Chapter 364 episode 363 (S2)

Waktu sudah menunjukkan jam sembilan malam tapi tanda-tanda keberadaan Kevin belum juga ada. Tamu undangan satu persatu mulai pulang meninggalkan rumah itu.

Hanya ada beberapa yang masih di situ yaitu Ziko dan Zira. Keluarga Jasmin dan tentunya pemilik rumah.

Ketika tidak banyak orang mamanya Jasmin mulai angkat suara.

" Paula apa kamu ingin mempermalukan kami!" Ucap mamanya Jasmin marah.

" Aku tidak berniat mempermalukan kalian." Ucap nyonya Paula sambil tertunduk.

Mamanya Jasmin melampiaskan semua amarahnya kepada nyonya Paula.

Dari luar ada suara mobil yang berhenti dan seperti menabrak sesuatu. Ziko dan Zira langsung melihat keluar rumah.

" Itu Kevin." Ucap Zira.

Mobil Kevin menabrak tong sampah di depan rumahnya. Ziko mendekati mobil Kevin.Dia mengetuk jendela mobil.

Tuk tuk tuk Kevin membuka jendelanya.

" Tuan kenapa anda di rumah saya." Ucap Kevin teler.

Ziko langsung membuka pintu mobil dan memapah asistennya masuk ke dalam rumah.

" Kenapa dengan Kevin?" Zira mencium aroma tidak sedap dari tubuh Kevin, yaitu aroma alkohol.

Ziko memapah Kevin sampai ke dalam rumah.

" Kevin kamu kenapa?" Ucap nyonya Paula langsung menghampiri anaknya.

" Halo mamaku sayang, mana tamu undangan kita?" Racau Kevin sambil jalan sempoyongan melihat sekeliling rumahnya yang penuh dengan bunga. Kevin berhenti di depan Jasmin.

" Halo Jasmin, kamu cantik sekali. Kamu yakin mau jadi istriku." Racau Kevin lagi.

Keluarga Jasmin terlihat marah, kedatangan Kevin dalam keadaan mabuk membuat keluarga Jasmin merasa tambah terhina.

" Kevin apa yang kamu lakukan." Ucap nyonya Paula sambil menarik tangan anaknya.

" Aku sudah datang ma, aku penuhi semua permintaan mama untuk bertunangan dengan orang yang tidak aku cintai." Racau Kevin.

" Kurang ajar kamu." Buk buk dua pukulan mendarat di wajah Kevin. Kevin langsung terjatuh. Papanya Jasmin hendak mendaratkan pukulan yang ketiga tapi tangannya di pegang Ziko.

Nyonya Paula, Jesy berteriak begitupun dengan Jasmin ikut teriak.

" Cukup." Ucap Ziko sambil menghentakkan tangan papanya Jasmin dengan kasar.

" Papa cukup." Teriak Jasmin.

Nyonya Paula terduduk di dekat anaknya sambil menangis. Ada cairan merah keluar dari ujung bibir Kevin.

" Kakak." Ucap Jesy sambil menangis.

" Seperti ini perlakuan kalian kepada keluarga kami hah! Ini kedua kalinya kalian mempermalukan keluarga kami." Ucap papanya Jasmin emosi.

" Papa cukup!" Ucap Jasmin sambil menangis.

" Jangan kamu tangisi pria brengsek seperti ini." Ucap papanya ketus.

" Papa tidak sudi punya menantu seperti dia dan besan seperti mereka." Ucap papanya Jasmin lagi.

" Papa cukup!" Jasmin emosi.

" Ini bukan salahnya Kevin tapi ini adalah salah kalian sebagai orang tua." Ucap Jasmin marah.

Semua mendengarkan amarah Jasmin.

" Kalian sudah menjodohkan kami dari masih dalam perut. Tapi apa kalian pernah bertanya bagaimana perasaan kami? Tidak kan!"

" Papa dan om Hendrik bersahabat, terus dengan gampangnya langsung menjodohkan kami seperti ini. Aku tau hal ini akan terjadi, jujur aku kecewa tapi cinta memang tidak bisa di paksakan."

" Semenjak Kecil aku sudah menyayangi Kevin, dan aku tidak tau perasaan Kevin kepadaku seperti apa. Tapi sekarang aku tau kalau Kevin tidak pernah mencintaiku." Ucap Jasmin.

" Setidaknya sebelum kami melanjutkan ke jenjang yang lebih serius aku tau perasaan Kevin yang sebenarnya. Walaupun sakit aku menerimanya." Jasmin menghampiri Kevin yang tergeletak di lantai.

