Chapter 112 episode 112

Zira sampai di lantai tempat ruangan Ziko berada. Zira melangkahkan kakinya seperti biasa Zira selalu masuk ke dalam ruangan Ziko. Karena sekertaris yang dulu selalu mengizinkannya. Zira sedang memegang handle pintu tapi dia langsung di tegur.

" Maaf anda siapa? Mengapa anda langsung masuk ke dalam ruangan Presiden direktur." Ucap Kia dengan wajah yang jutek.

Sebenarnya kia mengetahui kalo yang berada di depannya sekarang adalah istri bosnya tapi mengingat hal yang di dengar sebelumnya, Kia langsung pasang badan karena dia sudah mendengar dari Sisil kalo Zira adalah orang ketiga dalam hubungan antara Ziko dan Sisil.

Zira melepaskan genggaman tangannya dari handle pintu.

" Kamu sekertaris baru ya, kenalkan saya Zira." Ucap Zira ramah sambil mengulurkan tangannya.

Kia tidak menjawab apalagi membalas uluran tangan Zira. Kia menepis uluran tangan Zira. Kia melihat Zira dari atas sampai bawah. Kalo body memang Zira jauh beda dengan Kia. Kia badan bak seorang model hampir sama dengan sisil. Kalo Zira lebih kecil di bandingkan dengan mereka berdua. Dan kalo urusan pakaian Zira memang tidak mau memakai pakaian yang membentuk body dia lebih suka dengan pakaian yang sedikit longgar walaupun sebenarnya bodynya bagus. Apalagi semenjak dia menikah segala pakai semua harus dapat izin dari Ziko.

Zira memperhatikan Kia balik. Zira melihat Kia dari atas sampai bawah.

" Bodynya memang seperti gitar Spanyol wajar kalo aku di bilang si ubi kayu mirip ukulele."

Zira menarik kembali uluran tangannya. Zira tidak memperdulikan Kia yang masih berdiri di dekatnya. Karena prinsip Zira jika ada orang baik dia akan sangat baik dan jika ada orang sombong dia akan lebih sombong.

Zira memegang handel pintu dan ingin membukanya. Tapi lagi-lagi dia ditahan sama Kia.

" Kamu mau apa!" Ucap Zira sambil membentak Kia.

" Siapa yang mengijinkan kamu untuk masuk ke dalam ruangan Presiden direktur." Ucap Kia cepat.

" Halo nona yang tidak aku tau namanya, aku mau masuk aku mau tidur aku mau makan di dalam ruangan ini semua bukan urusanmu, urusanmu hanya di sana." Ucap Zira ketus sambil menunjuk ke arah meja kerja Kia.

Kia merasa kesal dengan Zira.

" Ternyata dia sangat sulit di taklukan benar kata Sisil."

" Aku adalah sekertarisnya semua yang berhubungan dengan diri bos ku adalah tanggung jawabku, dan kamu tidak ada hak di sini." Ucap Kia ketus.

Zira mulai emosi dengan sikap sombongnya Kia. Zira mendorong tubuh Kia dengan otomatis kia langsung mundur teratur. Tanpa pikir panjang Zira langsung masuk ke dalam ruangan Ziko dan duduk santai di sofa.

Kia juga ikut masuk ke dalam ruang Ziko dia menarik tangan Zira untuk keluar dari ruangan itu. Kia memegang tangan Zira dan berusaha menariknya tapi dengan cepat Zira memplintir tangan kia.

" Jangan pernah sentuh aku atau tangan indahmu akan hilang dari tempatnya." Ucap Zira sambil mendorong kia kembali.

Kia terjerembab ke bawah sofa. Zira yang melihat tersenyum sumringah.

" Aku adalah istri dari Ziko Putra Raharsya, ini adalah hari pertamamu bekerja di sini dan bisa saja ini sebagai hari terakhirmu." Ucap Zira sambil tersenyum sumringah.

Kia tidak menyadari dengan perbuatannya, dia baru menyadari setelah Zira memberitahukan hal yang akan di terimanya.

" Tapi tenang saja aku bukan perempuan cengeng yang sedikit-sedikit mengadu. Kalo untuk masalah perempuan seperti kamu itu kecil bagiku." Ucap Zira sambil menunjukkan ujung jari kelingkingnya.

Kia yang sedang terjerembab di bawah sofa langsung berdiri dan keluar ruangan dengan perasaan yang marah.

" Baiklah sekarang kamu menang tapi lihat saja, aku akan merusak hubungan kalian." Guman Zira pelan.

Kia masih memikirkan perlakuan yang baru saja di terimanya. Dia tidak menyadari kalo Kevin sudah berada di depan mejanya sedangkan Ziko sudah masuk ke dalam ruangannya.

