Chapter 161 episode 161

Setelah makan selesai Zira mengajari cara berjalan terlebih dahulu. Koko mempraktekkan cara berjalannya yang masih ada kesan kemayunya. Zira membetulkannya lagi.

" Kamu itu kalo berjalan bahu jangan di bungkuk kan, bahu harus tegak dan dada harus di busungkan." Ucap Zira cepat sambil memperagakan cara berjalan seorang pria.

" Idih nona kenapa sih anda juga harus membusungkan dada, kan dada anda sudah busung." Ucap Koko cekikkan.

Zira melihat ke arah dadanya sambil menutupi dengan tangannya.

" Coba kamu praktekan sendiri." Perintah Zira cepat.

Koko memperagakan cara berjalan yang di praktekan Zira kepadanya. Dia mengalami kesulitan dengan cara berjalannya. Zira kesal karena sudah berulang kali tapi Koko belum juga bisa mempraktekkannya. Dada dan bahunya sudah mulai terlihat normal tapi jari jemarinya Koko yang membuat matanya Zira sakit. Zira mempunyai ide karena waktu terus berjalan dan tidak mungkin mereka hanya berlatih cara berjalan sedangkan masih banyak lagi yang harus di perbaiki.

" Begini saja aku risih dengan jari jemarimu, masukan saja tanganmu ke dalam saku celana. Dengan seperti itu kamu bisa seperti pria seutuhnya.

Koko mempraktekkan cara berjalan dengan memasukkan tangannya ke dalam saku celana. Dia berjalan mondar-mandir di dalam pantry.

" Nona, aku risih seperti ini, kenapa enggak pakai sarung tangan aja." Ucap Koko cepat.

" Sarung tangan apaan? apa kamu mau pakai sarung tangan tukang ojek." Ucap Zira cepat.

" Iya enggak apa-apa kan gak keliatan jari jemariku kalo pakai sarung tangan." Ucap Koko yakin.

" Kenapa enggak sekalian aja pakai helm dan bawa tamu itu berkeliling kantor. Nanti bilang sama tamunya beri bintang lima ya." Gerutu Zira cepat.

" Hehe nona bisa aja deh, jadi aku harus bagaimana?" Ucapnya stres.

" Seperti yang aku bilang tadi masukkan tanganmu ke saku celana, apa kamu mau waktumu habis hanya dengan cara berjalan saja." Ucap Zira tegas.

Koko menyetujui ide Zira, walaupun risih tapi dia tetap melakukannya. Dan cara berjalannya sudah mendekati sempurna. Zira mengajari tahap selanjutnya yaitu tahap berbicara. Koko kalo bicara selalu agak mentel dan kesan mentel itu harus di tinggalkan. Koko mempraktekkan cara dia berbicara.

" Aku tidak mau kamu menyebut kata ah, idih aduh atau kata-kata lainnya. Karena kata itu tidak pernah di ucapkan oleh seorang pria." Ucap Zira tegas.

Koko mempraktekkan cara berbicara yang tegas.

" Ngapain kamu disini sih." Ucap Koko mempraktekkan latihan bicaranya.

Zira menggerak-gerakkan jari telunjuknya ke kanan dan ke kiri. Itu adalah tanda kalo apa yang di ucapkan Koko salah.

" Jangan ada embel-embel di belakangnya." Ucap Zira tegas.

Koko mengulanginya lagi dengan tidak menyebutkan kata sih di akhir kalimatnya. Dia berbicara sambil memasukkan tangannya ke saku dan berbicara layaknya seorang pria. Koko melakukannya secara berulang-ulang. Semua kalimat di ucapkannya dengan caranya sendiri.

Zira bertepuk tangan karena proses mengajar kilatnya telah selesai, belum sempurna tapi masih bisa di terima. Akan sempurna jika Koko tidak meletakkan tangannya terus di saku dan akan jauh lebih sempurna kalo dia mendapatkan seorang kekasih lawan jenis. Dan Zira akan mengajarinya satu persatu secara bertahap.

Ziko dan Kevin mengikuti beberapa tahapan umum yang di selenggarakan oleh perusahaan A. Tahap selanjutnya adalah tahap pengajuan proposal dan tahap persentasi proposal. Perusahaan yang menyelenggarakan lelang atau tender akan memilih satu perusahan untuk mempresentasikan proposal yang di ajukan. Dari sekian banyak perusahaan yang mengajukan proposal perusahaan Raharsya group ikut terpilih untuk mempresentasikan proposalnya. Masing-masing perusahaan atau vendor di beri kesempatan untuk melakukan persentasi proposalnya. Dan untuk perusahaan Raharsya group, Ziko yang mempresentasikan proposalnya.

