Chapter 191 episode 191

Kevin tidak mungkin masuk ke dalam apartemen. Pasti dua orang itu akan merasa curiga kepadanya.

" Kalian yang pergi ke apartemen nona Zira. Semua dokumen yang penting bawa. Seperti baju juga bawa."

" Bapak enggak ikut." Ucap pelayan yang duduk di sebelah Kevin.

" Tidak, saya berjaga di sini saja." Ucap Kevin memberikan kunci apartemen Zira.

Beberapa orang pelayan itu keluar dari mobil. Mereka langsung masuk ke dalam apartemen. Kevin memperhatikan dari kaca spion. Melihat apakah dua orang yang berada di mobil itu curiga dengan beberapa orang yang baru keluar dari mobil.

Dari kaca spion Kevin bisa melihat kalo dua orang itu tidak curiga apalagi bertindak. Mereka hanya asik mengobrol satu sama lain. Tidak beberapa lama seorang pelayan membawa dua koper. Pelayan tadi langsung memasukkan koper ke bagasi. Dan dia kembali duduk di kursi belakang. Beberapa menit kemudian datang lagi seorang pelayan dengan membawa box. Dan beberapa menit kemudian datang lagi dua orang dengan membawa sisa-sisanya. Kevin melihat dua orang itu mulai tampak curiga.

" Apa tidak ada yang tertinggal lagi?" Ucap Kevin sambil melirik kaca spion. Satu orang pria yang berada di mobil itu turun dan berjalan menghampiri mobil yang di kendarai Kevin. Sebelum sampai orang itu menghampiri mobil, Kevin sudah menyalakan mesin mobil dan melaju dengan cepat. Orang tadi kembali berlari ke mobil dan memerintahkan temannya untuk mengejar mobil yang melaju kencang.

" Kejar mobil itu." Ucap pria tadi. Mobil langsung mengejar mobil Zira. Mereka dapat melihat mobil itu dari balik mobil lain. Pelayan yang berada di mobil merasa takut dengan cara mengemudi Kevin yang seperti pembalap.

" Sepertinya itu suruhan nona Zira." Ucap salah satu pria. Pria yang satunya menganggukkan kepalanya. Kevin mencari celah agar dia tidak di ikuti orang-orang itu. Mereka melakukan kejar-kejaran di jalan raya.

" Pak sebentar lagi traffic light. Kita bisa ketahuan sama mereka." Ucap salah satu pelayan yang duduk di belakang sambil melihat kaca belakang mobil. Dalam hitungan detik traffic light akan berwarna merah. Dan Kevin langsung menekan pedal gasnya dengan kencang. Mereka lolos dari kejaran mobil itu. Mobil yang mengikuti mereka harus berhenti karena lampu sudah berwarna merah. Si pengemudi memukul setir mobil berulang-ulang dengan tangannya. Karena target incaran mereka bisa lepas.

" Kamu sudah mencatat plat nomor tadi." Ucap si pengemudi.

" Sudah." Ucap si pria yang duduk di sebelahnya, sambil menunjukkan ponselnya.

" Sebaiknya kita kembali ke masion. Kita harus menginformasikan ini kepada Nyonya besar." Ucap si pengemudi dan temannya menganggukkan kepalanya tanda setuju.

Pelayan yang duduk di mobil mengelus dadanya karena mobil sudah melaju normal.

" Siapa orang-orang tadi Pak?" Ucap pelayan yang duduk di sebelah Kevin.

Pelayan yang duduk di belakang Kevin menimpali pertanyaan temannya sambil membuat hipotesisnya sendiri.

" Mungkin musuhnya nona Zira." Ucap Pelayan itu. Kevin tidak bisa menyimpulkan apakah dua orang itu musuh Zira atau teman. Yang terpenting menurutnya menghilang seperti ucapan Zira.

Mobil telah sampai di rumah besar itu. Yaitu kediaman Zira. Pelayan turun dari mobil dengan membawa beberapa barang Zira. Kevin ikut masuk ke dalam. Di dalam dia tidak melihat keberadaan Zira. Dia duduk di ruang tamu. Seorang pelayan menghampirinya dan menawarkan minuman kepadanya.

" Mau minum apa Pak?" Ucap Pelayan ramah.

" Minuman dingin saja. Nona Zira kemana?" Ucap Kevin sambil melihat sekeliling ruangan.

" Nona Zira lagi berbaring di kamarnya, katanya pusing." Ucap pelayan tadi menjelaskan. Kevin menganggukkan kepalanya mengerti kalau orang hamil muda akan seiring mengalami namanya pusing.

" Apa mau saya panggilkan?" Ucap Pelayan tadi.

" Tidak usah. Saya tunggu saja di sini." Ucap Kevin cepat. Pelayan tadi meninggalkan Kevin yang sedang duduk santai.

Ziko sudah bisa membuka matanya secara perlahan. Nyonya Amel merasa senang dapat melihat anaknya kembali.

" Mama?" Ucap Ziko sambil duduk dari posisi berbaringnya. Ziko melihat tangannya ada jarum infus.

" Berbaringlah." Ucap Nyonya Amel sambil memegang bahu anaknya agar kembali berbaring. Ziko kembali berbaring. Nyonya Amel menyuapkan makanan ke mulut Ziko. Nyonya Amel belum mau menyinggung tentang permasalahan anaknya. Dia mau anaknya pulih terlebih dahulu.

" Kapan mama datang." Ucap Ziko sambil mengunyah makanannya.

