Chapter 259 episode 258 (S2)

" Memang wajah saya seperti ini tuan." Ucap Kevin pelan.

Ziko masih tertawa melihat asistennya seperti teraniaya. Dia senang karena bisa mengerjai Kevin. Sebelumnya dia yang selalu jadi bahan candaan antar Zira dan Kevin. Tapi sekarang beda, kartu Kevin seperti ada di tangan Ziko.

Pintu di buka dari luar ruangan. Ada Koko dan Zelin di balik pintu itu. Ziko langsung diam seribu bahasa. Dia menyaksikan adiknya datang bersama Koko.

" Kok diam bos, ayo ketawa lagi." Goda Kevin.

" Diamlah." Ucap Ziko seperti jaga wibawa di depan Koko.

Zelin dan Koko menghampiri tempat tidur secara perlahan. Ada ketakutan ketika dia harus bertemu Kakaknya di rumah sakit itu. Setau dia, kakaknya masih berada di rumah mengurus persiapan untuk acara besok.

" Kakak." Ucap Zelin pelan.

Ziko diam, dan memandang tajam pria gemulai yang tidak berdiri jauh dari adiknya.

" Wah pacaranya Pak Kevin sudah datang." Ucap Menik pelan.

Zira melihat kearah Zelin. Dan mengartikan sendiri siapa yang di maksud Menik sebagai pacar Kevin.

" Itu bukan Pacarnya, itu adik ipar saya." Ucap Zira menjelaskan.

" Owh adik ipar ya. Pantesan mirip sama Pak Bos, tapi ini genre romantisnya kalau pak Bos genre horornya." Ucap Menik pelan.

Zira tertawa mendengar ucapan Menik. Yang menurutnya suka ngomong keceplosan.

" Ups, maaf nona. Tidak seharusnya saya berkata seperti itu." Ucap Menik agak takut.

Dia takut ucapannya menjadi boomerang untuk perkerjaanya.

" Sudah tenang saja. Memang suami saya kalau di perhatikan sekilas menakutkan tapi sebenarnya dia tipe yang penyayang dan romantis loh." Ucap Zira membanggakan suaminya.

Zira beranjak dari sofa berjalan mendekati tempat tidur Kevin. Zelin dan Koko masih terlihat takut untuk menatap Ziko.

" Baiklah karena semua sudah lengkap siapa yang mau kesurupan lagi." Ucap Zira cepat.

Semua orang yang berada di ruangan itu melihat Zira bersamaan.

" Sstt sayang jangan bicara kesurupan lagi di sini." Ucap Ziko mengingatkan istrinya.

Melihat ekspresi suaminya yang takut. Dia tertawa lucu. Karena menurutnya suaminya memang penakut dan itu terbukti ketika dia membicarakan hal-hal gaib.

Ziko menutup mulutnya istrinya agar tidak tertawa lagi.

" Ngapain sih." Ucap Zira sambil membuka tangan Ziko yang menempel di mulutnya.

" Diam sayang, jangan di pancing." Ucapnya pelan.

" Iya aku tau. Halo Koko tadi kesini naik apa?" Ucap Zira basa basi agar suasana tidak mencekam.

" Saya naik motor nona." Jawab Koko pelan.

" Owh saya kira naik kuda." Ucap Zira lagi.

" Saya enggak punya kuda, yang punya kelinci." Ucap Koko lagi.

Suasana masih saja terlihat kaku. Karena tatapan Ziko tetap memandang ke dua orang itu. Yaitu Zelin dan Koko.

Zira menarik tangan suaminya agar menjauh dari situ.

" Biarkan mereka jangan kamu pandangi terus. Apa kamu mau melototi mereka terus-menerus. Enggak takut mata kamu katarak." Ucap Zira asal sambil berbisik.

" Idih doa kamu jelek banget, tapi diam-diam mereka jalan berdua tanpa sepengetahuan aku." Ucap Ziko pelan.

Zira melirik dua muda mudi yang baru datang. Zelin dan Koko berusaha untuk berbicara dengan Kevin. Mereka masih melirik ke arah suaminya.

" Kamu sudah dengar kalau Koko naik motor kesini. Mungkin mereka janjian mau menjenguk Kevin." Ucap Zira menjelaskan.

" Kok janjiannya di rumah sakit. Enggak modal banget." Ucap Ziko protes.

" Aduh sayang mereka bukan mau berpacaran, tapi hanya mau menjenguk Kevin. Kamu tau jengukan? Kalau enggak tau dengan kata itu kelihatan nilai ulangan bahasa kamu waktu sekolah jelek." Ucap Zira cepat.

" Iya, iya aku paham." Ucap Ziko cepat tapi tetap melirik dua orang itu.

Menik memperhatikan tingkah bosnya yang sangat tidak menyukai kehadiran Koko dan Zelin di ruangan itu.

Sepertinya Bos besar tidak suka dengan kehadiran Koko. Sebenarnya apa yang terjadi diantara mereka berdua. Apakah Koko berpacaran dengan adiknya bos. Atau tidak. Tapi kalau dari tingkahnya sepertinya Koko dan nona itu saling menyukai. Tapi di tentang sama kakaknya. Tumben aku bisa berasumsi sehebat ini.

" Bagaimana keadaan anda Pak?" Ucap Koko pelan.

" Saya sudah membaik, mungkin besok pagi sudah bisa pulang." Ucap Kevin pelan sambil melirik Menik yang duduk diam mematung karena tidak ada yang mengajaknya bicara.