Ziko mempersentasikan proposalnya di atas fodium. Kevin duduk memperhatikan Ziko yang sedang mempresentasikan proposal. Dia melihat dan mendengar dengan seksama. Suara ponsel Kevin bergetar, dia mengangkat ponselnya dan keluar dari ruangan itu. Ada panggilan masuk dengan nomor asing. Kevin menjawab dengan perlahan dan menganggukkan kepalanya sambil mengatakan ok ok.

Kevin mendapatkan panggilan dari asisten tuan Arata. Asistennya berkata kalo mereka akan tiba satu jam lagi. Dan mereka akan langsung ke gedung Raharsya group. Kevin kembali ke dalam ruangan dan bergabung dengan para vendor lainnya. Tepuk tangan dari masing-masing vendor atau perusahaan di berikan kepada Ziko karena telah selesai mempresentasikan proposalnya. Ziko bergabung duduk di sebelah Kevin.

" Tuan, ada berita kalo tuan Arata akan tiba dalam satu jam lagi." Ucap Kevin berbisik.

Ziko sedang memikirkan sesuatu. Di dalam pikirannya tidak mungkin dia pergi dari ruangan itu, karena dia masih harus menunggu pengumuman hasil persentasi.

" Perintahkan sekertaris kemayu itu untuk menyambut tuan Arata. Jangan lupa bilang ke dia jaga sikap."

Kevin menganggukkan kepalanya dan pergi meninggalkan ruangan itu untuk menghubungi Koko. Panggilan terhubung dan Koko langsung menjawab, ada Zira di sampingnya yang ikut mendengarkan.

" Sebentar lagi tuan Arata akan tiba beliau dari Jepang, kamu sambut beliau dan jaga sikapmu sejam lagi kami akan selesai." Ucap Kevin mengakhiri panggilannya.

Koko terlihat panik, dia bingung harus melakukan apa. Dan Zira memperhatikan kepanikannya.

" Siapa yang telepon?" Ucap Zira penasaran.

" Asisten Kevin, dia bilang tuan Arata akan tiba dan dia dari Jepang. Aku harus menyambutnya." Ucap Koko panik sambil menggigiti kukunya.

Zira langsung menepuk tangan Koko.

" Begini cara seorang pria panik." Ucap Zira menepuk tangan Koko.

" Aku harus bagaimana nona?" Ucapnya panik.

" Kamu kan sudah aku ajarkan caranya sekaranglah prakteknya." Ucap Zira meyakinkannya.

" Tapi aku ragu dengan diriku." Ucap Koko ragu sambil mondar-mandir di dalam pantry.

Zira harus memberi semangat dan mencari cara agar Koko yakin dengan dirinya sendiri.

" Apa pada saat kamu melamar kerja disini kamu percaya bakal di terima?" Ucap Zira penasaran.

Koko menggelengkan kepalanya, memang dia tidak pernah berpikir apalagi membayangkan akan bisa berkerja di dalam gedung megah itu.

" Apa yang membuat kamu berani mengajukan lamaran ke perusahaan ini?" Zira menatap Koko serius.

" Enggak tau, aku hanya iseng saja." Ucapnya bingung.

" Apa kamu pernah berpikir mengapa aku memilihmu untuk di terima jadi sekertaris suamiku." Ucap Zira mengajukan pertanyaan balik ke Koko.

" Ya karena sekretaris yang dulu cewek dan anda cemburu makanya cari sekertaris cowok." Ucap Koko cepat.

" Iya betul apa lagi?" Koko menggelengkan kepalanya karena dia tidak tau kenapa Zira memilihnya.

" Karena kamu punya ini, di bandingkan saingan yang lain, kamu lebih unggul dari mereka walaupun kamu kemayu tapi aku akui kamu pintar." Ucap Zira sambil menunjuk kepala Koko.

Koko seperti mendapatkan semangatnya kembali. Perkataan Zira membalikkan semangatnya yang telah hilang.

" Buktikan kepada suamiku kalo kamu bisa, bisa menyelesaikan semuanya, bisa menjadi pria seutuhnya dan bisa mendapatkan seorang kekasih." Ucap Zira menepuk bahu Koko.

" Like komen dan vote yang banyak ya terimakasih."