Chapter 328 episode 327 (S2)

Kevin telah meninggalkan rumah Menik. Di tempat lain di kediaman Zira dan Ziko.

" Sayang." Ucap Zira sambil memijat kaki suaminya.

" Iya sayang." Jawab Ziko.

" Besok boleh tidak aku ke butik." Rayu Zira.

" Enggak." Ucap Ziko tegas.

" Kenapa? Kan jahitan aku sudah kering, badanku juga sudah fit." Rayu Zira lagi.

" Enggak sayang, aku belum mengizinkan kamu untuk kemanapun." Ucap Ziko lagi.

Zira manyun dan melepaskan tangannya dari kaki suaminya.

" Eh kok berhenti." Ucap Ziko cepat sambil menepuk-nepuk kakinya dengan tangannya.

" Malas." Ucap Zira.

" Surga istri ada di bawah telapak kaki suami, apa kamu mau jadi istri durhaka." Ucap Ziko cepat.

" Enggak." Ucap Zira malas sambil kembali memijat kaki suaminya.

" Sayang sehari saja." Rayu Zira lagi.

" Enggak aku bilang enggak ya enggak." Ucap Ziko sambil menekan intonasinya.

" Kok kamu jadi marah sih." Ucap Zira.

" Ya marah kamu sih ngeyel. Aku itu takut kamu jatuh lagi." Ucap Ziko khawatir.

Zira tersenyum dia baru tau kalau suaminya merasa khawatir jika terjadi sesuatu lagi dengan dirinya.

" Aku janji nanti di sana aku diam saja seperti patung."

Ziko bangun dari posisi berbaringnya.

" Zira sayang, walaupun kamu seperti patung di sana, aku tetap tidak akan mengizinkan." Ucap Ziko cepat sambil mencubit pipi istrinya.

" Bagaimana kalau kamu temanin aku di butik selama satu harian." Ucap Zira sambil mengedipkan matanya secara berulang.

Ziko merebahkan tubuhnya kembali.

" Boleh ya." Ucap Zira sambil mengeluarkan jurusnya. Zira mengecup bibir suaminya dengan lembut.

" Stop jangan lanjutkan lagi." Ucap Ziko cepat.

" Apanya." Zira bingung.

" Itu bibir tolong di kondisikan, apa kamu tidak kasihan dengan si toleku." Ucap Ziko memelas.

" Ok deh." Ucap Zira sambil merebahkan tubuhnya di sebelah suaminya.

" Eh untuk urusan memijat belum selesai." Ucap Ziko cepat sambil mengangkat kakinya.

Zira kembali memijat suaminya.

" Sayang." Ucap Zira.

" Hemmm."

" Kenapa bulu kaki pria keriting." Tanya Zira.

" Ya karena memang kodratnya." Ucap Ziko.

" Salah, karena belum ada alat pelurus bulu kaki." Ucap Zira asal sambil cekikikan.

Ziko tersenyum simpul.

" Sayang bulan ada berapa." Tanya Zira lagi.

" Ada satu."

" Ada dua belas." Ucap Zira cepat.

" Dari mana kamu tau." Tanya Ziko.

" Dari kalender." Ucap Zira.

Ziko menggelengkan kepalanya.

" Sayang kamu sudah tidak bisa menjawab dua pertanyaan dariku. Jadi jika pertanyaan yang ketiga ini kamu tidak bisa menjawab, besok kamu kerja di kantorku seharian." Ucap Zira.

" Ya terserah."

Zira mulai memikirkan sebuah pertanyaan.

" Sayang kenapa di dalam kalender tidak di sebutkan bintang tapi bulan." Tanya Zira.

Ziko mencoba memikirkan jawaban yang cocok untuk pertanyaan itu.

" Ya karena bintang ada di langit." Jawab Ziko.

" Bulan juga ada di langit." Timpal Zira.

" Jawabannya adalah, karena bintang sudah di pakai untuk judul lagu, bintang kecil di langit yang biru." Ucap Zira sambil bernyanyi.

Zira bersorak gembira, akhirnya dia bisa pergi ke butik.

" Ok kamu menang sayang, tapi ingat hanya satu hari."

Zira menganggukkan kepalanya sambil memeluk suaminya.

" Terimakasih sayang."

" Tadi Rudi ke kantor."

" Rudi yang mana." Tanya Zira.

" Rudi sepupuku, aku lupa kalau dia mantan office girl itu." Ucap Ziko pelan.

