Chapter 367 episode 366 (S2)

Kevin masih menunggu jawaban dari orang suruhannya. Tidak berapa lama ponselnya berbunyi.

" Ya halo." Ucap Kevin cepat.

" Pak, saya belum menemukan wanita itu." Lapor pria dari ujung ponselnya.

" Terus kenapa kamu menghubungiku." Ucap Kevin ketus.

" Maaf pak, ini wanita yang dulu bukan?" Ucap orang suruhan Kevin.

" Maksud kamu." Tanya Kevin balik.

" Maksud saya, bapak dulu pernah menyuruh saya mencari informasi tentang seorang wanita dan pada saat itu bapak mengirimkan fotonya pada saat tidur. Dan saya minta kirim foto yang matanya terbuka? Apa ini orang yang sama." Ucap pria itu.

Kevin melupakan sesuatu, dulu dia pernah meminta orang kepercayaannya untuk menyelidiki tentang Menik.

" Ya ini orang yang sama." Jawab Kevin.

" Kalau itu saya belum menemukannya. Tapi kalau yang mirip dengannya ada." Lapor pria itu.

" Maksud kamu apa." Tanya Kevin.

" Ada seorang wanita yang hampir mirip dengan wanita itu, tapi saya ragu kalau itu dia." Ucap pria itu.

" Maksudnya kamu apa." Kevin bingung.

" Wanita yang mirip dengan yang di foto jauh, banget dengan wanita ini. Wanita ini kaya dan lebih cantik dari yang di foto. Dan cara berpenampilannya juga beda, terlihat seperti wanita pintar." Lapor pria itu.

" Itu bukan dia. Dia gadis yang sederhana. Kamu cari saja keberadaannya persis seperti yang di foto. Dia lebih sering pakai celana jeans dan rambutnya selalu di kuncir kuda." Ucap Kevin.

" Baik pak." Setelah itu panggilan terputus.

" Mana mungkin Menik berubah dalam beberapa hari. Beda halnya dengan nona Zira. Dia berubah drastis karena memang keturunan dari keluarga konglomerat. Kalau Menik, apa mungkin? Selama ini dia hanya mengatakan kepadaku kalau dia hanya mempunyai adik dan tidak punya siapa-siapa. Sama halnya dengan Bima juga mengatakan hal yang sama." Gumam Kevin pelan. Kevin ingin menemukan keberadaan Menik yang pertama dia ingin menyelesaikan masalahnya dengan Menik, dan ingin meminta maaf pada wanita itu. Dia ingin mengajak Menik untuk ikut serta dalam acara besok.

Pagi hari Kevin sudah bangun lebih awal, dengan wajah yang masih sedikit membiru dia menyusun beberapa pakaiannya kedalam tas ranselnya.

Kevin kembali melihat wajahnya dari dalam pantulan cermin. Bekas membiru itu sudah mulai menghilang, tapi jika di lihat dari dekat masih tetap kelihatan bekas lebamnya. Kevin mencukur rambutnya sendiri di kamar mandi. Setelah itu dia langsung mandi. Orang tuanya sudah menunggunya di ruang makan.

" Kamu mau kemana rapi banget? Bukannya hari ini libur." Tanya mamanya.

" Dalam beberapa hari aku tidak pulang." Ucap Kevin.

" Kamu mau kemana nak? Apa kamu masih marah sama mama." Ucap nyonya Paula pelan.

" Tidak ma, tuan muda Ziko akan pergi berlibur dalam beberapa hari. Dan aku harus ikut dengannya." Ucap Kevin menjelaskan.

" Wah liburan? Apa aku boleh ikut." Tanya Jesy.

" Enggak." Ucap Kevin singkat.

" Ah kakak." Rengek Jesy.

" Kamu harus jaga mama dan papa di sini." Ucap Kevin.

Dengan mulut manyun gadis belia itu menganggukkan kepalanya. Kevin pamit kepada kedua orangtuanya. Dia langsung melajukan mobilnya menuju rumah Ziko. Setibanya di sana, dia langsung mengetuk pintu rumah tersebut. Tidak menunggu waktu lama, Ziko sudah membukanya sambil membawa koper.

" Koper? Tuan mau mudik apa mau berlibur." Tanya Kevin sambil heran melihat koper yang lumayan gede di bawa bosnya.

" Ini semua ide istriku. Aku sudah memberitahukannya untuk membawa tas seadanya. Tapi dia malah memilih koper ini." Gerutu Ziko.

