Chapter 320 episode 319 (S2)

Waktu kepulangan ketanah air tiba. Semua surat sudah lengkap semua. Pembayaran atas penjualan rumah dan toko kue sudah dilakukan pihak agen. Siang ini mereka akan berangkat.

Jesy merasa senang, karena dia bisa melihat tanah kelahiran papanya. Dan ada rasa sedih dari raut wajah mamanya, karena Nyonya Paula akan meninggalkan negara kelahirannya. Negara yang pasti selalu akan di rindunya.

Keluarga Jasmin sudah tiba di rumah mereka. Keluarga itu akan mengantarkan mereka semua ke bandara.

" Apa tidak ada yang ketinggalan lagi." Ucap Kevin kepada mama dan adiknya.

Dua wanita itu menggelengkan kepalanya.

" Bisa kita berangkat sekarang." Ucap Kevin cepat.

Mamanya menganggukkan kepalanya, sambil terus menatapi rumahnya.

Kevin beserta Jesy masuk ke mobil Jasmin. Nyonya Paula dan Tuan Hendrik ikut mobil papanya Jasmin.

Mobil sudah meluncur meninggalkan rumah menuju bandara.

Sepanjang perjalanan mamanya selalu melihat ke luar jendela, dia menikmati setiap kota London dengan suka cita. Kenangan di kota itu dengan suaminya sangat banyak. Dan sekarang dia harus membuat kenangan yang baru di negara orang lain.

Mobil telah sampai di bandara. Nyonya Amel memeluk mamanya Jasmin dengan sangat erat, begitu sebaliknya papanya Jasmin memegang pundak sahabatnya. Ini adalah pertama kalinya dua sahabat itu berjauhan. Kevin menyalami Jasmin.

" Terimakasih atas bantuan kamu selama ini." Ucap Kevin sambil menyalami tangan Jasmin.

" Tidak apa-apa. Aku senang dapat membantu keluarga kamu." Ucap Jasmin pelan.

Semua keluarga saling peluk untuk melepaskan kepergian temannya. Tapi hanya Kevin dan Jasmin yang bersalaman, mereka sungkan untuk melakukan itu.

Setelah itu keluarga Kevin masuk ke dalam gate keberangkatan. Kemudian mereka masuk ke dalam jalur khusus.

" Kak, kenapa kita tidak mengantri seperti yang lain." Tanya Jesy melihat banyak orang yang melakukan check in tapi mereka hanya mengantri pada saat paspor mereka di cek oleh pihak bandara. Setelah itu mereka masuk melalui jalur khusus.

" Kak kita naik pesawat apa." Tanya Jesy lagi.

Keluarga Jasmin tidak bisa ikut mengantar sampai dalam. Mereka hanya bisa mengantar sampai gate keberangkatan.

Kevin mendorong tubuh papanya yang ada di kursi roda. Mereka langsung ke area pesawat di parkirankan.

" Kak, kenapa hanya kita yang jalan ke area ini. Penumpang yang lain mana." Lagi-lagi Jesy bingung.

" Iya memang hanya kita penumpangnya." Ucap Kevin sambil mendorong kursi roda papanya.

" Maksud kakak apa sih." Jesy masih bingung.

Sampai mereka berhenti di depan pesawat jet.

" Selamat siang Pak Kevin." Sapa Pilot dan co-pilot beserta pramugari.

" Siang, ini keluarga saya." Ucap Kevin memperkenalkan keluarganya kepada pilotnya.

Kedua pilot itu menundukkan kepalanya memberi hormat. Jesy masih bengong, melihat perlakuan dua pilot dan pramugari yang ramah kepada mereka.

Kursi roda sudah di naikkan ke atas pesawat, begitupun dengan papanya juga sudah ada di dalam pesawat.

Mamanya dan Jesy terkagum-kagum melihat bagian dalam pesawat. Dua orang pramugari menawari mereka minuman dan makanan.

Setelah beberapa saat pesawat telah take off meninggalkan landasan penerbangan.

" Kakak ini bukannya pesawat jet." Tanya adiknya.

" Iya, ini pesawat jet." Ucap Kevin cepat.

" Kakak kerja apa sih, sampai bisa punya pesawat jet pribadi." Tanya adiknya.

Mamanya melihat anak sulungnya dengan tatapan penasaran.

" Ini bukan punya kakak, ini milik bos kakak." Ucap Kevin cepat.

" Wah, kakak hebat." Ucap Jesy bangga.

" Sebenarnya apa pekerjaan kamu." Tanya mamanya.

" Aku hanya karyawan biasa ma." Ucap Kevin merendah.

" Ah kakak bohong, mana mungkin karyawan bisa di pinjamkan pesawat mewah ini." Ucap Jesy.