" Oh iya, apa mereka berdua bertemu." Tanya Zira.

" Iya bertemu, aku juga baru ingat pada saat office girl itu mengantarkan kopi ke ruanganku." Ucap Ziko.

" Lalu apa yang terjadi." Tanya Zira.

" Rudi langsung pamit mengejar wanita itu."

" Dan kamu membiarkannya." Tanya Zira lagi.

" Untuk apa aku menahannya, itu bukan urusanku, kecuali jika dia mengejar kamu, pasti aku langsung turun tangan." Ucap Ziko.

" Selanjutnya bagaimana." Tanya Zira lagi

" Mana aku tau, mereka berbicara di luar, tapi dari raut wajah Rudi sepertinya dia terlihat bahagia." Ucap Ziko membayangkan wajah sepupunya ketika masuk kembali ke dalam ruangannya.

Zira manggut-manggut sambil memikirkan sesuatu.

" Sepertinya ada yang aneh." Ucap Zira pelan.

" Aneh bagaimana." Tanya Ziko.

" Kevin pernah cerita kepada kita kalau Menik pernah kecewa karena Rudi, tapi kenapa tiba-tiba dia bersikap baik dengan mantannya." Ucap Zira.

" Mungkin saja dia sudah melupakan masalahnya dengan Rudi, atau." Ziko melihat kearah istrinya.

" Atau apa." Tanya Zira penasaran.

" Telah terjadi sesuatu antar Menik dan Kevin." Ucap Ziko cepat.

" Jangan ngarang deh, Kevin baru tiba dari luar negeri kemaren, kapan dia mau bertengkar dengan Menik. Dan mereka juga belum ada ikatan." Ucap Zira.

" Ya tidak tau juga, karena aku perhatikan Kevin lebih banyak diam hari ini." Ucap Ziko lagi.

" Mungkin dia lelah dan stres karena orang tuannya sakit." Ucap Zira lagi.

" Mungkin juga, tapi apapun masalah mereka, aku tetap mencintaimu." Ucap Ziko.

" Idih enggak nyambung." Ucap Zira komplain.

Hari sudah larut malam, mereka berdua memilih untuk beristirahat.

Di rumah Menik.

" Kak, buka pintu." Ucap Bima menggedor pintu kamar kakaknya.

" Ada apa." Menik membuka pintu kamarnya dan adiknya langsung masuk ke dalam kamar kakaknya.

" Kakak apa yang terjadi dengan kalian berdua." Tanya Bima.

" Enggak ada." Ucap Menik mengelak.

" Kakak jangan bohong, kakak telah menyembunyikan sesuatu dariku." Ucap Bima lagi.

" Tidak terjadi sesuatu antara kakak dan pak Kevin." Ucap Menik tegas.

" Bohong, ayo jujur saja kepadaku." Ucap Bima.

Menik duduk di depan adiknya.

" Baiklah kakak akan cerita."

Menik menceritakan tentang perubahan Kevin pada dirinya sampai masalah nampan juga di ceritakannya.

" Jadi kalian bertengkar hanya karena masalah nampan." Ucap Bima.

" Bukan itu." Ucap Menik langsung menoyor kepala adiknya.

" Dia itu berubah, sepertinya cintanya kepada kakak palsu atau hanya pelarian." Ucap Menik sambil melihat langit-langit kamarnya.

" Kakak salah, menurutku pak Kevin itu malah mencintai kakak. Buktinya hanya karena sakit perut makan saos dia mau datang ke sini. Itu namanya dia minta di perhatikan sama kakak." Ucap Bima.

Menik menelaah ucap adiknya.

" Kamu salah, dia cemburu karena egois." Ucap Menik.

" Egois bagaimana." Ucap Bima.

" Dia ada masalah tapi kenapa harus menjauhi kakakmu ini." Gerutu Menik.

" Ya mungkin karena pria dan wanita berbeda, pria lebih berpikir realistis dan wanita terlalu membawa perasaan." Ucap Bima.

" Jadi menurut kamu kakak orangnya baperan gitu." Ucap Menik sambil memukul adiknya dengan bantal.

" Nah kan baru di bilang langsung marah. Susah ngomong sama wanita gampang banget tensinya." Ucap Bima langsung kabur meninggalkan kamar kakaknya.

" Bantu author dengan like, komen dan vote ya. Jangan hanya minta lanjut tapi tidak vote. Dengan vote kalian memberikan apresiasi atas karya author, dengan vote juga author jadi tambah semangat updatenya. Terimakasih."