Chapter 6 Aturan Setelah Menikah (Part 2)

“ Apa anda serius dengan apa yang

anda tanyakan?” Han memberikan sorot mata tidak suka. Gadis di hadapannya ini

sepertinya benar-benar memiliki keberanian berlapis. Sekaligus tidak tahu malu

yang menggunung. Apa karena keputusasaan membuatnya bersikap seberani ini.

“ Ia.” Jawab Daniah sambil mengeryitkan bibirnya. Sok imut.

“ Asalkan anda bisa melakukannya

tanpa tuan muda tahu saya rasa tidak apa-apa. Tentu saja jangan sampai orang

lain juga tahu. Lakukanlah dan sembunyikan rapat jangan sampai tercium baunya

sekali pun.” Nada suaranya berubah. Tegas, seperti memberi peringatan. Jangan

membuatku susah untuk membereskan masalah mu. Begitu Daniah menerjemahkan.

“ Benarkah? Wah ini sungguh berita

mengembirakan.” Daniah berusaha mempertahankan caranya bicara. Agar bibirnya

tidak bergetar.

“ Tapi saya peringatkan anda terlebih dahulu nona, kemarahan tuan muda sangat sulit untuk dipuaskan. Jadi

saya harap anda bijak dan berhati-hati mengambil sikap.”

“ Baik” tersenyum riang.

Apa! Dia menunjukan senyum

keputusasaan  yang ia bungkus dengan

ceria lagi. Kau benar-benar hebat.  Kalau

orang lain, wanita lain pasti sudah gemetar ketakutan, bahkan tidak akan punya

keberanian untuk hanya berakting sok tegar.

Sekertaris Han mengeluarkan sebuah kartu. “ Ini kartu kredit tanpa batas, anda bisa mengunakannya untuk membeli apapun. Tapi saya sarankan bijaksanalah dalam mengunakannya, karena bisa saja nanti

Tuan muda akan meminta pertanggungjawaban anda dan menanyakaan uang yang sudah

anda pakai untuk apa.”

“ Baiklah, terimakasih, saya akan

memakainya dengan penuh syukur dan rasa terimakasih.” Daniah mengambil kartu

itu dan meletakannya di hadapannya. “ Apakah saya bisa membeli rumah dengan

kartu ini?”

“ Saya sarankan anda tidak melakukannya nona.” Suara sekertaris Han terdengar kembali tegas, lagi-lagi

memberi peringatan. Jangan buat masalah.

“ Haha, aku hanya bercanda sekertaris Han.”

Han tersenyum kecut, tidak senang. Dia sebenarnya tidak terlalu suka dengan calon istri tuannya ini, dari awal

sejak Saga membuat keputusan. Karena dia tahu alasan apa yang mendasari

keputusannya memilih Daniah, wanita yang sama sekali bukan tipenya ini untuk

menjadi istri. Hanya sebagai pelarian, hanya sebagai sarana balas dendam.

Karena ia tahu, ialah yang paling direpotkan kalau kedepannya ada masalah yang

timbul.

“ Apa anda sudah punya kekasih sekertaris Han.” Daniah kembali menyeruput minumannya.

“ Maaf nona, saya tidak bisa menjawab pertanyaan yang sifatnya pribadi kepada saya.”

“ Kalau begitu apakah anda mau menjadi kekasih saya?”

Wajah sekertaris Han sudah merah

padam. Ia mengepalkan tangan karena marah. Wanita di hadapannya ini sudah

sangat lancang.

“ Haha, saya hanya bercanda sekertaris Han, jangan dibawa serius.” Tawa kecil masih ada di mulut Daniah

saat ia menghabiskan kopinya.

Sekertaris Han mengatur nafasnya

perlahan. Bagaimana ia bisa hampir saja termakan emosi oleh kata-kata wanita di

depannya membuatnya kesal sendiri. Padahal, biasanya ia adalah orang yang

sangat tidak mudah terpancing. Bisa dikatakan ia manusia tanpa ekspresi.

“ Nona kedepannya saya harap anda

berhati-hati dengan apa yang anda katakan, terlebih ketika berada di lingkungan

tuan muda. Bisa saja apa yang anda anggap hanya bercanda akan ditafsirkan

serius oleh tuan muda. Dan anda sendirilah yang akan menanggung akibatnya.

Sekali lagi saya mengatakan ini bukan karena saya perduli kepada anda. Saya

tidak perduli apakah anda akan hidup atau mati setelah masuk dalam rumah tuan

Saga. Yang saya pentingkan hanyalah semua yang ada di sekeliling tuan Saga

harus berjalan sebagaimana semestinya.”

Daniah menelan ludahnya. Hati

kecilnya sudah menciut mendengar kalimat panjang itu. Itu adalah bukti

laki-laki di hadapannya ini sama sekali tidak perduli kepadanya. Hidup atau pun

mati.

“ Baik sekertaris Han, terimakasih

atas nasehatnya, saya akan lebih berhati-hati dengan apa yang akan saya ucapkan.”

“ Kalau begitu sekarang saya akan

pergi. Silahkan anda pelajari dan hafalkan apa yang sudah saya tulis di lembaran

itu. Untuk persiapan pernikahaan akan ada utusan yang menjemput anda nanti,

untuk persiapan pakaian dan lainnya. Jadi saya harap anda tidak melakukan

aktifitas apa-apa dan hanya menunggu di rumah anda.”

“ Baik.”

Daniah berdiri ketika sekertaris Han sudah mau beranjak.

“ Terimakasih untuk semuanya.”

Mereka saling menundukan kepala.

Daniah terduduk kembali di kursinya.

Menatap lembaran demi lembaran di tangannya, lalu beralih pada kartu tanpa batas

di sampingnya. Tak terasa ada kristal bening yang tak bisa ia bendung jatuh. Ia

sudah kehilangan arti kehidupan yang sesungguhnya mulai hari ini.

BERSAMBUNG..................