Chapter 257 episode 256 (S2)

" Pak, sampai berapa lama Bapak disini?"

" Kenapa? Apa kamu bosan?" Ucap Kevin cepat sambil melirik Menik yang tengah duduk di sofa.

" Enggak bosan sih, cuma saya tidak enak dengan karyawan yang lain. Kalau mereka tau saya keluar sama Bapak, bisa berabe dunia persilatan."

" Berabe kenapa?"

" Aduh Pak, saya tidak mau ada gosip antar kita. Membersihkan dua ruangan saja mereka sudah bising apalagi sampai mengetahui hal ini." Gerutu Menik.

" Bukannya bagus kalau kamu dekat dengan seorang bos." Ucap Kevin keceplosan.

" Apanya yang bagus, cobaannya banyak yang pertama pasti di cibir semua karyawan, yang kedua pasti kekasih anda datang dan siap-siap melabrak saya."

Kevin lucu mendengar kicauan Menik. Dia bingung dari mana wanita itu bisa berasumsi hal-hal seperti itu.

" Bapak sepertinya sudah membaik, jadi saya kembali ke kantor ya." Ucap Menik cepat.

" Bos kamu siapa?"

" Bapak?"

" Kalau Bos kamu sakit, apa yang kamu lakukan?"

" Menjenguknya."

" Iya menjenguk, terus yang menyebabkan aku seperti ini siapa?"

" Bapaklah, enggak mungkin saya. Saya sudah melarang Bapak tadi." Ucap Menik membela diri.

" Iya betul, tapi yang membuat masakan pedas dan enak itu siapa?"

" Saya."

" Ya sudah jadi semua tanggung jawab ada sama kamu." Ucap Kevin tegas.

" Tapi Pak?"

" Ssstt diam. Saya mau tidur. Pastikan kamu menjagaku dengan benar." Ucap Kevin sambil memejamkan matanya.

" Menjaga? Apa Bapak mau saya nyanyikan sebuah lagu, biar tidur Bapak pulas." Ucap Menik.

" Memangnya kamu mau nyanyi apa?"

" Cendol dawet cendol cendol." Ucap Menik sambil bergoyang layaknya sedang dangdutan.

Kevin membelalakkan matanya melihat tingkah wanita di depannya sudah dalam batas tidak wajar.

" Hey stop stop. Kamu sudah minum obat belum?"

" Sudah, tadi saya minum obat cacing." Ucap Menik sambil bernyanyi lagi.

" Cendol dawet cendol cendol."

" Hey stop stop, aku tidak mau membeli cendolmu. Berisik!" Ucap Kevin sambil menutup telinganya.

Menik langsung menutup rapat mulutnya.

" Apa lagu yang saya nyanyikan salah?" Ucap Menik pelan.

" Ya, kamu seharusnya bisa memilih lagu untuk membuat aku cepat terlelap bukan lagu seperti itu. Dengan lagu itu bukan malah terlelap tapi malah aku ikut bergoyang nanti." Ucap Kevin cepat.

" Pilih lagu yang menghibur tapi tidak terlalu berisik." Ucap Kevin lagi.

Menik memikirkan sebuah lagu yang bisa menemani tidur bosnya.

" Baby shark do do baby shark."

" Stop, lebih baik kamu diam." Ucap Kevin sambil memijat dahinya.

Menik menutup rapat mulutnya. Tidak beberapa lama Kevin tertidur.

" Wah cepat banget tidurnya. Sepertinya bapak ini bisa tertidur dengan mendengar nyanyian perutku." Gumam Menik.

Menik ikut tertidur di atas sofa. Dia juga cukup lelah hari ini.

Ziko dan Zira sedang membantu orang tuanya mempersiapkan acara besok. Mereka mempersiapkan souvernir untuk ibu-ibu pengajian dan para tamu. Rumah sudah di desain sederhana mungkin oleh event organizer seperti permintaan Zira.

Ziko pergi menjauh dari keramaian di dalam rumahnya. Dia pergi ke taman dan duduk di kursi taman.

Ziko mengambil ponselnya dan menghubungi asisten Kevin.

Di tempat lain.

Menik kaget mendengar ada suara ponsel berbunyi yang jelas itu bukan suara ponselnya. Ponselnya tidak berdering cukup indah. Dering ponselnya hanya suara ayam berkokok atau ayam batuk.

Menik berjalan melihat ponsel bosnya ada di atas meja dekat tempat tidur. Ada nama Bos Ziko di situ.

Menik mau membangunkan bosnya tapi dia merasa kasihan melihat pria itu sedang tertidur pulas. Menik berusaha untuk menjawab panggilan tersebut. Dia belum pernah memegang ponsel layar sentuh. Jadi dia salah menggeser, tombol merah yang di tekannya.

" Halo halo. Lah kok di matikan." Gerutu Menik.

Di mansion.

" Sialan kenapa si Kevin mematikan panggilanku." Gerutu Ziko.

Ziko kembali menghubungi Kevin. Dan lagi-lagi Menik salah menggeser. Seharusnya yang di tekan adalah warna hijau, tapi Menik salah lagi.