" Apa ada telepon yang penting untuk Tuan Ziko." Ucap Kevin mengagetkan Kia.

" Eh iya pak ada." Ucap Kia gugup.

Kia memberitahu semua panggilan dan beberapa jadwal pertemuan klien dengan Ziko. Kevin terus memperhatikan Kia, dia merasa ada yang aneh dengan sikap Kia. Tapi dia tidak menanyakan hal itu. Karena dengan sendirinya cepat atau lambat dia akan mengetahui juga.

Di dalam ruangan Ziko melihat Zira sedang berbaring di sofa. Ziko mendekati Zira dan mengecup dahi Zira dengan lembut.

" Sudah lama kamu di sini?" Ucap Ziko sambil mengecup dahi Zira.

" Sudah dari jaman batu." Ucap Zira cepat.

" Jadi kamu sudah bertemu dengan sekertaris baruku."

" Wah wah sekertaris baru ku." Zira menekan intonasi bicaranya.

Ziko yang melihat langsung bingung dengan ekspresi Zira serasa marah kepadanya.

" Apa kamu sudah berkenalan dengannya?" Ucap Ziko sambil menatap Zira.

" Sudah lah tadi aku juga memberikan kenangan-kenangan untuknya." Ucap Zira ketus.

" Siapa namanya?" Ziko kembali bertanya kepada Zira.

Mendengar pertanyaan Ziko, Zira langsung menurunkan kakinya yang berada di sofa dia langsung menatap Ziko tajam.

" Kenapa kamu bertanya namanya kepadaku?" Masih dengan tatapan mengintimidasi.

" Ya karena aku tidak tau namanya, makanya aku bertanya kepadamu?" Ucap Ziko sambil mengelus rambut Zira.

" Tunggu bagaimana kamu tidak tau namanya. Bukannya dia sekertarismu." Ucap Zira lagi heran.

Ziko menyandarkan badannya ke sandaran sofa.

" Iya dia sekertarisku tapi aku tidak perlu menanyakan perihal tentangnya, bagiku itu tidak penting hal yang paling terpenting ada di depanku." Ucap Ziko lembut sambil memegang jari jemari Zira.

" Apa hal yang paling penting dalam hidupmu meja ini." Tanya Zira sambil memegang meja di depan Ziko.

Ziko memegang pelipisnya. Dia merasa Zira kurang peka.

" Maksud ku itu kamu." Bentak ziko.

Zira merasa berbunga-bunga mendengar ucapan Ziko.

" Ah kamu bisa aja." Ucap Zira sambil mencubit lengan Ziko.

" Apa kamu tidak percaya?" Ziko masih memegang jari jemari Zira.

Zira langsung menarik tangannya.

" Jangan kamu masukkan lagi jariku ke dalam lubang hidungmu." Ucap Zira sambil menarik tangannya.

Ziko tertawa mendengar ucapan Zira memang dia berniat ingin memasukkan jari Zira ke dalam lubang hidungnya.

" Lusa aku akan keluar negeri. Aku harap kamu baik-baik disini." Ucap Ziko cemas.

" Nggak usah khawatirkan aku, semua manusia takut dengan ku apalagi hantu." Ucap Zira cepat.

" Aku sebenarnya ingin mengajakmu ikut dengan ku, tapi karena bahasa Inggrismu yang buruk ya aku batalkan niatku itu." Ucap Ziko pelan.

Zira ingin sekali pergi keluar negeri.

" Aku ikut ya." Ucap Zira sambil merayu Ziko.

" Nggak! di sana nanti kamu akan sering aku tinggal."

" Ya nggak apa-apa, kamu pergi aja mengurusi pekerjaanmu aku akan jalan-jalan sendiri." Ucap Zira penuh harap.

" Kalo kamu hilang gimana? Udah nggak bisa bahasa Inggris sok pergi sendiri." Ucap Ziko ketus.

" Kalo enggak mau mengajak aku bilang, enggak usah pakai alasan gak tau bahasa Inggris, aku tau kamu mau pergi berdua dengan kuntilanak di depan kan?" Ucap Zira teriak sambil menunjukkan jarinya ke arah pintu.

Ziko melihat arah tangan Zira.

" Siapa yang kamu bilang kuntilanak? apa di dalam ruangan ini ada kuntilanak?" Ziko bertanya dengan perasaan khawatir. Dia khawatir kalo Zira kesurupan.

Zira tidak menjawab pertanyaan Ziko, dia malah balik melotot menatap Ziko.

" Ah sudah nggak bener ini."

Ziko langsung menghubungi Kevin. Tidak berapa lama Kevin datang.

" Like komen dan vote yang banyak ya terimakasih."