Chapter 176 episode 176

Zira sampai di depan pintu ruangan Ibu panti. Zira mengetuk pintu tapi tidak ada sahutan dari dalam. Dia mencari ke ruangan lain tempat biasa Ibu panti beristirahat. Zira mengetuk ruangan itu secara perlahan, handle pintu bergerak ke bawah, ada seseorang yang menggerakkannya dari dalam. Dan Ibu panti yang membuka pintu itu.

" Zira." Ucap Ibu panti sambil memeluk.

Zira membalas pelukan Ibu panti tersebut dan menyalami wanita itu.

Ibu panti membawa Zira ke dalam tempat istirahatnya.

" Masuklah." Ucap Ibu Panti mengajak Zira masuk.

Zira dan Ibu panti duduk di kursi yang berada di dalam ruangan itu.

" Ceritakan pada Ibu, bagaimana pernikahan kamu?" Sambil memegang kedua tangan Zira.

" Baik ibu, semuanya baik, ibu apa kabar?" sambil mengecup punggung tangan wanita yang ada di depannya.

" Ibu baik sayang."

Mereka melepaskan rindu sambil bertanya tentang semuanya. Baik tentang perkembangan anak-anak panti maupun tentang semua hal yang berhubungan dengan panti.

" Apa kamu sudah hamil?" Ucap Ibu Panti pelan.

Zira menggelengkan kepalanya.

" Belum Bu, aku belum hamil." Ucap Zira pelan sambil tertunduk.

" Apa kamu menunda kehamilan atau kalian berdua memang ingin menundanya." Ucap Ibu panti lagi sambil memandang lekat gadis cantik di depannya.

" Enggak Bu, saya dan suami tidak menundanya. Kami memang ingin mempunyai momongan secepatnya." Ucap Zira pelan sambil tertunduk.

" Bersabarlah pasti Tuhan akan memberikan kalian momongan. Kalo pun kalian belum mendapatkan momongan bukan karena sesuatu hal tapi mungkin Tuhan punya rencana lain. Tuhan mungkin sedang menguji kesiapan kalian berdua untuk memiliki momongan."

Ucapan Ibu panti seperti membuka jalan atas semuanya. Apa yang di ucapkan Ibu Panti benar adanya. Tuhan tidak akan memberikan mereka momongan kalo mereka belum siap.

Perasaan mereka yang utama, dan Zira yakin jika perasaan mereka telah mencintai satu sama lain, malaikat kecil itu akan hadir dalam kehidupan mereka.

" Doakan saya agar cepat di beri momongan ya Bu."

" Pasti ibu doakan, Ibu doakan yang terbaik buat keluarga kamu." Ucap Ibu panti mengecup dahi Zira.

Ziko duduk di kursi kebesarannya dan ada Koko yang sedang berdiri di depan. Koko sedang menyerahkan beberapa berkas yang harus di tanda tangani bosnya.

" Bos ini daftar yang telah membuat janji untuk bertemu dengan anda." Ucap Koko sambil menyerahkan selembar kertas.

Ziko membaca satu persatu.

" Sore ini ada janji bertemu dengan Bapak Deni dari perusahaan minyak." Ucap Koko menunjukkan daftarnya.

Ziko menganggukkan kepalanya, sambil menyerahkan kembali kertas itu kepada sekertarisnya. Koko sudah memegang kertas itu tapi di tarik lagi sama bosnya. Ziko kembali membaca satu nama yaitu Vita.

" Ini Vita siapa?" Ucap Ziko menunjuk ke atas kertas yang ada nama Vita.

" Oh iya, kemaren siang ada yang datang mencari bos, namanya Vita, dia dari Belanda ada nomor ponsel di situ." Ucap Koko sambil menunjuk kertas yang ada di meja bosnya.

Ziko melambaikan tangannya mengusir Koko dari ruangannya. Koko langsung bergerak keluar meninggalkan ruangan tersebut. Ziko membaca nama Vita di situ.

" Apa benar ini Vita teman kecilku atau Vita yang lain." Gumam Ziko sambil mengambil ponselnya dan menekan nomor yang tertera di kertas tersebut.

Panggilan terhubung ada suara seorang dari ujung sana.

" Halo." Ucap Vita pelan.

" Ya Halo." Ucap Ziko ragu. Dia tidak mengenal suara yang ada di ujung sana.

" Ziko." Ucap Vita cepat. Vita masih ingat dengan suara yang ada di ujung sana.

" Ya." Ucap Ziko pelan mencoba mengingat suara tersebut.

" Ini aku Vita, teman kamu kecil. Aku baru beberapa hari sampai ketanah air." Ucap Vita antusias.

Ziko pun merasa antusias mendengar temannya telah kembali ke tanah air.

" Kamu ada waktu?" Ucap Vita cepat.

