa-apa pak, dia adik

saya.” Daniah terkejut ketika tiba-tiba salah satu pengawal itu sudah memegang

tangan adiknya. “ Tolong lepaskan tangan anda!”

“ Maaf nona muda.” Mereka membungkukan kepala lalu beranjak, berdiri di posisi semula.

“ Kenapa kakak di sini?” Raksa duduk

di samping Daniah, mengengam tangan wanita itu erat.

“ Tuan Saga menyuruh ku mencari udara segar karena melihat ku sudah kelelahan. Lihat.” Daniah menunjuk dengan ekor matanya. “ Mereka mengikuti ku sesuai perintah tuan Saga.”

“ Maafkan aku kak.”

“ Kenapa?”

“ Karena aku tidak bisa melindungi

kak Niah dari keserakahan ayah dan ibu. Kalau saja mereka memilih bangkrut dan

merintis semuanya dari awal, mereka tidak perlu mengirimi mu ke tempat ini.”

“ Raksa, kak Niah baik-baik saja. Suami kak Niah orang baik kok.”

“ Apa ada orang baik yang meminta

anak gadis sebagai alat pembayaran hutang. Tidak orangtua kita atau pun dia

sama-sama manusia jahat.”

Daniah melihat sekeliling. Dia takut ada yang mendengar ucapan adiknya.

“ Jaga bicaramu.”

“ Apa aku akan dia bunuh kalau ketahuan memakinya?”

“ Raksa jangan begitu. Jangan

bicara sembarangan yang akan mengancam jiwa mu. Kak Niah akan melewati ini semua

dengan baik, percayalah.”

“ Bagaimana aku bisa percaya kak.

Aku tahu dia laki-laki seperti apa, rumor tentangnya tidak akan muncul tanpa

alasan. “

Daniah menyentuh kepala adiknya lembut. Aku percaya kalau kau mencintai ku Raksa, tapi

kumohon demi keselamatan hidup dan masa depanmu kau harus mulai menjaga sikap

dan kata-kata mu. Terutama terhadap suami ku. Karena aku sendiri belum tahu

sekejam apa atau seburuk apa hal yang bisa dilakukannya kemudian hari.

“ Maaf nona muda, tuan muda memanggil anda untuk masuk kembali ke aula.”

“ Oh baiklah, aku sudah merasa segar. Mari kita kembali.” Daniah menarik tangan adiknya. “ ayo masuk,

tersenyumlah dan nikmati pestanya.” Walaupun ia sendiri tahu, ia tidak menikmati pesta meriah ini. sama sekali.

Bersambung...................