" Apa saja isi koper ini." Tanya Kevin.

" Pakaian kami lah, memang kamu pikir aku bawa mayat di dalam sini." Ucap Ziko sambil menunjuk kearah koper dengan lirikan matanya.

" Enggak tuan, saya pikir nona Zira bawa kasur." Sindir Ziko.

" Siapa yang bilang bawa kasur." Ucap Zira dari dalam rumah sambil berjalan menuju pintu rumah.

" Siang nona." Sapa Kevin.

" Di dalam itu bukan hanya kasur tapi ada seperangkat alat tidur." Ucap Zira ketus sambil memperhatikan penampilan asisten suaminya.

" Itu rambut kenapa seperti tusuk gigi." Ucap Zira.

" Maksudnya nona apa." Kevin menyentuh kepalanya.

" Kamu jangan dekat-dekat dengan penjual balon." Ucap Zira.

" Memangnya kenapa sayang." Tanya Ziko.

" Pecah lah, gitu saja enggak tau. Kamu bukan tambah ganteng seperti itu. Tapi kepala kamu seperti pentol korek api." Ucap Zira lagi.

" Buahahhaha, pentol korek." Ziko tertawa mendengar celotehan istrinya.

" Nona jangan seperti itu. Dengan susah payah saya mencukur rambut ini." Ucap Kevin memelas.

Kevin mencukur rambut sendiri, dia membuat rambut dengan model cepak yang tidak terlalu pendek. Dan kalau di perhatikan rambut itu memang seperti tusuk gigi. Zira masuk kedalam rumahnya dan mengambil sesuatu di kamarnya, kemudian kembali dengan membawa topi di tangannya.

" Pakai ini." Ucap Zira menyerahkan topi Ziko kepada Kevin.

" Untuk apa." Tanya Kevin heran.

" Untuk di pelototi. Jelas di pakailah, aku tidak mau melihat tusuk gigi itu. Tutupi pakai ini." Ucap Zira menyerahkan topi.

Ziko langsung menyambar topinya.

" Kenapa kamu perhatian sama si Kevin!" Gerutu Ziko.

" Sayang, aku risih melihat penampilan baru Kevin." Rengek Zira.

Selama ini Kevin tidak pernah memotong rambutnya seperti itu. Entah kenapa hari ini pria itu memotong cepak rambutnya.

" Cari yang lain, aku tidak mau si Kevin memakai topiku." Ucap Ziko sambil memakai topi yang di bawa Istrinya.

Zira kembali kedalam kamarnya dan mencari sesuatu untuk menutupi kepala Kevin. Dia tidak menemukan apapun, dan dia keluar dengan membawa sesuatu di tangannya.

" Pakai ini." Ucap Zira sambil menyerahkan sesuatu kearah Kevin.

" Helm?" Kevin dan Ziko saling pandang.

" Untuk apa helm ini." Tanya Ziko bingung.

" Di dalam hanya ada topi dan pasti kamu tidak mengizinkan Kevin memakainya. Jadi pakai saja helm ini, agar mataku tidak sakit." Ucap Zira.

" Tapi enggak segitunya, mana mungkin selama di kapal saya pakai helm. Di pantai juga tidak ada razia." Ucap Kevin menolak.

" Ya sudah pakai ini." Ucap Zira sambil menyerahkan sesuatu ketangan Kevin.

Kevin melebarkan kain pemberian Zira.

" Jilbab? Ah yang benar saja nona. Nanti Koko bisa jatuh cinta sama saya." Tolak Kevin.

Ziko mengambil helm dan jilbab dari tangan Kevin. Dia menyimpan didalam rumahnya.

" Kok di simpan." Ucap Zira.

" Kamu lama-lama ngawur."

" Habis kamu pelit banget, apa salahnya pinjamkan topi kamu, daripada mata istrimu sakit melihat tusuk gigi di kepala si Kevin." Gerutu Zira.

" Ya sudah ambil sana topiku. Tapi ambil topi yang atasnya terbuka." Ucap Ziko.

" Terbuka? Bukannya itu sama saja." Ucap Zira sambil mengunci pintu rumahnya.

" Kenapa tidak jadi di ambil." Tanya Ziko.

" Malas, biar saja rambutnya seperti itu. Vin, kamu jangan dekat-dekat denganku. Aku tidak mau lihat rambut tusuk gigimu." Ucap Zira sambil berlalu dan masuk ke dalam mobil.

" Like, komen dan vote yang banyak ya terimakasih."