Chapter 187 episode 187

Zelin kembali ke bawah menuju ruang keluarga. Dia masih mau mendengarkan cerita kakaknya.

" Ko, apa kamu yakin kalo Zira mandul?" Ucap dokter Diki.

" Pastilah dia mandul, sampai kemarin malam dia belum menunjukkan ada tanda-tanda kalo dia hamil." Ucap Ziko penuh emosi.

Dokter Diki memikirkan bagaimana cara untuk menyampaikan sesuatu yang tidak menyinggung perasaan temannya.

" Ko, kalo lah tuduhan yang kamu berikan kepadanya adalah benar maka pilihan cerai adalah putusan yang tepat. Tapi." Ucap Dokter Diki melirik temannya. Melihat apakah Ziko tertarik mendengar pendapatannya atau tidak.

" Tapi apa?" Ucap Ziko penasaran.

Menurutnya Ziko tertarik untuk mendengar pendapatannya. Dokter Diki menghembuskan nafasnya perlahan sebelum melanjutkan ucapannya, agar penyampaian tidak membuat ziko tersinggung.

" Kalo ternyata Zira tidak mandul bagaimana? Apa kamu tidak menyesal nantinya?" Ucap Dokter Diki lagi.

" Mana mungkin dia tidak mandul ini sudah satu tahun." Ucap Ziko sedikit emosi.

Zelin yang mendengar ucapan kakaknya merasa geram. Ingin sekali dia memaki kakaknya karena telah menghina wanita.

" Ko, kamu tidak bisa bilang kalo dia mandul sebelum melakukan pengecekan terlebih dahulu. Ada yang baru hamil lebih dari satu tahun, apakah itu juga bisa di bilang mandul?" Ucap Dokter Diki menjelaskan.

Ziko terdiam, ucapan temannya benar. Tapi dia masih ego untuk mengakui kesalahannya.

" Ko, bagaimana kalo ternyata sekarang Zira sedang hamil?" Ucapan Dokter Diki membuat dirinya tersentak.

" Apa yang kamu lakukan, kalo dia ternyata benar-benar hamil." Ziko tambah frustasi mendengar semuanya.

" Cukup jangan kamu membuat praduga seperti itu." Teriak Ziko emosi.

Dokter Diki tidak melanjutkan lagi ucapannya. Menurutnya sudah cukup pendapat yang di utarakannya.

" Pertimbangkan ucapan ku." Ucap Dokter Diki sambil beranjak pergi keluar.

Ziko terdiam sambil merenungkan semua ucapan temannya. Dia memilih kembali ke kamarnya untuk merenungkan semuanya. Di dalam kamar dia merasa frustasi karena kenangan dirinya dengan Zira kembali berputar seperti video. Dia menurunkan semua pakaian yang ada di dalam lemari Zira. Sambil teriak histeris. Zelin yang mendengarkan dari balik pintu merasa bingung harus melakukan apa. Tiba-tiba suara ponselnya berbunyi, dia langsung berlari takut kedengaran Ziko.

Dari layar ponselnya ada nomor luar negeri.

" Ya mama." Ucap Zelin cepat. Dia bisa menebak kalo yang menghubunginya adalah mamanya.

" Kenapa sayang?" Ucap Nyonya Amel dari ujung telepon.

" Ma kak Ziko dan kakak ipar mau bercerai." Ucap Zelin.

" Apa?" Nyonya Amel teriak dari ujung ponselnya.

Zelin menceritakan semua yang di dengarnya. Sampai kata mandul juga di ucapkannya. Nyonya Amel yang berada di Belanda merasa emosinya sudah memuncak. Dan tidak terkendali lagi. Panggilan berakhir ketika semua sudah diceritakan Zelin.

Di Belanda.

Nyonya Amel menghampiri suaminya yang sedang duduk di ruang keluarga.

" Pa sepertinya kita harus kembali ke tanah air sekarang juga." Ucap Nyonya Amel cepat.

" Kenapa mendadak?" Ucap Tuan besar.

Nyonya Amel menceritakan semua kepada suaminya. Tuan Raharsya yang mendengar juga ikutan emosi. Dia merasa anaknya sangat bodoh dalam bertindak.

" Baiklah kita pulang sekarang." Ucap Tuan besar sambil menghubungi seseorang. Tuan besar sedang menghubungi seorang pilot yang akan menerbangkan pesawat jetnya. Setelah mengutarakan niatnya kepada sang pilot, tuan besar menutup panggilannya.

" Bersiap-siaplah." Ucap Tuan besar kepada Istrinya.

Nyonya Amel pergi meninggalkan suaminya. Mempersiapkan semua keperluannya untuk di bawa pulang.