" Sudah beberapa jam mama datang." Ucap Nyonya Amel sambil menyuapi anaknya lagi.

Ziko berpikir secepat itu orang tuanya datang. Menurutnya apakah semua karena kebetulan atau karena ada aduan dari orang dalam tentang kondisi dia.

" Mama aku mau bercerai dengan Zira." Ucap Ziko pelan. Nyonya Amel meletakkan sendok di atas piring. Dia tidak mau membicarakan hal ini tapi anaknya sudah mengutarakan niatnya. Jadi mau tidak mau Nyonya Amel ikut ambil bicara.

" Iko, apakah kamu yakin dengan keputusan mu." Ziko menganggukkan kepalanya yakin.

" Iko apa kamu mengambil keputusan ini dengan keputusan matang." Ucap Nyonya Amel pelan. Ziko sudah bisa menyimpulkan kalo mamanya sudah mengetahui tentang rencana mau bercerai. Karena dari ekspresi mamanya tidak ada rasa kaget sama sekali. Dan dia sudah menduga ada yang memberitahukan hal ini kepada orang tuanya.

" Dari mana mama tau tentang rencana perceraianku." Ucap Ziko penasaran.

" Tidak perlu kamu tahu, dari mana mama dapat informasi ini. Cuma mama hanya mau kamu mempertimbangkannya." Ucap Nyonya Amel dengan intonasi yang rendah.

" Mama aku sudah mempertimbangkan, papa dan mama tidak bisa menghalanginya niatku." Ucap Ziko dengan intonasi tinggi. Ingin rasanya Nyonya Amel ikut marah tapi dia masih sadar dengan kondisi anaknya.

" Terserah kalo kamu mau bercerai. Tapi satu yang mama minta. Buktikan sama mama kalo di antara kalian siapa yang mandul." Ucap Nyonya Amel tegas.

" Baik aku akan buktikan ucap Ziko yakin." Nyonya Amel tidak bisa mengerti dengan jalan pikiran anaknya, sebelum kepulangannya ke tanah air, Ziko stres tapi sekarang anaknya seperti tidak mengalami stres. Dan Nyonya Amel curiga apakah ini hanya akal-akalan Ziko agar dirinya dapat dukungan dari orang tuanya. Karena kalo dia stres pasti orang tuanya akan menolak rencana cerainya.

Bagaimanapun Nyonya Amel tidak akan pernah setuju dengan rencana anaknya. Dia hanya mengalah untuk beberapa saat karena kondisi anaknya. Tidak beberapa lama pintu kamar di ketuk.

" Masuk." Ucap Nyonya Amel.

Ada Pak Budi berada di depan pintu sambil memegang handel pintu.

" Maaf Nyonya ada Karyo dan Samin di luar. Mereka mau bertemu dengan Nyonya." Ucap Pak Budi.

" Mama keluar dulu ya." Ucap Nyonya Amel sambil beranjak dari kasur.

" Ma, apa ini sudah boleh aku lepas." Ucap Ziko menunjuk jarum infus yang ada ditangannya.

" Tunggu Dokter Diki." Ucap Nyonya Amel. Pak Budi menutup pintu kamar dan mengikuti majikannya dari belakang.

" Pak." Ucap Nyonya Amel sambil membalikkan badannya ke arah Pak Budi.

" Jaga Ziko, saya enggak mau dia mencabut jarum infus itu lagi." Pak Budi menganggukkan kepalanya dan kembali ke kamar Ziko.

Di ruang tamu ada dua orang yang sedang berdiri menunggu Nyonya Amel. Mereka sedang berbicara panjang lebar dengan tuan besar.

" Ada apa?" Tanya Nyonya Amel.

Dua orang yang mengintai apartemen Zira bernama Karyo dan Samin. Mereka di tugaskan Nyonya Amel untuk mengawasi apartemen. Dan salah satu dari mereka yang bernama Karyo menceritakan tentang kecurigaan mereka pada satu mobil.

" Bagaimana kamu bisa curiga kalo mobil itu orang suruhan Zira." Ucap Nyonya Amel penasaran.

Yang bernama Samin menceritakan tentang beberapa orang yang mengenakan pakaian pelayan masuk ke dalam mobil sambil membawa beberapa barang. Dia juga yang turun dari mobil untuk menghampiri mobil yang di curigainya.

" Bisa jadi itu orang suruhan Zira." Ucap tuan besar ikut ambil bicara dalam permasalahan itu.

Nyonya Amel merasa ada yang janggal tentang semuanya.

" Tapi menurut mama, kalo memang Zira kenapa dia menyuruh pelayan untuk mengambil semua barangnya. Bukannya dia hanya tinggal di apartemen." Ucap Nyonya Amel penasaran.

Tuan besar mengangkat kedua bahunya memberikan isyarat kalau dia juga tidak bisa menyimpulkan apapun.

" Apa kalian ada mencatat nomor platnya?" Ucap Nyonya Amel.

Pria yang bernama Samin menyerahkan ponselnya dan menunjukkan sebuah foto, di dalam foto itu ada sebuah nomor plat di situ.

" Pa coba lihat?" Ucap Nyonya Amel menunjukkan ponsel Samin.

Tuan besar mencoba mengingat dan memahami nomor plat tersebut. Nomor itu hanya mempunyai satu angka. Dan biasanya yang mempunyai nomor plat satu angka adalah orang-orang dari kalangan atas. Karena mereka memesan nomornya sendiri. Plat itu bertuliskan MH 3 SA.

" Like komen dan vote yang banyak ya terimakasih."