Koko dan Zelin berbicara panjang lebar mengenai banyak hal, sampai masalah mereka berdua di singgung Kevin.

" Apa kalian sudah berpacaran?" Ucap Kevin pelan.

Dia berbicara agak pelan, karena tidak mau mendahului bosnya. Secara bosnya kurang setuju dengan hubungan mereka berdua.

Zelin dan Koko kaget karena mendapatkan pertanyaan dari orang lain. Dan orang itu adalah Kevin. Kevin merupakan orang luar, tapi dia lebih bisa berpikir panjang di bandingkan Ziko. Tak heran Kevin selalu dijadikan penasehat untuk bosnya.

" Enggak kami tidak pacaran. Koko menghubungi aku dan mengatakan kalau anda di rawat di rumah sakit. Jadi karena sudah sore kami janjian untuk menjenguk anda di sini. Kami juga baru ketemu di loby." Ucap Zelin menjelaskan.

Koko ikut menganggukkan kepalanya, setuju dengan penjelasan pujaan hatinya.

" Apapun hubungan itu, ada baiknya kalian memahami satu sama lain. Jangan cepat mengambil keputusan untuk menjalin satu ikatan tanpa adanya rasa cinta." Ucap Kevin menasehati.

Zelin dan Koko saling pandang. Mereka memang mempunyai perasaan tapi belum tau apakah perasaan itu cinta yang sesungguhnya atau hanya sekedar suka belaka.

" Apa itu yang menyebabkan asisten Kevin belum menikah sampai sekarang? Karena belum menemukan cinta sejati." Ucap Zelin pelan.

Waduh kenapa pertanyaan ini di ajukan ke aku.

" Hehehe, bisa iya bisa tidak." Ucap Kevin gugup.

" Apa anda tidak pernah menyukai seseorang?" Ucap Koko ikut nimbrung.

Kevin menatap tajam kearah Koko, dia kaget karena pertanyaan itu di ucapkan oleh pria gemulai.

" Ayo jawab." Ucap Zelin cepat.

" Apa anda suka sama Cici. Bencanda ya." Ucap Koko pelan.

Kevin langsung menatap tajam kearah Koko. Menurutnya Koko sudah keterlaluan dengan mengartikan keakraban yang mereka jalin selama ini.

" Siapa Cici?" Ucap Zelin penasaran.

Dari raut muka Kevin seperti ingin menjelaskan sesuatu tentang Koko. Tapi Koko memberikan muka melasnya kepada Kevin agar tidak membicarakan masa lalunya.

" Cici banci kaleng." Ucap Kevin cepat.

" Apa! Apa Bapak suka sama Cici?" Ucap Menik ikut nimbrung karena mendengar nama Cici di sebut.

Menik paham siapa Cici. Dan dia juga mengerti cerita di balik nama itu.

Ziko dan Zira yang tadinya mengobrol langsung melihat ke arah Kevin.

" Kenapa semua jadi melihat aku. Bukan seperti itu. Aku tidak suka dengan Cici dan aku membencinya." Ucap Kevin gugup.

" Kalau suka juga enggak apa-apa." Goda Ziko.

Kevin tampak menjadi bahan bulan-bulan di situ. Dia melihat sinis ke arah office girl itu. Semua karena ulah Menik yang asal bicara.

" Wah, ternyata diam-diam asisten Kevin menyukai Cici. Walaupun aku tidak tau siapa dia, tapi aku salut dengan anda. Karena anda bisa juga suka dengan seorang wanita." Ucap Zelin.

Nama masa lalu Koko adalah Cici. Dan sebutan itu hanya di dengar Kevin. Ziko dan Zira tidak tau siapa sebenarnya Cici itu.

" Buahahhaha." Ucap Menik tertawa terbahak bahak. Dia merasa lucu mendengar perkataan Zelin yang mengatakan kalau Cici adalah wanita.

Semua melihat kearah Menik kembali. Mereka ingat pada saat di rumah makan, Menik tertawa seperti itu. Masih ingat jelas di pikiran mereka semua tentang kesurupan beberapa hari lalu.

" Wah kesurupan lagi." Ucap Ziko yang sudah mulai panik.

" Diam, dia bukan kesurupan tapi mungkin lagi stress." Ucap Zira asal.

Menik masih tertawa mendengar ucapan dua orang itu. Ada saja tingkah lucu orang kaya itu.

" Nik, jangan kesurupan. Hari ini aku tidak bisa mengeluarkan arwah setan dari tubuhmu." Ucap Zira cepat.

Menik melihat kearah Zira dan berusaha untuk menutup mulutnya. Walaupun masih lucu membayangkan bosnya suka dengan Koko. Koko seperti mengerti arti ketawa Menik. Dia ikut menundukkan kepalanya takut kalau Menik keceplosan bicara.

Suasana sudah kembali normal. Menik sudah bisa mengontrol tawanya. Zelin yang masih penasaran dengan jalan hidup pria yang selama ini sebagai mata dan tangan untuk kakaknya.

" Ayo ceritakan kisah anda? Kalau anda tidak suka dengan Cici. Pasti anda pernah suka dengan seseorangkan?" Ucap Zelin cepat.

Menik masih lucu ketika Zelin menyebutkan nama Cici.

" Sudah ceritakan semua kisahmu kepada kami. Anggap saja kamu lagi mendongeng." Ucap Ziko mengambil posisi duduk di sofa, diikuti oleh Zira.

" Like, komen dan vote yang banyak ya terimakasih."