Kevin tidak menjawab pertanyaan adiknya, dia lebih memilih untuk menutup matanya. Karena dengan menutup mata, dia bisa membayangkan wajah Menik yang lucu.

Perjalanan yang mereka tempuh 14,5 jam. Perjalanan yang cukup jauh. Ini adalah pertama kalinya Jesy dan mamanya pergi meninggalkan negara London menuju negara Asia.

Walaupun perjalanan jauh, ibu dan anak itu cukup senang, karena mereka bisa leluasa untuk berbaring di atas pesawat itu.

Di gedung Rahasrya group.

Menik menikmati makan siang di dalam pantry. Koko menghampirinya.

" Nik jangan melamun." Ucap Koko sambil menepuk bahu Menik.

" Ah kamu mengagetkan saja." Ucap Menik pelan.

Koko menarik kursi dan duduk di samping Menik. Pria gemulai itu membuka bungkus makan siangnya.

" Kamu tidak makan di luar." Tanya Menik.

" Enggak, aku mau menemani kamu." Ucap Koko pelan.

" Aku enggak butuh teman." Jawab Menik ketus sambil menikmati makanannya.

" Benar kamu tidak butuh teman? Ok kalau begitu aku makannya pindah saja." Ucap Koko sambil berdiri dari kursinya.

" Eh jangan pergi, aku butuh teman ngobrol." Ucap Menik sambil menarik lengan Koko untuk duduk kembali.

Koko kembali duduk di sebelah Menik.

" Kamu kenapa." Tanya Koko sambil melanjutkan makannya

" Kenapa kamu bertanya seperti itu." Tanya Menik balik.

" Aku perhatikan semenjak kepergian Pak Kevin keluar negeri, kamu banyak melamun." Ucap Koko

" Kamu benar, aku memang sering melamunkan Pak Kevin." Ucap Menik pelan.

Menik tidak merasa malu ataupun sungkan untuk berbicara mengenai perasaannya kepada Koko. Karena menurutnya Koko bisa di ajak bertukar pikiran, malah Koko sering menyemangatinya.

" Apa yang kamu lamunkan." Tanya Koko.

" Pak Kevin." Ucap Menik cepat.

" Iya aku tau Pak Kevin, tapi apanya yang kamu lamunkan. Wajahnya atau bibirnya."

Goda Koko.

" Idih kamu genit banget." Ucap Menik malu.

Dia memang melamunkan semua perilaku Kevin kepadanya dan masalah ciuman itu juga selalu terbayang di dalam angannya.

" Kamu malu ya." Goda Koko lagi.

" Enggak Kok." Ucap Menik mengelak.

" Tapi kenapa wajahmu merah seperti tomat." Goda Koko lagi.

Rona pipi Menik tambah merah. Dia merasa malu mengingat ketika dia dan Kevin berciuman.

" Sudah jangan goda aku dengan kata itu lagi." Ucap Menik cepat.

" Ok, untuk menghemat waktu istirahatku. Ceritakan kepadaku, apa yang membuat kamu melamun pak Kevin." Tanya Koko cepat sambil menikmati makanannya.

" Aku bingung, kenapa pak Kevin beberapa hari ini tidak membalas pesan dariku." Ucap Menik pelan.

" Mungkin beliau lagi sibuk." Ucap Koko menenangkan.

" Tapi apa malam juga sibuk." Ucap Menik lagi.

" Mungkin karena kesibukannya di siang hari, jadi beliau cepat tidur." Ucap Koko lagi.

" Mungkin juga ya." Ucap Menik sambil manggut-manggut.

" Apa ada kabar tentang kepulangan pak Kevin." Tanya Menik.

Koko mengangkat kedua bahunya. Dia belum dengar kabar apapun mengenai bosnya yang satu itu.

" Kenapa? Kamu mau mengatakan isi hatimu ya." Tebak Koko.

Menik tersenyum simpul.

" Iya, aku sudah merancang kata-kata romantis untuknya." Ucap Menik.

" Selain mengatakan kata-kata romantis, apa lagi yang akan kamu lakukan nanti." Tanya Koko.

" Rahasia, kamu tidak boleh tau." Ucap Menik cepat.

" Ya aku tau rasanya kalau cinta saling berbalas, beda denganku." Ucap Koko cepat.

" Lah cintamu bukannya berbalas juga." Tanya Menik cepat.

" Iya cintaku memang berbalas, tapi hubungan kami yang tidak berbalas." Ucap Koko cepat.

" Maksudnya." Menik bingung.

" Hubunganku dengan Zelin hanya sebatas teman, karena sangat sulit untuk menjalin ikatan yang serius." Ucap Koko pelan.

" Kamu tidak boleh pesemis seperti itu, harus semangat. Kamu dan dia harus memperjuangkan bersama-sama." Ucap Menik memberi semangat.

" Like, komen dan vote yang banyak ya terimakasih."