" Bos Ziko niat telepon enggak sih. Aku jawab di matikan." Gerutu Menik.

Begitupun dengan Ziko, dia mengumpat habis-habisan di sana. Zira memperhatikan suaminya yang sedang marah-marah dengan ponselnya.

Zira mendekati suaminya.

" Kenapa? Apa yang di lakukan ponsel kamu? Sampai kamu terlihat cukup kesal dengan benda itu." Ucap Zira sambil menunjuk ponsel suaminya dengan lirikan matanya.

" Si Kevin, sudah dua kali aku hubungi tapi di matikan. Aku mau tanya perkembangan pekerjaan di sana." Gerutu Ziko.

" Coba hubungi lagi, kalau dia tidak menjawab mungkin dia sedang meeting." Ucap Zira menenangkan suaminya.

" Sayang kalau meeting ponsel harus di matikan. Pasti telah terjadi sesuatu dengannya." Ucap Ziko penasaran.

" Sstt tidak boleh berkata seperti itu, coba kamu hubungi lagi. Mana tau langsung terhubung dan di jawabnya." Ucap Zira lagi.

Ziko menghubungi lagi, kali ini dia memakai speaker. Zira ikut mendengarkan panggilan masuk itu.

Di tempat yang berbeda.

" Waduh berbunyi lagi, aku jawab malah di matikan. Tapi apa aku yang salah tekan ya?" Gumam Menik.

Menik mencoba mengangkat panggilan itu dan kali ini dia menggeser ke warna hijau.

" Halo." Ada suara bentakan dari ujung sana.

Terhubung, berarti tanganku tadi kepleset makannya salah terus.

" Ya halo?" Ucap Menik pelan.

Zira dan Ziko saling pandang. Ada suara wanita dari ujung ponsel Kevin. Setau Ziko, asistennya tidak pernah memberikan ponselnya sama seorang wanita. Dan kali ini mereka mendengar suara seseorang wanita dari ujung sana.

" Mana Kevin?" Ucap Ziko tegas.

" Lagi tidur." Ucap Menik polos.

Ziko membelalakkan matanya, dia tidak habis pikir dengan pendengarannya. Ziko menutup speaker kemudian berbicara dengan istrinya.

" Kurang ajar, diam-diam dia tidur dengan seorang wanita. Apa itu yang menyebabkan dia tidak pernah memikirkan pernikahan." Ucap Ziko emosi.

Zira berusaha menenangkan suaminya.

" Sayang jangan berpikiran negatif, dengarkan dulu penjelasan wanita itu." Ucap Zira pelan.

Zira mengambil ponselnya suaminya, dan dia menanyakan lagi kepada wanita di ujung sana.

Di lain tempat.

Menik masih saja berkata halo dan halo.

" Halo, dimana kalian menginap?" Ucap Zira cepat.

" Di rumah sakit." Ucap Menik polos.

Zira menutup speaker dan melihat kearah suaminya.

" Kan betul mereka nginap di rumah sakit. Dasar modus." Ucap Ziko emosi.

" Sayang mana mungkin mereka melakukan hal itu di rumah sakit." Ucap Zira pelan.

" Tapi itu si wanita sudah jujur." Ucap Ziko sewot.

" Sstt diam. Biarkan aku bicara lagi." Ucap Zira sambil meletakkan jari telunjuknya di bibir suaminya.

Speaker di nyalakan kembali. Suara Menik masih terus terdengar dengan menyebutkan kata halo dan halo.

" Halo mbak yang ada disana? Kalau boleh tau kalian nginap di rumah sakit mana ya dan nomor berapa?" Ucap Zira cepat.

Menik langsung menyebutkan nama rumah sakit dan dia keluar ruangan sebentar sambil melihat tulisan yang ada di atas pintu ruang rawat inap. Kemudian dia kembali menyebutkan nama ruangan tersebut.

" Apa yang kalian lakukan di sana?" Ucap Ziko cepat.

" Owh tadi kami mengobrol panjang lebar, kemudian bapak tertidur karena kelelahan." Ucap Menik polos.

Ziko langsung mematikan panggilannya. Dia terlihat kesal mendengar wanita itu bercerita.

" Duh Pak bos main tutup aja." Gerutu Menik.

" Sayang sepertinya kita harus grebek mereka berdua. Aku mau lihat seperti apa tipe perempuan pilihan si Kevin." Ucap Ziko cepat.

" Sayang, menurutku tidak mungkin mereka melakukan hal itu di sana." Ucap Zira lagi.

" Bisa saja, dia menyewa satu ruangan. Kalau di hotel akan dengan gampang dia ketahuan para wartawan. Tapi di rumah sakit siapa yang pernah terpikirkan seperti itu." Ucap Ziko menjelaskan.

Walaupun Zira tidak percaya, tapi dia dan suaminya berencana pergi untuk membuktikan kebenarannya. Mereka bersiap-siap pergi ke rumah sakit itu.

" Like, komen dan vote yang banyak ya terimakasih."