Karena masalah yang di timbulkan anaknya mereka berdua selaku orang tua akan turun tangan untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Zira mengemasi pakaiannya ke dalam koper. Walaupun dia masih ingin berada lama di dekat temannya, tapi dia harus kembali ke kotanya untuk menyelesaikan urusannya di sana. Urusan perceraiannya itu yang utama. Dia sudah ingin lepas dari orang yang sangat di cintanya.

Zira mengelus perutnya sambil bergumam.

" Anakku jadilah anak yang kuat, walaupun tidak ada ayahmu di sisi kita. Ibu akan tetap selalu menjagamu." Mengelus perutnya.

Zira membayangkan dirinya hamil besar dan tidak ada suaminya di sisinya. Bayangan itu membuatnya meneteskan air mata. Pintu kamar di ketuk dari luar. Zira menghapus air mata.

" Apa ada yang bisa aku bantu?" Ucap Novi sambil duduk di pinggir kasur bersebelahan dengan temannya.

Zira menggelengkan kepalanya.

" Kamu kenapa?" Ucap Novi menatap wajah temannya. Wajah Zira terlihat sendu.

" Ayolah Zira jangan bersikap seperti ini. Aku tau ini memang menyakitkan buatmu, tapi aku yakin kamu bisa melewati ini semua. Mana Zira yang aku kenal dulu. Wanita yang kuat, Wanita yang pantang menyerah. Aku ingin Zira yang dulu." Ucap Novi sambil memegang kedua bahu temannya.

Zira menatap temannya lekat.

" Apakah aku bisa kembali seperti Zira yang dulu?" Ucap Zira ragu.

Zira tidak yakin dengan dirinya. Rasa cintanya kepada Ziko membuatnya menjadi lemah.

" Aku yakin kamu bisa kembali seperti dulu lagi. Ingat ada malaikat kecil dalam perutmu. Itulah yang akan membuatmu menjadi wonder woman." Ucap Novi memberi semangat.

Zira menganggukkan kepalanya. Malaikat kecil yang ada di dalam perutnya harus menjadi sumber kekuatan baginya.

" Aku merasa kasihan dengan asisten Kevin. Dia harus terlibat dalam masalahku."

" Ra, dia bukan berperan sebagai suami kamu seutuhnya, dia hanya akan mengantarkan mu untuk kontrol atau memenuhi kebutuhan mu." Ucap Novi menjelaskan.

" Owh berarti dia seperti bodyguard ku ya?" Ucap Zira lagi. Novi menganggukkan kepalanya.

" Kenapa kamu tidak menyebutkan dirinya sebagai bodyguard saja, kenapa harus memberikan julukan kepadanya suami kw?" Gerutu Zira.

" Biar keren aja." Ucap Novi sambil tertawa. Zira tertawa kecil bersama temannya melupakan sejenak masalahnya. Tapi tidak tau pada saat dia sendirian.

" Tidurlah, istirahatkan tubuhmu dan pikiranmu. Jangan pernah memikirkan yang telah lalu tapi jadikan masa lalu sebagai pelajaran buat mu. Tatap lah yang ada di depanmu." Ucap Novi sambil memegang perut temannya.

Novi meninggalkan temannya di kamar untuk beristirahat. Ada Kevin yang baru keluar dari kamarnya.

" Malam asisten Kevin." Ucap Novi sambil berjalan meninggalkan pria tersebut. Tapi Novi menghentikan langkahnya karena ada suara pria tersebut.

" Tunggu." Ucap asisten Kevin.

Novi membalikkan badannya melihat kearah yang punya suara.

" Ya ada apa?"

" Apa nona Zira sudah tidur?"

Novi menganggukkan kepalanya.

" Bisa kita bicara sebentar?" Ucap Kevin lagi.

Novi menganggukkan kepalanya membawa pria tersebut ke dapur.

" Ya ada apa?" Ucap Novi sambil menarik kursi.

" Bagaimana kalo saya bertemu dengan tuan muda? Apa yang harus saya ucapkan kepadanya?" Sedikit was-was.

" Begini saja, kalo bisa kamu menghindarinya."

" Tapi bagaimana kalo pertemuan itu tidak bisa di hindari apa aku harus berakting tetap sebagai suami kw?" Kevin takut peran dia akan terbongkar karena dia memang tidak pintar berakting.

" Hemmm, sepertinya seperti itu. Sudahlah tidak usah kamu pikirkan terlalu dalam nanti kamu stres, biarkan itu mengalir sendiri seperti air. Aku yakin kamu bisa memerankannya dengan baik." Novi langsung pergi meninggalkan pria tersebut.

Kevin yang masih berada di dapur masih agak khawatir dengan semuanya. Dia sudah bisa membayangkan kemarahan yang akan di berikan Ziko kepadanya. Dia juga bisa membayangkan bencinya Keluarga Raharsya kepadanya.

" Like komen dan vote yang banyak ya terimakasih."