Chapter 151 episode 151

" Apa temannya di rawat di lantai 4?" Ucap Ziko penasaran.

" Ko kan aku sudah bilang kalo lantai 4 hanya untuk pasien anak-anak yang mengalami penyakit serius." Ucap Dokter Diki sambil tersenyum tipis.

Masih ada yang janggal dalam benaknya Ziko. Dia merasa Zira menyembunyikan sesuatu. Ziko keluar dari dalam ruangan Dokter Diki. Dia langsung menghubungi Kevin.

" Kamu di mana?" Ucap Ziko cepat.

" Saya masih di lantai 4." Ucap Kevin cepat.

" Apa yang kamu lakukan di sana?" Ziko berjalan menuju lift dan langsung menekan lantai 4. Ziko langsung mematikan panggilannya setelah menginjakkan kakinya di lantai tersebut. Dia mencari Keberadaan Kevin, setelah berkeliling dia menemukan Kevin sedang berdiri di depan toilet cewek.

" Apa yang kamu lakukan di situ." Ucap Ziko cepat sambil melihat sekelilingnya.

" Saya menunggu nona Zira." Ucap Kevin cepat sambil menegakkan posisi badannya sebelumnya posisi badannya bersandar ke dinding.

" Sudah berapa lama kamu di sini?" Ucap Ziko cepat.

" Saya sudah setengah jam di sini. Saya mau masuk takut karena ini toilet cewek."

Ziko ingin masuk ke dalam toilet itu tapi di tahan sama Kevin.

" Tuan jangan masuk nanti di pikir orang tuan mau berbuat cabul." Ucap Kevin menjelaskan sambil menahan badan Ziko.

Ziko membatalkan niatnya untuk masuk ke toilet, mereka berdua masih menunggu di depan pintu toilet.

" Tuan apa anda sudah menghubungi nona Zira?" Kevin masih bersandar di dinding sambil mengangkat salah satu kakinya ke dinding.

" Sudah tapi enggak di jawab sama dia." Ziko merasa khawatir dia takut terjadi apa-apa dengan Zira.

" Vin, kamu kok tau kalo dia ke toilet?"

" Tadi nona Zira hanya memegang perutnya. jadi saya berasumsi kalo nona Zira mau ke toilet." Ucap Kevin cepat. Ziko langsung menepuk bahu Ziko.

" Belum tentu asumsimu benar bisa jadi dia pergi ke kantin karena lapar." Ucap Ziko sambil memukul lengan Kevin secara berulang. Kevin memegang lengannya yang di pukul Ziko.

" Tuan kalo nona Zira lapar pasti pergi ke lantai dasar, karena kantin berada di lantai dasar." Ucap Kevin menjelaskan.

Ziko manggut-manggut mengerti, ucapan Kevin benar adanya.

Sudah habis nih lengan di pukul terus.

Mereka tetap menunggu di depan toilet. Ada seseorang yang ingin masuk ke dalam toilet, Kevin menyapa wanita itu.

" Mbak mau ke toilet ya?" Ucap Kevin ramah.

" Enggak mau ke mall." Ucap wanita itu judes. Wanita itu curiga dengan keberadaan dua orang pria yang berdiri di depan toilet. Wanita itu berpikir jelek tentang mereka berdua.

" Kalo mau ngintip jangan disini, ngintip sana di empang." Ucap wanita itu judes.

Ziko tertawa mendengar ucapan wanita itu. Wanita itu melihat Ziko dengan tatapan sinis.

" Ngapain kamu tertawa? Kamu juga sama saja, sama-sama tukang ngintip." Ucap wanita itu lagi. Kali ini Kevin yang tertawa mendengar ucapan wanita itu. Wanita itu tidak mengenal Ziko, yang mengenal Ziko kebanyakan dari kalangan bisnis dan rekan-rekan artis. Mayoritas masyarakat umum mengingat namanya tapi mereka tidak mengenal wajahnya.

" Maaf mbak, kami tidak ingin mengintip tapi kami sedang menunggu seseorang di toilet dari tadi belum keluar, kami khawatir terjadi sesuatu di dalam sana." Ucap Kevin menjelaskan.

