Chapter 244 episode 243 (S2)

Setelah meredakan emosi bosnya. Kevin kembali keruangannya. Dia melihat tumpukan kertas pemberian Ibu Mery. Kevin melihat waktu yang tidak memungkinkan lagi untuk memeriksa daftar riwayat hidup tersebut. Dia menghubungi bagian HRD. Sambungan tersambung ada Ibu Mery dari ujung telepon.

" Ibu Mery, kapan para cleaning service itu mulai bekerja?" Ucap Kevin langsung.

" Besok Pak? Besok mereka masuk jam 6 pagi. Briefing sekitar sepuluh menit." Ucap Ibu Mery.

" Hemmmmm." Kevin memikirkan sesuatu tentang siapa yang memberishkan ruang presiden direktur.

" Untuk ruangan Presiden direktur jangan di sentuh terlebih dahulu. Saya yang akan menentukan siapa yang membersihkan ruang tersebut." Ucap Kevin sambil menutup panggilannya.

Waktu sudah menunjukkan jam 5 sore. Kini tiba waktunya mereka untuk pulang. Kevin menuju parkiran untuk mengambil mobil dari sana. Dari jauh ada suara motor yang masuk ke area parkiran itu. Kevin memperhatikan plat motor tersebut. Seorang pria masih cukup muda turun dari motor. Pria tersebut berbadan tinggi dan berkulit sawo matang. Dia mengenakan baju seragam berwarna putih dan celana berwarna biru. Setelah pria itu memarkirkan motornya dia berjalan keluar parkiran, tapi Kevin memanggilnya.

" Hei Kamu?" Teriak Kevin.

Pria itu melihat sekelilingnya tidak ada orang di belakang dan di sekitar situ. Hanya dia dan pria yang berdiri tidak jauh dari tempatnya memarkirkan motor. Pria itu menunjuk dirinya sendiri.

" Iya kamu?" Ucap Kevin melambaikan tangannya memanggil pria tersebut.

Pria tersebut jalan menghampiri Kevin.

" Iya Pak?" Ucap si pria ramah.

Kevin memperhatikan pria tersebut dari atas sampai bawah. Dan melihat name tag di seragam pria tersebut. Tertulis namanya Bima.

" Apa kamu security baru di sini?" Ucap Kevin langsung.

" Iya Pak, ini bulan ke dua saya berkerja disini." Ucap Bima ramah.

" Baiklah, lanjutkan pekerjaanmu." Ucap Kevin memerintahkan security baru itu.

Bima pergi meninggalkan area parkiran. Menuju pos penjagaan bersama rekan kerjanya. Di dalam mobil Kevin mengingat nama pria tadi.

" Namanya Bima, apa hubungannya pria itu dengan wanita setengah genre." Gumam Kevin.

Kevin menyalakan mesin mobil keluar dari area parkiran menuju pintu loby. Di depan pintu loby ada Ziko yang sedang menunggunya. Dari jauh ada yang memperhatikan mereka yaitu Bima. Bima bertanya kepada rekan kerjanya.

" Siapa yang naik mobil itu?" Ucap Bima sambil menunjuk ke arah mobil yang di kemudikan Kevin.

" Oh yang naik itu adalah bos kita. Dia pemilik gedung mewah ini." Ucap rekan kerjanya.

" Kalau yang membukakan pintu itu siapa?" Ucap Bima lagi.

" Apa kamu enggak kenal. Dia adalah asisten Kevin, merupakan tangan kanan bos kita. Dia punya pengaruh besar untuk perusahaan ini. Dia tidak memberikan toleransi kepada karyawan yang tidak becus dalam bekerja." Ucap rekan kerjanya menjelaskan.

" Jadi kalau karyawan tidak becus langsung di pecat apa potong gaji." Ucap Bima penasaran.

" Gaji tetap di berikan, kecuali si karyawan menyalah gunakan uang perusahaan itu beda lagi ceritanya." Ucap rekan kerjanya.

" Memangnya hukuman seperti apa yang di berikan pria itu." Ucap Bima penasaran.

" Kalau korupsi di pecat dan harus mengganti kerugian perusahaan. Yang lebih menakutkan langsung di jebloskan ke penjara." Ucap rekan kerjanya.

Jleb begitu getaran jantung Bima. Ada ketakutan ketika rekan kerjanya mengatakan hal itu. Dia bertekad tidak akan membuat kesalahan sekecil apapun. Agar dapat bertahan di perusahaan besar itu.

Di mobil.

" Kenapa kamu lama sekali." Gerutu Ziko.

" Maaf tuan, tadi saya berbicara dengan security baru." Ucap Kevin menjelaskan.

" Sudah jalan, istriku sudah menunggu lama di butik." Ucap Ziko cepat.

Mobil sudah meluncur ke jalan raya menuju Zira boutique. Setelah mobil Kevin meluncur ke jalanan, Bima mengambil ponselnya menghubungi kakaknya. Panggilan terhubung

" Kak, lagi ngapain?" Ucap Bima langsung.

" Lagi kerja." Ucap kakaknya.

" Kakak tau enggak?" Ucap Bima lagi.

" Enggak."

