Chapter 153 episode 153

Pagi hari di gedung Rahasrya, sudah ramai dengan wajah-wajah baru. Mereka adalah para pelamar kerja yang telah lulus dan masuk ke tahap selanjutnya yaitu tahap interview atau wawancara. Dari sekian ratusan orang yang melamar hanya 15 orang memenuhi standar kualitas. Mereka telah memberikan yang tebaik pada test sebelumnya, dan hari ini adalah penentunya.

Kevin sudah mengendarai mobil seperti biasanya. Dia tidak mengantar Zira ke butik tapi langsung membawanya ke gedung Raharsya group.

" Kenapa aku tidak di antar ke butik?" Zira melihat jalanan yang panjang, jalan itu tidak menuju ke arah butik.

" Hari ini kamu harus membantu aku di kantor." Ziko melemparkan senyuman sambil menyisir rambut Zira dengan jari-jarinya.

Zira melihat jalanan yang sangat padat. Lalu lintas hari ini sangat padat, banyak pengendara mengendarai kendaraannya untuk sekedar berangkat ke kantor atau untuk mengantar anak-anaknya ke sekolah.

Mobil telah sampai di depan gedung Raharsya group. Zira dan Ziko turun dari mobil ketika pintu mobil di buka oleh Kevin. Di depan meja resepsionis sudah tidak terlihat lagi wajah-wajah para pelamar kerja, mereka sudah menunggu di depan ruang interview.

Ziko dan Zira sudah sampai di lantai tempat ruangan Ziko berada. Zira memperhatikan meja resepsionis yang masih kosong belum ada penggantinya. Ziko duduk di kursi kebesarannya dan Zira masih berdiri terpaku di depan Ziko.

" Kamu kenapa? Apa kamu mau duduk di pangkuanku?" Ziko tersenyum memperhatikan Zira yang masih menatapnya bingung.

" Suamiku aku harus melakukan apa? Apa kamu mau aku menjadi sekertaris mu?" Ucap Zira penasaran, dia selalu melihat ke arah pintu. Dan Ziko memperhatikannya.

" Kenapa kamu terus melihat ke arah pintu." Zira tidak melihat ke arah pintu lagi setelah Ziko menegurnya.

Tidak beberapa lama Kevin datang dan membisikkan sesuatu ke telinga Ziko. Ziko terlihat menganggukkan kepalanya. Ziko beranjak dari kursinya, dia menggandeng tangan Zira yang masih berdiri di depan meja.

" Kita mau kemana?" Ziko menarik tangan Zira menuju lift di ikuti Kevin dari belakang. Dia masih tetap menggandeng tangan Zira. Mereka bertiga keluar dari lift menyusuri beberapa ruangan menuju satu ruangan, yang Zira sendiri tidak mengerti ruangan apa itu. Sebelum sampai ke dalam ruangan itu, dia memperhatikan beberapa orang sedang duduk di kursi sambil memegang amplop atau map di dada mereka.

" Suamiku kita mau ngapain di ruangan ini dan siapa mereka semua." Ucap Zira sambil berbisik. Dia menunjuk ke arah perempuan dan beberapa orang yang sedang duduk di dalam ruangan itu.

Beberapa orang yang duduk di ruangan itu menyodorkan tangannya ke arah Zira. Mereka menyapa Zira dan memperkenalkan dirinya masing-masing dan posisi mereka di gedung itu.

" Nona anda akan membantu kami memilih calon sekertaris Tuan muda." Ucap Kevin pelan. Zira membelalakkan matanya tidak percaya mendengar ucapan Kevin.

" Aku." Ucap Zira sambil menunjuk dirinya sendiri.

Ziko dan Kevin menganggukkan kepalanya serentak.

" Hahaha jangan bercanda dong, aku tidak pernah melakukan hal ini sebelumnya." Ucap Zira sambil tertawa kecil.

" Ikuti saja mereka dan ingat jangan pilih yang ganteng pilih yang paling jelek." Ucap Ziko berbisik ke telinganya.

" Kalo ganteng bagaimana suamiku." Ucap Zira penasaran.

" Kalo kamu pilih yang ganteng akan langsung aku pecat hari ini juga, dan kamu yang akan menjadi sekertaris ku." Ucap Ziko tertawa licik.

" Hahaha jangan bercanda sayang." Ucap Zira sambil tertawa di buat-buat.

