Chapter 147 episode 147

Zira dan Lina sudah pergi meninggalkan rumah sakit. Seperti ucapan Zira sebelumnya kalo Zira ingin membawa Lina keluar. Mobil memasuki area parkiran Mall. Zira dan Lina akan makan siang di Mall tersebut. Mereka memesan makanan sesuai selera mereka masing-masing. Setelah selesai menikmati makan siangnya Zira mengajak Lina untuk berkeliling Mall. Zira memasuki sebuah toko yaitu toko ponsel. Zira ingin membelikan ponsel untuk Lina.

" Pilih yang mana kamu suka." Ucap Zira sambil menatap Lina seperti sahabatnya. Lina sampai mendekatkan telinganya ke badan Zira karena masih belum percaya dengan ucapan Zira.

" Iya kamu pilih saja yang mana kamu suka." Ucap Zira lagi.

" Mbak kamu bercanda kan?" Lina masih ragu dengan ucapan Zira.

" Aku serius, sudah waktunya ponsel kamu di museum kan." Ucap Zira sambil tertawa kecil.

Lina tersenyum senang mendengar ucapan Zira. Sangking senangnya berkali-kali Lina memeluk Zira. Penjaga toko menawarkan beberapa merek ponsel dari merek batagor, opah singgisung sampai merek anggur di tawarkan oleh penjaga toko. Mereka masih melihat-lihat ke dalam isi etalase toko, Zira dan Lina sangat serius dengan pilihannya sambil menatap ke dalam etalase toko. Karena terlalu fokus Zira tidak memperhatikan ada dua orang telah berdiri di belakangnya. Kepala Zira di benturkan dengan kuat ke etalase kaca ada cairan merah keluar dari dahi Zira. Penjaga toko dan pembeli lainnya sampai mundur melihat kejadian itu, mereka tidak berani ikut campur terlalu dalam. Zira merasa pusing karena mendapat benturan di kepalanya.

" Siapa kalian kenapa kalian membenturkan kepala mbak Zira." Lina teriak histeris. Belum sempat Lina memaki kedua orang itu Lina sudah di tampar. Lina memegang pipinya yang kena tamparan.

Tangan Zira di tarik oleh kedua orang itu. Zira melihat sosok yang membenturkan kepalanya ke etalase toko, mereka adalah Sisil dan Kia. Mereka sudah mengikuti Zira dari butik sampai ke mall. Mereka ingin membalaskan dendamnya karena ini adalah kesempatan emas bagi mereka. Mereka sudah mengintai terlebih dahulu kalo supir Zira tidak ada di dekatnya. Pak supir sebelumnya sudah izin kepada Zira untuk mengisi bahan bakar mobil.

Zira di bawa ke pojok ruangan, tangan kanan dan kiri Zira di pegang Sisil dan Kia. Badan Zira di dorong ke dinding, tangan kanan dan tangan kiri Zira di angkat ke atas dan di tempelkan ke dinding. Kia memegang tangan kanan Zira dan Sisil memegang tangan kiri Zira. Tangan Sisil dan tangan Kia yang lain mencengkram leher Zira.

" Seperti ini caramu menghajar ku apa kamu masih ingat." Bentak Kia.

Leher Zira di cengkram dengan kuat. Penjaga toko ingin menarik mereka tapi Sisil dan Kia sudah mengancam penjaga toko.

" Awas kalo kalian berani mendekat." Ucap Sisil dengan tangan yang masih mencengkram leher Zira. Kedua orang itu seperti sedang kesetanan, mereka tidak berpikir panjang dengan perbuatannya. Mereka melakukan seperti yang di lakukan Zira terhadap mereka. Untuk melepaskan tangan dan leher Zira tidak bisa karena tangan Zira sudah di pegang sangat keras oleh Sisil dan Kia. Tapi Sisil dan Kia lupa kalo mereka belum mengamankan kaki Zira. Zira menendang tulang kering kaki Kia, dengan otomatis Kia melepaskan pegangannya dari tangan Zira. Setelah tangan kanan Zira lepas, Zira memukul hidung Sisil berkali-kali sampai mengeluarkan darah bisa di pastikan hidung Sisil patah. Tidak sampai di situ Zira masih menarik Kia dengan keras. Zira menendang kaki kanan Kia dengan keras sampai kaki Kia patah. Setelah merasa puas Zira berdiri dengan gagah perkasa sambil melemparkan pandangan keliling toko. Penjaga toko dan pengunjung toko tidak bergeming dengan kejadian itu. Mereka merekam kejadian itu dalam layar ponselnya. Ada salah satu pengunjung yang ingin kabur tapi Zira sudah teriak duluan.