" Jodoh tidak bisa di paksakan. Kejar cintamu Kevin. Aku akan selalu menjadi sahabat kecilmu." Ucap Jasmin sambil mengecup dahi Kevin.

Papanya Jasmin langsung menarik lengan anaknya dan membawa keluarganya keluar dari rumah itu.

Tidak jauh dari situ Zira tersenyum sumringah. Menurutnya Jasmin wanita yang baik dan berjiwa besar mau menerima kenyataan yang sangat melukai perasaannya.

" Kenapa kamu tersenyum seperti itu. Di sini keadaan lagi serius kamu malah tersenyum seperti orang kesurupan." Bisik Ziko.

" Sayang tugasku sudah selesai satu." Ucap Zira.

" Maksud kamu apa." Tanya Ziko heran.

" Sudah nanti saja kita bicarakan di rumah, sekarang bawa Kevin ke dalam kamarnya. Aku mau menyelesaikan tugas lainnya." Ucap Zira sambil berjalan mendekati nyonya Paula yang masih duduk di dekat anaknya.

Zira membantu wanita paruh baya itu untuk duduk di tempat yang lebih tinggi. Dia membuatkan teh untuk wanita paruh baya itu. Ziko di bantu Jesy memapah Kevin ke kamarnya.

" Minumlah ini." Ucap Zira menyerahkan secangkir teh hangat untuk nyonya Paula.

Nyonya Paula masih menangis tersedu-sedu.

" Ibu, saya mungkin orang luar dan tidak ada hak untuk berbicara tapi bagi kami Kevin termasuk bagian dari keluarga kami. Masalah yang di hadapi Kevin adalah masalah kami. Anak ibu mencintai seorang wanita dan wanita itu juga mencintainya. Tapi hubungan mereka hancur karena perjodohan ini."

" Nona saya melakukan ini karena berhutang budi dengan keluarga Jasmin. Kami sudah menjodoh mereka berdua ketika masih di dalam perut, dan ketika Kevin kembali ke London dia membatalkan semuanya secara sepihak. Dan keluarga Jasmin merasa malu pada saat itu. Tapi mereka tetap bersikap baik kepada kami. Dan pada saat kami susah mereka lah yang menolong kami. Saya melakukan ini karena hutang budi." Ucap nyonya Paula dengan isak tangisnya.

" Ibu hutang budi memang tidak bisa di balas. Apa keluarga Jasmin minta imbalan dengan pertunangan ini? Enggak kan? Apa ibu pernah menanyakan perasaan Kevin kepada Jasmin." Ucap Zira.

Nyonya Paula menganggukkan kepalanya.

" Apa ibu menerima pengakuan Kevin?"

Nyonya Paula menggelengkan kepalanya.

Zira menghela nafasnya.

" Karena perjodohan ini hubungan anak dan ibu jadi rusak. Dan karena perjodohan ini juga persahabatan anda dengan keluarga Jasmin rusak. Coba anda berpikir lebih bijak dalam hal ini. Pasti masalah ini tidak akan terjadi. Tapi nasi sudah jadi bubur yang tidak bisa di rubah lagi. Hanya ada cara untuk memperbaiki semuanya yaitu, jadilah ibu yang mengerti akan kehendak anaknya dan jangan memaksakan semuanya atas kemauan anda. Mulailah dari awal, saya yakin anda bisa memperbaiki ini semua." Ucap Zira sambil beranjak dari kursi.

Nyonya Paula masih menundukkan kepalanya, dia mencerna semua ucapan Zira.

" Jesy kami pulang. Jaga kakak dan orang tuamu." Ucap Zira sambil menepuk bahu Jesy.

" Terimakasih nona." Ucap Jesy.

Zira menganggukkan kepalanya dan pergi meninggalkan rumah itu bersama dengan suaminya.

Di dalam mobil keadaan terlihat hening. Mereka mengingat kejadian tadi.

" Apa Kevin pernah minum alkohol." Tanya Zira.

" Selama bekerja denganku, dia tidak pernah meminum minuman haram itu. Dan ini pertama kalinya aku melihatnya." Ucap Ziko.

" Bagaimana keadaan Kevin?"

" Besok dia akan sadar. Dan lukanya sudah di bersihkan adiknya." Ucap Ziko menjelaskan.

Ziko melirik istrinya dan kembali fokus melihat kearah depan sambil mengemudikan mobilnya.

" Apa saja yang kamu bicarakan dengan mamanya Kevin."

" Tidak ada, aku hanya menasehatinya. Tapi tidak tau apakah mamanya Kevin mau menerima nasehatku atau tidak. Tapi semoga saja, kata-kataku dan kejadian ini membuatnya sadar." Ucap Zira.

" Like, komen dan vote yang banyak ya terimakasih."