Chapter 274 episode 273 (S2)

Bintang-bintang bertaburan di langit. Menemani malam panjang itu. Banyak muda-mudi berada di taman. Baik hanya untuk berkumpul ataupun untuk menghabiskan malam minggu dengan kekasih hati.

Ada seorang pengamen jalanan yang berdiri di tengah taman. Pengamen itu menyanyikan lagu-lagu romantis.

" Kamu tau, setahun yang lalu nona Zira menyanyikan sebuah lagu untuk tuan muda." Ucap Kevin.

" Oh ya, romantisnya. Lagu apa yang di nyanyikan nona Zira?" Ucap Menik pelan.

" Judulnya saya kurang tau, cuma isi lagu itu tentang perasaan cinta nona Zira." Ucap Kevin pelan mengingat kejadian dulu.

" Apa Bapak selalu ada diantara mereka berdua?" Ucap Menik lagi.

" Iya, aku selalu ada untuk mereka." Ucap Kevin lagi.

" Apa Bapak tidak iri dengan keromantisan mereka berdua." Ucap Menik sambil menatap Kevin.

" Untuk apa iri, saya senang mereka saling mencintai satu sama lain." Ucap Kevin lagi.

" Sepertinya anda cukup dekat dengan mereka berdua. Apa Bapak tidak pernah punya perasaan dengan nona Zira. Biasanya kedekatan bisa menimbulkan rasa yang berbeda." Ucap Menik sambil mengingat kedekatannya dulu dengan Rudi.

Kevin diam, dia memandang jauh.

" Nona Zira cantik, bukan hanya parasnya hatinya juga tulus." Ucap Kevin.

" Semua ada batasannya. Mana mungkin saya menjadi benalu untuk hubungan mereka. Saya adalah pengikat untuk hubungan mereka." Ucap Kevin.

" Apa kamu mau makan sesuatu?" Ucap Kevin menawarkan sesuatu.

" Enggak ah, Bapak sudah banyak mentraktir saya. Bagaimana kalau malam ini saya yang traktir." Ucap Menik sambil melihat Kevin.

" Memangnya kamu ada uang?" Ucap Kevin menatap wajah Menik dengan penuh kelembutan.

" Ada." Menik mengambil sesuatu dari dalam tasnya. Dia mengeluarkan dompet toko masnya.

" Ini uang saya." Ucap Menik menunjukkan dompetnya.

" Aih seperti ini kamu bilang dompet. Sepertinya aku melupakan sesuatu." Ucap Kevin lagi.

" Apa?" Ucap Menik penasaran.

Kevin tidak menjawab, dia lupa membelikan Menik dompet baru. Mungkin karena dompet itu terlalu kecil. Jadi dia tidak memikirkannya.

" Besok kamu ada kegiatan apa?" Ucap Kevin pelan.

" Biasa bersih-bersih." Ucap Menik pelan.

Kevin teringat sesuatu lagi. Kalau pembantunya telah pulang kampung.

" Apa kamu ada teman yang bisa bersih-bersih rumah saya?" Ucap Kevin pelan.

" Maksud Bapak apa?"

" Pembantu saya telah pulang kampung, jadi saya butuh seseorang untuk membantu saya membersihkan rumah dan menyetrika pakaian. Apa kamu punya kenalan?" Ucap Kevin lagi sambil menatap Menik.

Menik mendengarkan dan memikirkan sesuatu.

Dia sudah banyak memberiku, kalau untuk membayarnya secara cash pasti akan lama. Belum lagi hutang kerusakan mobil. Apa aku bekerja dengannya saja.

" Pak saya aja yang bersih-bersih rumah Bapak." Ucap Menik cepat.

Kevin menatap Menik sambil memicingkan matanya.

" Maksud kamu?" Sekarang Kevin yang bingung.

" Begini Pak, saya Sabtu dan Minggu tidak ada pekerjaan. Biasanya dulu waktu weekend saya mengambil pekerjaan paruh waktu. Tapi karena saya banyak hutang sama Bapak, jadi saya mau membantu untuk membersihkan rumah, dan tidak perlu di gaji. Jadi hutang saya lama-lama bisa lunas." Ucap Menik menjelaskan.

" Enggak." Ucap Kevin menolak.