" Jangan ada yang keluar dari sini. Kalian semua adalah saksi atas kejadian ini." Ucap Zira sambil melemparkan tudingannya ke semua yang berada di toko.

Dahi Zira masih keluar darah tapi Zira masih bisa berdiri dengan gagahnya.

" Aku adalah istri dari Ziko Putra Raharsya. Dan kalian adalah saksi kunci atas peristiwa ini." Ucap Zira tegas.

Zira melambaikan tangannya memanggil penjaga toko yang tadi melayaninya.

" Hubungi polisi, dan katakan apa yang sebenarnya terjadi." Ucap Zira cepat sambil melihat ke arah Sisil yang meringis kesakitan sambil memegang hidungnya yang patah. Kia tidak kalah histerisnya dia teriak kesakitan sambil memegang kaki kanannya yang patah.

" Jangan bangunkan anak kucing yang lagi tidur itu akibatnya." Ucap Zira kepada Sisil dan Kia sambil melihat mereka secara berulang.

Lina menghampiri Zira, dia membawa Zira untuk duduk di kursi sambil mengelap dahi Zira yang berdarah. Tidak berapa lama datang beberapa orang polisi ke toko itu. Polisi langsung membawa ketiga orang itu. Sisil Kia dan Zira di bawa ke rumah sakit terlebih dahulu sebelum di bawa ke kantor polisi. Toko itu telah di berikan police line, semua pengunjung yang berada di mall riuh dengan keajadian itu.

Pak polisi membawa semua orang yang berada di toko tersebut untuk di mintai keterangan begitupun Lina, dia juga ikut ke kantor polisi.

Dahi Zira yang berdarah sudah di obati oleh pihak rumah sakit. Zira di bawa ke kantor polisi untuk di mintai keterangan. Sisil dan Kia harus di rawat karena mendapat pukulan yang sangat keras dari Zira. Polisi berjaga di depan pintu tempat mereka di rawat.

Zira di masukkan ke dalam sel, karena terbukti telah melakukan penganiayaan terhadap orang lain. Pihak polisi melakukan penyelidikan dengan intens, mereka mengajukan beberapa pertanyaan kepada saksi atas kejadian itu. Pihak polisi mengizinkan Zira untuk menghubungi pengacaranya. Pihak polisi memberikan tas Zira, Zira mengambil ponsel dari dalam tasnya dan menghubungi Ziko. Tidak berapa lama suara panggilan terhubung.

" Halo." Ucap Zira pelan.

" Kenapa kamu tidak mengabariku tentang keberadaanmu." Ucap Ziko cepat. Ziko belum sempat menyelesaikan kalimatnya tapi Zira sudah memotong kalimatnya.

" Aku di kantor polisi, bawakan aku pengacara." Ucap Zira tenang. Ziko yang mendengar Zira di kantor polisi langsung membelalakkan matanya tidak percaya. Ziko berperang dengan pikirannya.

" Kenapa? Apa yang terjadi?" Ucap Ziko penasaran.

" Sudah tenang saja, bawakan aku pengacara." Ucap Zira cepat sambil mematikan ponselnya.

Ziko menghubungi Kevin dan menceritakan semuanya. Kevin dengan segera menghubungi pengacara Ziko. Ziko mempunyai Pengacara pribadi dia adalah Pengacara yang sangat terkenal dengan profesinya. Soal keahlianya tidak di ragukan lagi banyak lawannya ketar ketir ketika berhadapan dengan pengacara ini.

Kevin langsung menyalakan mesin mobil dan membawa Ziko menuju kantor polisi. Ziko tidak bisa membayangkan apa yang terjadi kepada istrinya.

" Apa yang telah di buat istriku sampai dia di tahan di kantor polisi." Ucap Ziko bingung dan stress.

" Saya juga belum tau tuan, Kita tidak bisa menduga-duga, Kita serahkan semuanya sama polisi pasti mereka akan melakukan dengan bijak dan adil." Ucap Kevin menenangkan Ziko.

" Like komen dan vote yang banyak ya terimakasih."