Wanita itu masuk ke dalam toilet, dia melaksanakan hajatnya di sana yaitu hajat buang air. Wanita itu melihat sekeliling toilet tapi tidak menemukan satu orangpun di dalam sana. Wanita itu keluar dari toilet dengan wajah marah.

" Pembohong kalian, bilang saja kalo kalian mau mengintip cari-cari alasan sedang menunggu." Ucap wanita itu marah. Wanita itu melangkahkan kakinya, beberapa langkah kemudian dia membalikkan badannya melihat ke arah Ziko dan Kevin.

" Kalo kalian tidak pergi dari situ akan aku laporkan ke security." Ancam wanita itu.

Kevin dan Ziko langsung pergi setelah mendengar ancaman dari wanita itu. Mereka tidak mau nama baik mereka rusak karena tuduhan itu. Mereka membicarakan masalah Zira di dalam lift. Kevin menekan tombol lantai dasar, mereka berniat untuk mencari Zira di kantin. Dari lantai 4 lift turun ke lantai 3, ada seorang perawat masuk dan tersenyum kepada mereka berdua. Dari lantai 3 lift turun ke lantai 2 ada seseorang yang masuk ke dalam lift yang tidak lain adalah Zira. Zira kaget melihat upil dan upil ada di dalam lift. Ziko sudah mengeluarkan mata lasernya tapi Zira langsung mengalihkan pandangannya ke arah perawat di sebelahnya. Dari lantai 2 lift turun menuju lantai 1 semua yang berada di lift keluar. Ziko langsung menarik tangan Zira, dia membawa Zira pergi menjauh dari keramaian.

" Kamu dari mana saja?" Ucap Ziko teriak. Zira langsung menutup mulut Ziko dengan tangannya.

" Ingat ini rumah sakit jangan teriak-teriak, apa kamu mau, orang yang berada di rumah sakit ini terkena serangan jantung karena mendengar teriakan mu." Ucap Zira cepat sambil menutup mulut Ziko dengan tangannya.

Zira melepaskan tangannya dari mulut Ziko setelah di lihatnya Ziko sudah bisa mengontrol suaranya.

" Jelaskan padaku dari mana saja kamu." Ucap Ziko cepat sambil menatap Zira dengan tatapan mengintimidasi.

" Owh aku dari lantai 2." Ucap Zira santai.

" Kenapa kamu kelantai 2?" Lagi-lagi Ziko mengajukan pertanyaan kepada istrinya.

" Karena enggak ke lantai 3." Zira menjawab dengan santai tanpa ada beban sedikit pun. Ziko merasa geram dengan jawab Zira.

" Kamu!" Ziko menuding jarinya ke wajah Zira.

Zira langsung menggigit jari Ziko. Ziko meringis sakit karena jarinya di gigit istrinya dengan kuat.

" Pertanyaan kamu salah, seharusnya apa yang kamu lakukan di lantai 2, seperti itu." Ucap Zira menjelaskan.

" Iya apa yang kamu lakukan di lantai 2." Ziko memperbaiki pertanyaan.

" Karyawanku sakit dia di rawat di ruang melati." Ucap Zira santai.

" Jangan bohong kamu?" Ucap Ziko cepat. Zira menggelengkan kepalanya kalo yang di ucapkannya adalah benar.

Ziko memerintahkan Kevin untuk memastikan kebenarannya. Kevin menuju lantai 2, dia masuk ke dalam ruang melati. Kevin menanyakan beberapa hal kepada pasien yang di rawat di ruangan itu. Kevin kembali ke tempat Ziko dan Zira, dia memberitahukan hal yang sebenarnya.

Zira dapat bernafas lega, dia belum berani mengatakan kalo dia menjenguk anaknya Fiko. Dia akan mengatakan yang sebenarnya jika ada kesempatan dan waktu yang memungkinkan. Dan untuk saat ini bukan waktu yang tepat membicarakan hal-hal yang tidak di sukai Ziko. Karena Zira sudah paham betul dengan karakter Ziko yang tidak pernah mengenal ampun siapapun lawannya.

Mereka sudah berada di mobil. Hari sudah petang matahari sudah sembunyi ke dalam persembunyian. Cahaya bulan sudah menunjukkan sinarnya sedikit demi sedikit.

" Like komen dan vote yang banyak ya terimakasih."