" Siapa yang bercanda, aku lebih menginginkan kamu menjadi sekertarisku, kita bisa menghabiskan waktu berdua saja di dalam ruangan khusus." Ucap Ziko tersenyum licik. Zira sudah membayangkan yang enggak-enggak mendengar ruangan khusus.

" Suami ku tenang saja, aku akan pilih sekertaris yang paling jelek untukmu." Ucap Zira yakin. Ziko keluar dari ruangannya bersama dengan Kevin. Zira duduk dengan beberapa orang yang ada di sampingnya di depan meja. Mereka terlihat sangat ramah dan sopan.

Seseorang memasuki ruang itu, dia duduk di depan Zira dan yang lainnya. Beberapa orang yang di samping Zira sudah mengajukan beberapa pertanyaan. Dan dia hanya sebagai penonton saja, karena memang itu bukan bidangnya.

Semua yang berada di luar sudah mendapatkan giliran untuk di wawancarai. Mereka sudah meninggalkan gedung itu.

" Nona sekarang giliran anda sebagai penentunya." Ucap Bu Mery menyodorkan beberapa berkas hasil wawancara ke depan Zira. Kevin sudah memberitahu kepada semuanya yang berada di ruangan itu bahwa keputusan final ada di tangan Zira.

" Silahkan." Ucap Ibu Mery sopan. Zira sudah mengikuti hasil wawancara dari awal sampai akhir. Semua peserta sangat pintar dalam bidangnya, mereka bisa menjawab semua pertanyaan dengan caranya masing-masing. Zira melihat berkas yang ada di depannya, dia melihat foto mereka satu persatu. Dia masing ingat pesan Ziko untuk memilih yang paling jelek. Tapi semua peserta wawancara berpenampilan menarik dan wajah mereka juga sangat tampan. Zira menjadi bingung harus memilih siapa. Zira memperhatikan semua foto di depannya, sambil membuka video hasil wawancara tadi. Zira mengingat satu peserta yang menjadi unggulannya.

" Yang ini." Ucap Zira sambil menunjukkan foto pria itu.

" Apa anda yakin nona?" Ucap Bu Mery lagi untuk meyakinkan Zira.

" Iya saya yakin." Ucap Zira cepat sambil meyakinkan orang-orang yang berada di sampingnya.

Bu Mery dan yang lainnya menganggukkan kepalanya dan saling memandang satu dengan yang lainnya. Mereka setuju dengan keputusan Zira. Yang Zira pilih berwajah tampan seperti artis tapi dia mempunyai kelebihan yang berbeda dengan yang lainnya.

Semua yang berada di ruangan itu kembali ke ruangannya masing-masing dan Zira kembali ke ruangan Ziko. Zira menjatuhkan badannya di atas sofa. Pekerjaan mewawancarai pekerjaan yang sangat membosankan dan membutuhkan waktu yang sangat lama.

" Bagaimana hasil wawancaranya." Ucap Ziko melirik Zira dan kembali lagi menatap laptopnya.

" Hemmm pekerjaan yang membosankan." Ucap Zira cepat sambil menutup matanya karena capek.

" Bagaimana pilihan mu?" Ziko masih tetap serius memandang laptopnya.

" Hemmm."

" Apa kamu ingat dengan ucapanku?" Ucap Ziko untuk meyakinkan pilihan Zira.

" Iya ingat." Ucap Zira cepat sambil berbaring di sofa.

" Apa kelebihan dari calon sekertarisku." Ucap Ziko lagi sambil memutari meja kerjanya dan duduk di samping Zira.

Zira duduk dari posisi berbaring, dia semangat untuk bercerita tentang semua peserta wawancara.

" Kamu tau suamiku, semua peserta sangat ganteng dan tampan-tampan." Ucap Zira sambil membayangkan wawancara tadi.

Dia merasa cemburu mendengar Zira memuji semua peserta wawancara.

" Jadi siapa yang kamu pilih." Ucap Ziko penasaran.

" Kamu tau suamiku, aku bingung harus memilih siapa, secara mereka ganteng dan tampan belum lagi kepintaran mereka menjawab semua pertanyaan, sampai-sampai aku bingung harus memilih siapa, tapi aku ingat pesan kamu." Ucap Zira yakin.

" Apa pesanku." Ucap Ziko masih penasaran dengan pilihan Zira.

" Like komen dan vote yang banyak ya terimakasih."