" Ada."

" Baiklah sampai ketemu di cafe dekat kantor kamu." Ucap Vita cepat sambil menutup panggilan.

Ziko bersiap-siap hendak pergi ke cafe. Dia semangat untuk bertemu dengan Vita. Ziko sudah keluar dari ruangan, tapi Kevin memanggilnya.

" Tuan, tunggu?" Teriak Kevin sambil berlari mengejar bosnya.

" Ada apa." Ucap Ziko cepat sambil berjalan terburu-buru menuju lift.

" Saya mau merekomendasikan beberapa restoran untuk dinner nanti." Ucap Kevin sambil menunjuk beberapa kertas yang ada di tangannya.

" Kamu atur saja, aku ada keperluan." Ucap Ziko sudah menekan tombol lift.

" Apa tuan akan pergi sendirian?" Ucap Kevin penasaran.

Biasanya bosnya selalu mengajaknya jika akan berpergian keluar. Tapi siang ini dia merasa ada yang beda dengan bosnya.

" Iya aku hanya pergi ke cafe seberang kantor." Ucap Ziko cepat sambil masuk ke dalam lift. Lift sudah turun ke loby. Ziko langsung menyebrang menuju cafe. Kevin merasa curiga dengan sikap bosnya. Kevin mencari informasi melalui Koko.

" Kemana tuan muda pergi?" Ucap Kevin sambil berdiri di depan meja Koko.

" Enggak tau Pak, tadi saya hanya memberikan daftar nama yang akan membuat janji dengan beliau."

" Mana daftar itu." Ucap Kevin penasaran.

Koko telah mengcopy daftar itu, satu untuknya dan satu lagi untuk bosnya. Koko menyerahkan daftar nama itu kepada asisten Kevin. Kevin membaca satu persatu daftar nama itu. Hampir semua dia kenal dengan nama yang ada di kertas itu. Tapi ada satu nama yang dia merasa asing tapi pernah di dengarnya yaitu nama Vita.

" Siapa ini?" Ucap Kevin menunjukkan kertas yang di pegangnya kepada Koko. Koko membacanya.

" Vita." Ucap koko cepat.

" Vita siapa?" Ucap Kevin penasaran.

" Aduh Pak, enggak kamu enggak bos, semua bertanya tentang nama perempuan itu. Memangnya kenapa dengan nama Vita." Ucap Koko cepat ketus. Dia. heran dengan dua orang pria yang penasaran dengan namanya wanita itu.

Kevin tidak bertanya lagi dia langsung paham, kenapa bosnya bisa langsung cepat pergi tanpa harus ada pengawalan darinya. Kevin kembali ke ruangannya. Di pikirannya pasti rencana dinner ini akan gagal karena hadirnya Vita.

Ziko sudah duduk di pojok sambil menunggu Vita. Tidak berapa lama Vita datang, dia melebarkan pandangannya sekeliling cafe. Dari pojok ada lambaian tangan. Vita tersenyum dan berjalan mendekati meja tersebut.

Ziko berdiri ketika temannya sudah sampai di dekat meja. Ziko melebarkan tangannya ingin memeluk Vita. Tapi Vita mundur teratur. Ziko merasa ada yang aneh dengan temannya. Masih teringat di dalam benaknya pada saat di Belanda, Vita menyambut pelukan hangat dari dirinya tapi sekarang tidak, Vita malah mundur teratur beberapa langkah.

" Maaf Ziko kamu sudah beristri tidak seharusnya kamu melakukan itu kepadaku." Ucap Vita pelan.

Ziko hanya tersenyum kikuk. Di pikirannya bagaimana bisa dia bisa lupa akan statusnya ketika bertemu dengan temannya.

" Silahkan duduk." Sambil menarik kursi untuk Vita.

Vita menganggukkan kepalanya dan duduk dengan anggun di atas kursi yang sudah di tarik Ziko. Ziko memanggil pelayan, mereka memesan makan sederhana.

" Sudah berapa lama kamu di sini?" Ucap Ziko penasaran.

Vita menceritakan semuanya dari awal dia datang dan tujuan dia datang. Ziko sangat antusias mendengar semuanya.

" Kamu tau, aku awalnya enggak percaya kalo tulisanku akan di cetak, ini seperti mimpi, apalagi di cetak di tanah kelahiranku semuanya seperti kebetulan saja." Ucap Vita antusias.

Vita mengambil sesuatu dari dalam tasnya. Dan meletakkan di meja.

" Apa ini?" Sambil mengambil sesuatu yang di letakkan Vita di atas meja.

" Itu adalah undangan launching buku terbaru aku, kamu harus datang jangan lupa ajak istri kamu." Ucap Vita antusias membayangkan acara launching bukunya berjalan lancar.

" Like komen dan vote yang banyak ya terimakasih."