Chapter 128 episode 128

Ziko dan Zira masih berdebat di dalam kamar, dan Kevin sebagai saksi atas pertengkaran mereka berdua.

" Kenapa kamu kabur ke sini apa tidak ada tempat yang lain, bilang saja kalo kamu rindu padaku." Ucap Ziko cepat.

Kevin langsung berpaling melihat ke arah Ziko, dia bingung jalan pikiran bosnya.

" Tuan-tuan gayamu, tadi aja udah mau gila karena gak ada kabar dari istrinya sekarang malah sok-sokan."

Zira mengatur nafasnya.

" Ok kalo begitu nanti aku kabur lagi." Ucap Zira cepat.

Ziko malah melotot melihat ke arah Zira.

" Siapa yang mengijinkanmu untuk kabur!" Ucap Ziko cepat.

Zira malas berdebat dengan Ziko, dia ingin kembali ke acara tersebut.

" Mau kemana?" Ucap Ziko sambil memegang tangan Zira.

" Ya balik lah, ngapain juga disini, di marahi mending aku di sana senang-senang mana tau ada cowok bule yang naksir aku." Ucap Zira santai.

Ziko tidak habis pikir dengan ucapan Zira. Dia merasa ucapan Zira bukan candaan.

" Apa kamu mau cari bule? apa kamu tidak bisa lihat ini." Ucap Ziko sambil menunjukkan cincin yang melingkar di jari Zira.

Zira menepis tangan Ziko. Dia hendak pergi keluar kamar hotel. Tapi Ziko menahan pintu kamar hotel dengan tangannya.

" Aku tidak mengizinkan kamu untuk pergi, selama cincin itu masih melingkar di jarimu tiada siapa yang boleh menyentuhmu." Ucap Ziko tegas.

Zira melepaskan cincin yang berada di jari manisnya. Dan memberikan kepada Ziko.

" Apa maksudmu?" Ucap Ziko sambil menunjukkan cincin yang di berikan Zira kepadanya.

" Cincin." Ucap Zira cepat.

" Kenapa kamu membukanya." Ucap Ziko marah.

" Dasar pikun, kan kamu yang bilang selama cincin itu masih melingkar di jariku maka tidak ada yang boleh menyentuhku, ya jadi aku titip aja dulu cincin itu kepadamu." Ucap Zira santai sambil menggeser badan Ziko yang berdiri di depannya.

Ziko menahannya sambil menarik tangan Zira dan meletakkannya cincin itu kembali ke jari manis Zira.

" Jangan pernah kamu lepaskan cincin ini dari jarimu atau akan aku ganti cincin itu dengan mur." Ucap Ziko tegas sambil memasangkan cincin kembali ke tangan Zira.

" Memangnya jariku baut sampai kamu hendak meletakkan mur di jariku." Ucap Zira ketus kembali duduk di sofa.

Zira memang kesal dengan Ziko. Ziko tidak bersikap romantis dan tidak menyambut kedatangan Zira dengan sukacita. Ziko malah mengajukan pertanyaan yang enggan untuk di jawab Zira.

" Berapa bahasa yang kamu ketahui." Ucap Ziko sambil merangkul bahu Zira.

" Semua bahasa aku tau." Ucap Zira cepat.

Ziko dan Kevin saling pandang, mereka merasa takjub dengan ucapan Zira.

" Kamu serius?" Ucap Ziko sambil menatap ke dalam mata Zira.

Zira mengangguk.

" Coba kamu praktekan." Ucap Ziko memberi perintah.

Zira mengambil ancang-ancang hendak berbicara.

" Bahasa Itali, bahasa belanda, bahasa Portugis, bahasa Jepang." Zira belum selesai menyelesaikan kalimatnya tapi sudah di potong sama Ziko.

" Tunggu, kenapa kamu menyebut seperti itu." Ucap Ziko tegas.

" Kan kamu yang tanya berapa bahasa yang kamu ketahui, jadi aku sebutkanlah semuanya tapi beda kalo pertanyaan yang kamu ajukan berapa bahasa yang kamu kuasai atau pelajari." Ucap Zira santai.

Ziko seperti sedang belajar bahasa Indonesia. Karena tidak bisa membuat pertanyaan dengan benar. Kevin tersenyum-senyum sendiri mendengar ucapan Zira, karena ucapan memang benar adanya.

" Kenapa kamu senyum?" Ucap Ziko ketus.

" Enggak Tuan menurut saya pasti waktu sekolah nilai bahasa Indonesia tuan hasil nyontek." Ucap Kevin tertawa.

Ziko melemparkan sesuatu ke arah Kevin.

" Keluar sana, cari istri bule sana." Ucap Ziko mengusir Kevin.

