Chapter 109 episode 109

Ziko membawa Zira kesuatu ruangan yang tidak terlalu besar. Di sana seseorang telah menunggu mereka. Ziko membuka pintu, begitu pintu di buka seseorang yang berada di dalam ruangan langsung berdiri sambil menundukkan kepalanya.

Zira melihat seorang wanita yang berdiri tidak jauh dari kursinya. Zira sampai melongo melihat wanita itu. Zira menarik-narik tangan Ziko. Ziko langsung menoleh kearahnya.

" Apa kamu yang mencari wanita itu?" Zira berbicara sambil berbisik.

" Iya. Kenapa?"

" Apakah kamu yakin?" Ucap Zira masih berbisik.

" Ya aku yakin."

" Dia tidak seperti guru bahasa Inggris tapi dia seperti guru sumo." Zira masih tetap berbisik.

" Diamlah, aku memang memilihnya untuk menjadi gurumu, agar kamu lebih giat belajar." Ucap Ziko sambil menarik tangan Zira.

Wanita yang menjadi guru private bahasa Inggris Zira berpostur tinggi dan berbadan besar layaknya seorang pemain sumo tapi versi wanita.

Wanita tadi mengulurkan tangannya kepada Ziko dan Zira sambil menyebutkan namanya.

" Rani."

Ziko dan Zira menyambut tangan wanita itu. Wanita itu memegang tangan Zira layaknya memegang tangan anak kecil. Zira merasa agak sakit dengan genggaman wanita itu.

" Silahkan anda bisa memulainya langsung. " Ucap Ziko sambil duduk di pojok.

Zira dan wanita tadi duduk saling berhadapan hanya di batasi sebuah meja di antara mereka. Wanita tadi mengajarkan cara tercepat untuk belajar bahasa Inggris. Ziko merasa bosan dan dia pergi meninggalkan Zira dan wanita tadi.

Ziko kembali keruangan nya untuk melanjutkan pekerjaannya. Setelah beberapa jam berlangsung. Zira kembali ke ruangan Ziko. Dengan wajah yang agak cemberut.

" Bagaimana dengan kursus hari ini?" Ziko melirik Zira yang sedang duduk di sofa.

" Aku baru berdebat dengan nya." Ucap Zira sambil menaikan ke dua kakinya ke atas sofa.

" Kenapa?" Ziko yang tadi berada di kursinya sekarang sudah didekat Zira.

" Aku enggak mau lagi belajar bahasa Inggris." Zira meletakkan salah satu punggung tangan ke atas mata untuk menutupi matanya yang lelah.

" Ayo lihat aku. " Ziko menarik tangan Zira yang masih berada di antar kedua matanya.

Zira melihat ke arah Ziko setelah tangannya ditarik Ziko.

" Apa yang menyebabkan kamu tidak mau belajar bahasa Inggris?" Ucap Ziko sambil menatap lekat bola mata Zira.

" Aku sebel sama dia. Hidung katanya bahasa Inggrisnya nos padahal sudah jelas-jelas tertulis nose. Belum lagi dia bilang bahasa Inggrisnya aku mau makan, dia bilang I want to eat padahal salah loh, seharusnya di bacanya ai wante tu eate." Ucap Zira masih dengan wajah yang cemberut.

Ziko tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan Zira.

" Terus apa lagi?" Tanya Ziko penasaran.

" Nah ini yang buat aku tambah sebel. Aku di suruh menyebutkan bahasa Inggris yang aku ketahui. Ya aku sebut aja yang sering aku dengar seperti, Aple pelaying pelaying game nah aku juga sebut ini ai lope Yue." Ucap Zira cepat sambil duduk dari posisi berbaringnya.

Mendengar kata terkahir yang di sebutkan Zira, Ziko langsung memeluk erat tubuh Ziko.

" Ucapkan lagi." Sambil tetap memeluk Zira.

" Yang mana?" Zira bingung harus mengulang yang mana.

" Kata yang terakhir." Ucap Ziko cepat sambil tetap memeluk Zira.

" Owh. Aple pelaying pelaying game dan ai lope Yue." Ucap Zira cepat.

Ziko merasa senang dengan kata yang terakhir di ucapkan Zira, dia terus memeluk Zira dan tidak henti-hentinya mencium pipi Zira.

" Kamu kenapa? Apa yang aku ucapkan benar?" Tanya Zira bingung melihat reaksi Ziko yang tidak henti-hentinya menciuminya.

" Ya benar. Ucapan mu benar." Ucap Ziko sambil terus menciumi pipi Zira.

" Berarti aku besok nggak usah kursus." Ucap Zira enteng.

Ziko melepaskan pelukannya dan kembali menatap mata Zira.

" Siapa yang suruh kamu berhenti kursus?" Ucap Ziko sambil menatap Zira lekat.

" Kan tadi kamu yang bilang kalo ucapanku benar jadi ya ngapain aku kursus lagi." Ucap Zira cepat.

" Nggak kamu harus tetap kursus, sampai kamu benar-benar mahir berbahasa Inggris."

Ziko mengambil ponselnya dan menunjukkan sebuah aplikasi cara berkomunikasi dalam berbahasa Inggris.

Zira melihat aplikasi tersebut dan langsung melongo.

" Ternyata apa yang aku sebutkan tadi salah semua padahal aku sudah berdebat dengannya tadi." Ucap Zira sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

Ziko menarik kedua tangan Zira.

" Kenapa kamu harus menutupi wajahmu yang cantik." Ucap Ziko sambil menarik kedua tangan Zira.

" Aku malu."

" Malu sama siapa?"

" Malu sama diriku." Ucap Zira dengan wajah sendu.

" Apa yang membuatmu malu?"

" Aku malu sebagai istri Tuan muda aku tidak bisa bahasa Inggris bahkan tadi aku ngotot kalo aku benar, nanti kalo wanita itu cerita kepada semua orang tentang istrimu yang bodoh ini kan nama baikmu akan jelek karena kebodohan ku. " Ucap Zira dengan wajah sendunya.

Ziko kembali memeluk Zira dan meletakkan kepala Zira di dadanya. Dia merasa terharu mendengar kejujuran Zira. Zira bisa berpikir sampai jauh mengenai nama baiknya ataupun nama baik keluarganya. Padahal Ziko tidak pernah memikirkan kalo Zira akan merusak nama baiknya.

" Kamu harus tetap belajar semua demi kebaikanmu." Ucap Ziko memberi semangat kepada Zira.

Zira menganggukkan kepalanya.

" Bolehkah aku request?" Ucap Zira cepat.

" Apa?"

" Bisa enggak kepalaku tidak di letakkan di dadamu soalnya ketekmu bau." Ucap Zira cepat sambil tertawa.

Ziko pun tertawa mendengar candaan Zira. Menurutnya jika Zira sudah bercanda seperti itu tandanya dia sudah tidak lagi murung.

Kevin datang keruangan Ziko setelah mengetuk pintu terlebih dahulu. Kevin melihat keakraban antara Ziko dan Zira mereka terlihat sangat bahagia.

" Tuan apakah saya juga boleh ikut tertawa." Ucap Kevin polos.

" Silahkan." Ucap Zira cepat.

Kevin pun akhirnya ikut tertawa seperti Ziko dan Zira, padahal dia tidak tau apa yang menyebabkan Ziko dan Zira tertawa senang. Dia hanya ingin terlibat dalam acara kebahagiaan mereka. Menurutnya kebahagiaan mereka lebih penting dari segalanya.

" Like komen dan vote yang banyak ya terimakasih."