" Mobil yang kakak rusak dan pria yang kakak siram pakai air itu adalah bosku." Ucap Bima sedikit histeris.

" Apa! Serius kamu?" Ucap kakaknya tidak percaya.

Bima menceritakan awal mula dia bertemu dengan Kevin. Sampai dia mendapatkan informasi lain dari teman kerjanya.

" Sepertinya dia memperhatikan plat motor aku." Ucap Bima lagi.

" Ya biarin aja. Yang penting kamu tidak membuat kesalahan di sana." Ucap kakaknya menenangkan.

" Bukan itu kak, kalau dia minta ganti rugi atas kerusakan mobilnya sama aku bagaimana?" Ucap Bima khawatir.

" Sudah bilang aja kamu enggak tau." Ucap Kakaknya lagi.

" Tapi kak?"

" Sudah jangan cengeng, Kakak mau bertemu dengan manajer rumah makan." Ucap kakaknya lagi.

" Kakak buat kesalahan apa?" Ucap adiknya khawatir.

" Kesalahan? Apa kamu kira kakak selalu membuat kesalahan?" Gerutu kakaknya.

" Ya mana tau. Soalnya kakak orangnya ngeyelan." Ucap adiknya dari ujung ponselnya.

" Enak aja, awas nanti kamu pulang." Ucap kakaknya sedikit teriak.

Setelah itu panggilan terputus hanya terdengar suara tut tut tut.

Zira sudah di jemput, tidak lupa dia memerintahkan Kevin untuk mampir ke supermarket.

" Kamu mau beli apa di supermarket?" Ucap Ziko cepat.

" Aku mau beli mie instan. Bukannya malam ini kalian lomba." Jawab Zira cepat.

" Oh iya." Ucap Ziko lagi.

Zira dan Ziko turun ke supermarket. Asisten Kevin menunggu di mobil. Dia enggan menjadi nyamuk di antara pasangan suami istri itu.

Zira berjalan menuju rak tempat mie instan di Jejerkan. Dia memilih mie yang menurutnya enak. Dari jauh ada yang berteriak memanggil namanya.

" Zira?" Ucap seorang wanita yang tidak lain adalah Vita.

" Vita?" Ucap Zira heran.

Vita menyalami sambil memeluk erat tubuh Zira. Zira melirik ke arah suaminya, melihat gimana reaksi suaminya ketika bertemu dengan Vita.

" Kamu sendirian?" Ucap Zira basa basi.

Zira tidak tau harus memulai pembicaraan apa sama wanita didepannya. Secara mereka memang tidak akrab. Malah Zira pernah berpikiran negatif dengan wanita itu.

" Sama teman." Ucap Vita langsung.

Vita berjalan menjauh memanggil temanya. Dari jauh terlihat seorang pria menggandeng tangan anak kecil.

" Tante Zira." Ucap anak kecil itu.

" Naura?" Ucap Zira memeluk tubuh imut mensejajarkan tinggi tubuhnya dengan Naura.

Vita bingung melihat keakraban Zira dan Naura.

" Apa kalian saling kenal?" Ucap Vita bingung.

" Kenal, ini peri yang aku ceritakan Tante." Ucap Naura.

" Peri?" Ucap Zira lagi dengan mimik muka bingung.

" Dia suka cerita kepada kami tentang seorang peri. Dan peri itu di tujukan untuk kamu." Ucap Fiko menjelaskan.

" Owh sayang." Ucap Zira terharu sambil memeluk erat tubuh anak kecil itu.

" Bagaimana kalian saling mengenal?" Ucap Vita masih bingung.

Zira tidak ingin menjelaskan apapun tentang perkenalan dirinya sama fiko. Dia menghargai perasaan suaminya. Walaupun dia sudah jadi milik suaminya. Tapi perasaan suami harus tetap di jaga agar tidak terjadi salah paham di kemudian hari.

" Ceritanya panjang." Ucap Zira cepat.

Zira melihat tubuh anak kecil itu. Tubuhnya sudah sedikit berisi di bandingkan dengan yang dulu. Wajahnya sudah tidak pucat, ada keceriaan di wajah Naura.

" Bagaimana keadaan kamu?" Ucap Zira kepada Naura.

" Baik Tante. Aku udah enggak di suntik lagi. Aku hanya minum obat saja. Itupun hanya sekali. Kata dokter aku sudah sembuh." Ucap Naura antusias.

" Syukurlah Tante senang melihat kamu sudah ceria dan sembuh. Maaf sayang Tante tidak bisa berlama-lama di sini. Tante harus pulang. Kamu jaga kesehatan ya, jangan capek." Ucap Zira mengecup kening Naura dan memeluk erat tubuh mungil itu.

Naura menganggukkan kepalanya sambil melambaikan tangannya ke arah Zira. Ada rasa cemburu ketika Zira bisa akrab dengan Naura. Tapi Vita bisa berpikir positif tentang semuanya. Menurutnya Zira orang yang baik, seperti yang di utarakan Nauara, kalau Zira adalah seorang peri. Peri merupakan sosok figur yang baik. Jadi dia mengambil kesimpulan sendiri tentang arti peri itu dalam diri Zira.

" Like, komen dan Vote yang banyak ya biar semangat updatenya."