Kevin pergi meninggalkan Ziko dan Zira di kamar hotel. Mereka berbincang panjang lebar.

" Kenapa kamu tidak ikut bersamaku kalo kamu mendapat undangan ke acara itu." Ucap Ziko mengelus rambut Zira.

" Aku kan sudah minta samamu tapi kamu bilang bahasa Inggrisku buruk ya udah aku pergi sendiri." Ucap Zira santai.

Zira menatap Ziko dengan lekat.

" Bagaimana apakah kamu terkejut dengan kejutan dariku." Ucap Zira sambil menarik turunkan alisnya.

Ziko sebenarnya sangat-sangat terkejut dengan kejutan yang di berikan Zira. Tapi dia memungkirinya.

" Ini kamu bilang kejutan, sama ku ini biasa saja." Ucap Ziko sombong.

Zira kesal dengan ketidakjujuran Ziko. Padahal dia sudah menyiapkan semuanya dengan sempurna tapi tidak ada sebuah apresiasi untuk hasil kerja kerasnya.

" Jangan kamu ulangi lagi hal seperti ini." Ucap Ziko sambil membenamkan Zira di dalam dadanya.

Zira mengikuti kemauan suaminya, karena dia juga merindukan dekapan dari Ziko.

" Terimakasih atas ucapan ulang tahunnya, aku sangat senang." Ucap Ziko mencium dahi Zira.

Ziko melepaskan dekapannya dan kembali menatap Zira.

" Dari mana kamu tau kalo hari ini ulang tahunku." Ucap Ziko sambil menatap Zira.

" Dari Pak Budi." Ucap Zira cepat.

Ziko kembali meletakkan kepala Zira dalam dadanya.

" Apa kado yang kamu berikan kepadaku." Ucap Ziko sambil tetap mendekap Zira.

Zira baru tersadar dengan kado yang sudah dipersiapkannya. Zira melepaskan tubuhnya yang di dekap Ziko dan hendak beranjak dari sofa.

" Kamu mau kemana?" Ucap Ziko sambil menahan tangan Zira.

" Aku mau mengambil kadomu." Ucap Zira cepat.

" Di mana kamu menyimpan kadoku." Ucap Ziko cepat sambil tetap memegang tangan Zira.

" Aku menyimpannya di kamar hotel." Ucap Zira cepat.

Zira menarik tangan Ziko agar mengikutinya. Ziko mengikuti Zira keluar dari kamar dan menuju hotel bi. Ziko merasa heran dengan Zira yang memilih hotel bersebrangan dengan dirinya. Mereka masuk ke dalam lift menuju lantai kamar hotel yang di tempati Zira.

" Jelaskan padaku kenapa kamu memilih hotel yang berbeda dariku." Ucap Ziko sambil memegang tangan Zira.

Zira hanya melihat Ziko sekilas tidak berapa lama pintu lift terbuka. Zira menarik tangan Ziko. Ziko mengikuti Zira, mereka berjalan menyusuri lorong hotel sampai di depan kamar bernomor 101. Zira membuka pintu kamar dan menarik tangan Ziko. Ziko menutup pintu kamar hotel. Dia memandang kamar hotel yang di tempati Zira. Kamar yang di tempati Zira tidak cukup besar dengan kamar yang di tempatinya Ziko. Ziko memesan suite room untuk tempat istirahatnya sedangkan Zira memilih standar room untuknya.

Zira membuka lemari pakaian dan sedang mencari sesuatu di dalamnya. Ziko duduk di pinggir kasur sambil melihat Zira yang sibuk dengan kegiatannya di depan lemari. Zira telah memegang kado ditangannya dan meletakkannya di belakang badannya.

" Ayo tebak, apa isi di dalamnya." Ucap Zira memberi tebakan kepada Ziko.

Ziko mengulurkan tangannya meminta kado yang di sembunyikan Zira di belakang badannya.

" Tebak dulu." Ucap Zira cepat.

" Bagaimana aku mau tebak, bawa sini kadonya." Ucap Ziko cepat sambil mengambil kado dari belakang Zira.

Ziko memegang kado tersebut dan menggoyang-goyangkannnya. Kado tersebut agak ringan dan agak sedikit berisik.

" Apa ini ?" Ucap Ziko cepat.

Zira tertawa mendengar tebakan Ziko.

" Kenapa harus ?" Ucap Zira tertawa.

" Ya mana tau kamu mau mengganti sempakku yang telah kamu pakai kemaren." Ucap Ziko cepat.

Zira menggelengkan kepalanya karena tebakan Ziko salah.

" Like komen dan vote yang banyak ya terimakasih."