" Ayolah Pak, hutang saya sudah banyak. Nanti perbulan saya cicil, dan seminggu dua kali untuk membersihkan rumah Bapak." Ucap Menik lagi.

Dia tidak mau berhutang Budi sama Kevin. Jadi cara menebus hutangnya dengan bekerja sebagai pembantu.

Dan Kevin juga menolak untuk mempekerjakan Menik sebagai pembantunya. Secara wanita itu adalah orang yang di sukainya. Menurutnya tidak elok menjadikan Menik sebagai pembantu.

" Mana mungkin aku menganggap kamu sebagai pembantu." Ucap Kevin menolak.

" Aduh Bapak, terserah Bapak mau menganggap saya sebagai apa. Tapi Izinkan saya bekerja dengan anda. Agar hutang saya lunas." Ucap Menik sambil merapatkan kedua telapak tangan di depan Kevin.

" Semua pemberian itu dari saya untuk kamu. Dan itu bukan hutang. Saya ikhlas memberikannya untukmu." Ucap Kevin menolak.

Walaupun sudah di jelaskan Kevin, tapi Menik tetap keras kepala. Menurutnya semua itu tetaplah hutang.

" Ayolah Pak. Saya mohon izinkan saya bekerja di sana." Ucap Menik memohon sambil menggoyangkan badannya Kevin.

Pendirian Menik memang kuat.

" Baiklah, besok kamu bekerja. Hanya hari libur. Sisanya kamu bekerja di Raharsya group." Ucap Kevin cepat.

Kevin dengan berat hati menerima Menik sebagai pembantunya di rumah. Dia hanya ingin melihat bagaimana Menik melayani dirinya. Apakah Menik termasuk dalam kriteria calon istri idaman. Atau tidak, semua akan terlihat berjalannya waktu.

Malam semakin larut. Keadaan ditaman masih ramai. Semua yang ada di taman seperti lupa akan waktu.

" Pak ayo kita makan sesuatu. Saya sudah lapar. Tapi saya yang traktir." Ucap Menik cepat.

" Apa uangmu cukup?" Ucap Kevin lagi.

" Cukup, kitakan hanya makan di pinggir jalan, kalaupun tidak cukup saya akan mencuci piring." Ucap Menik cepat sambil menarik tangan Kevin.

Mereka berjalan beriringan menuju para pedagang kaki lima.

" Bapak mau makan apa?" Ucap Menik pelan.

" Terserah saya ikut saja yang penting enak." Ucap Kevin cepat.

" Kalau makan mie ayam bagaimana?" Ucap Menik menawarkan.

" Boleh juga." Ucap Kevin sambil menganggukkan kepalanya.

" Tapi Bapakkan baru keluar dari rumah sakit. Saya khawatir perut Bapak sakit lagi." Ucap Menik khawatir.

" Sudahlah, saya sudah sembuh. Kemaren saya yang salah karena makan tidak pakai batasan. Sesuatu yang berlebih itu juga tidak bagus." Ucap Kevin lagi.

" Baiklah kalau begitu." Ucap Menik sambil menarik tangan Kevin menuju pedagang kaki lima.

Kevin memperhatikan tingkah Menik yang kekanak-kanakan. Tapi menurutnya sangat lucu. Ingin rasanya dia memiliki wanita itu. Tapi dia harus bersabar untuk merebut hati wanita itu.

Mereka berhenti di salah satu pedagang yang menjajakan dagangannya. Di etalase kacanya tertulis mie ayam dan bakso.

" Yang ini aja ya Pak." Ucap Menik.

Kevin setuju sambil menganggukkan kepalanya.

Di dalam tenda itu ada pasangan muda-mudi yang juga menikmati mie ayam tersebut. Kevin tidak bisa memilih tempat duduk lain. Mereka harus bergabung dengan pasangan kekasih lainnya.

Mereka duduk saling berhadapan dengan sepasang kekasih lainnya. Pasangan yang duduk di depan mereka terlihat romantis. Mereka saling menyuapi satu sama lain.

" Aih kapan selesainya kalau makan seperti itu." Gumam Menik pelan sambil berbisik ketelinga Kevin.

" Jangan lihat itunya, tapi lihat keromantisannya." Ucap Kevin membela sepasang kekasih itu.

" Ribet banget ya."

Pedagang mie ayam datang membawakan dua mangkok. Dan dua botol es teh.

" Ingat jangan pedas-pedas sambelnya." Ucap Menik mengingatkan Kevin.

Mereka menikmati mie ayam tersebut. Sepasang kekasih yang duduk di depan mereka sudah pergi. Tinggal mereka berdua di meja itu.

Kevin meminum es tehnya, kemudian memberikan mimik wajah jeleknya.

" Kenapa Pak." Ucap Menik bingung.

" Es ini seperti rasa urin?" Ucap Kevin berbisik ketelinga Menik.

" Urin apaan?" Ucap Menik bingung.

" Air pipis." Ucap Kevin berbisik lagi ketelinga Menik.

Menik membelalakkan matanya, dia ingin protes sama pedagang itu.

" Sstt jangan, coba punya kamu." Ucap Kevin pelan sambil menyeruput minuman Menik.

Kevin sebenarnya berbohong dia, hanya ingin minum satu gelas dengan Menik. Jadi dia membuat ide asal seperti itu.

" Punya kamu enak?" Ucap Kevin cepat.

Menik mencicipi minumannya setelah Kevin. Dengan seperti itu mereka satu bibir. Kemudian Menik mencicip minuman Kevin.

" Rasanya sama saja. Ini bukan seperti air pipis. Sepertinya Bapak ada masalah dengan lidah. Enak seperti ini di bilang rasa pipis. Memangnya Bapak sudah pernah minum air pipis." Ucap Menik cepat sambil melihat Kevin.

Kevin tertawa kecil mendengar penuturan Menik yang mengatakan kalau dia ada masalah dengan lidah.

" Mungkin ini efek samping dari minum obat mencret itu." Ucap Kevin asal.

" Aih, memangnya efek samping obat ada yang tidak peka dengan rasa. Kok saya baru tau." Ucap Menik sambil menggaruk kepalanya.

" Ya ada dan hal itu biasa. Yang aneh itu kalau efek sampingnya malah pengen cepat-cepat kawin." Ucap Kevin asal.

Menik mengingat sesuatu tentang percakapan dirinya hari ini. Semuanya mengatakan kalau Kevin ingin mengajaknya menikah.

Menik langsung berdiri dan membayar makan itu.

" Ayo cepat." Ucap Menik sambil menarik tangan Kevin.

Kevin beranjak dari kursinya. Dan mengikuti langkah Menik.

Menik masih menarik tangannya dengan tergesa-gesa.

" Kamu kenapa? Sepertinya kamu sedang gusar." Ucap Kevin pelan.

" Kita akan kerumah sakit." Ucap Menik cepat.

" Untuk apa, aku kan sudah sembuh." Ucap Kevin sambil melepaskan tangan Menik.

" Bagaimana sudah sembuh. Bapak itu masih sakit. Yang pertama lidah Bapak tidak peka dengan rasa. Mungkin saja Bapak tidak bisa membedakan antara manis dan asin. Dan yang kedua efek samping dari obat mencret itu Bapak selalu mengajak saya menikah. Itu bahaya." Ucap Menik panik.

Kevin tertawa terbahak-bahak melihat penjelasan Menik. Menurutnya semua ucapannya di anggap serius oleh Menik.

Mereka sudah sampai di depan mobil. Seperti biasa Kevin duduk di belakang kemudi.

" Cepat nyalakan mesin mobilnya. Saya tidak mau disalahkan dalam hal ini." Ucap Menik panik.

" Sstt diam. Sekarang sudah malam saya akan mengantar kamu pulang." Ucap Kevin sambil melihat jam tangannya.

" Enggak usah pulang dulu. Bapak harus berobat. Jangan sampai efek obat itu tambah parah." Ucap Menik panik.

" Baiklah kita akan ketemu dengan dokter pribadi saya saja. Nanti dia akan menjelaskan semuanya." Ucap Kevin tersenyum menyeringai.

Kevin keluar dari mobilnya. Sambil membawa ponselnya.

" Bapak mau kemana?" Ucap Menik dari dalam mobil.

" Saya menghubungi dokter dulu." Ucap Kevin cepat.

Kevin menghubungi nomor telepon dokter Diki. Dia merencanakan sesuatu.

" Like, komen dan vote yang banyak ya terimakasih."