Chapter 107 episode 107

Suara ponsel Kia berbunyi, Kia Langsung mengangkat panggilan tersebut. Ada nomor asing tertera di depan layar ponselnya. Tanpa pikir panjang dia langsung menjawabnya.

Kia mendengarkan setiap ucapan yang di sampai dari seseorang di ujung sana. Kemudian tidak berapa lama panggilan itu berakhir.

Sisil yang dari tadi duduk di sofa merasa penasaran dengan si penelepon. Setelah selesai dia langsung bertanya kepada Kia.

" Siapa yang telepon?" Tanya Sisil cepat.

" Ini dari pihak HRD Raharsya group. " Ucap Kia.

Sisil yang mendengar langsung berdiri dan tersenyum lebar. Beda dengan Kia, dia yang mendapat panggilan untuk interview tapi Sisil yang sangat bahagia.

" Kan betul kamu pasti keterima." Ucap Sisil masih dengan senyumnya.

" Iya tapi besok adalah waktunya interview aku tidak tau apakah aku bisa menjawabnya, entah kenapa ketika aku mau interview dengan perusahaan lain perasaan ku tidak jantungan seperti ini, tapi ini beda dari awal test sampai besok interview aku masih gak tenang." Ucap Kia menjelaskan.

" Ah itu karena Raharsya group perusahaan favorit, hampir semua orang ingin bekerja di sana." Ucap Sisil memberi semangat kepada Kia.

Sisil meninggalkan apartemen Kia, dia keluar dengan hati yang sangat senang.

Di butik.

Zira hari ini ada jadwal kursus bahasa Inggris dan dia lupa jam berapa jadwal kursusnya. Dia hendak menghubungi Ziko.

" Halo suamiku." Sapa Zira lembut.

Ziko yang mendengar Zira menyebut kata suamiku merasa heran karena Zira tidak gampang menyebutnya dengan sebutan itu, kalo pun menyebutkan kata itu karena perintah Ziko.

" Kamu hari ini makan apa? Tumben ramah." Ucap Ziko dari balik ponselnya.

Zira hanya tertawa kecil.

" Aku hari ini mendapat wangsit dan dalam wangsit itu hari ini aku harus ramah denganmu agar guru kursus ku baik dengan ku. " Ucap Zira menjelaskan.

" Apa dalam wangsit mu juga tidak di sebutkan agar kamu harus selalu melayani suamimu dengan mesra." Tanya Ziko menjahili Zira.

" Oh iya tadi wangsitnya bilang layanilah suamimu seperlunya." Ucap Zira santai.

" Ah dasar wangsit bodoh." Ucap Ziko cepat.

Zira tertawa mendengar ucapan Ziko.

" Ada apa? Kenapa kamu menghubungiku?" Tanya Ziko cepat.

" Idih jutek amat. Nggak aku mau tanya gimana dengan sekertaris barunya, cakep nggak?" Tanya Zira penasaran.

Ziko mulia berpikir ingin mengerjai Zira.

" Oh iya hari ini dia masuk kerja, kamu tau bodynya bak gitar Kaku Slank." Ucap Ziko mengada-ada.

Zira yang mendengar langsung wajahnya merah menunjukkan ketidaksukaan atas pujian yang di berikan Ziko kepada sekertaris barunya.

" Kalo body ku dengan bodynya bagus mana?" Tanya Zira lagi penasaran.

" Hemmmm kalo dia seperti gitar Kaku Slank kalo kamu bodynya seperti ukulele." Ucap Ziko sambil menahan tawanya.

Zira yang mendengar Ziko menyebut bodynya seperti ukulele, langsung mencak-mencak.

" Kenapa aku harus ukulele itu kan kecik." Gerutu Zira.

" Memang kamu kecil." Ucap Ziko cepat.

" Apa nggak ada sebutan yang lebih bagus untuk bodyku." Ucap Zira pelan.

" Nggak sudah bagus atau aku sebut body kamu seperti seruling, mau!" Ucap Ziko sambil menahan tawanya.

Zira masih geram dengan ucapan Ziko. Ziko tidak pernah menyebut bodynya dengan bagus.

" Gantilah yang lebih bagus." Ucap Zira lagi sambil memohon kepada Ziko.

" Hemmmmm ya sudah bodymu seperti gendang." Ucap Ziko cepat.

Zira yang mendengar bodynya di sebut semakin parah.

" Aih kenapa harus gendang, seharusnya gitar Spanyol." Ucap Zira cepat.

" Masih mending aku bilang seperti gendang, gendang kan lebih besar di bandingkan dengan suling atau ukulele." Ucap Ziko cepat.

Zira masih dengan mencak-mencaknya. Ziko masih saja mencoba mengerjai Zira.

" Terimakasih atas kopinya, sepertinya kamu sudah pintar membuat kopi, aku ingin kamu setiap pagi membuat kopi untukku." Ucap Ziko sambil tersenyum-senyum.

Kevin yang sedang menyajikan kopi kepada Ziko merasa bingung dengan tingkah bosnya, sedangkan Zira langsung mematikan ponselnya.

" Baik Tuan setiap pagi saya akan menyajikan kopi seperti ini, apa saya pindah saja ke bagian pantry." Ucap Kevin cepat.

Ziko yang mendengar ucapan Kevin langsung melongo.

" Apa yang kamu bilang?" Tanya Ziko.

" Tadi Tuan memuji kopi buatan saya jadi saya berniat pindah ke pantry saja." Ucap Kevin pelan.

Ziko memijit pelipisnya.

" Apa Tuan juga butuh pijitan nanti saya akan." Ucapan Kevin masih menggantung.

" Aih apa maksudmu, Cepat kamu cari istri aku tidak mau kamu terus sendiri nanti kamu tergoda dengan diriku." Ucap Ziko cepat.

Kevin yang mendengar ucapan Ziko tambah bingung.

" Maaf Tuan sepertinya anda salah saya hanya mau bilang kalo Tuan butuh pijitan nanti saya akan memanggil seseorang yang ahli di bidangnya." Ucap Kevin menjelaskan.

Ziko yang mendengar penjelasan Kevin langsung mengelus dadanya.

" Aku pikir kamu sudah menyukai ku." Ucap Ziko pelan.

" Maaf Tuan selera kita sama kok." Ucap Kevin cepat.

Ziko langsung mendekati Kevin dan memegang ujung kerah kemeja Kevin.

" Apa maksudmu dengan selera kita sama, atau jangan-jangan kamu ada hati dengan istriku." Ucap Ziko marah sambil memegang kerah kemeja Kevin.

" Maaf Tuan sepertinya anda salah sangka dengan saya, maksud saya selera kita sama, sama-sama menyukai wanita." Ucap Kevin menjelaskan.

Gubrak pintu ruangan Ziko di buka dengan cepat.

Kevin dan Ziko yang sedang berdekatan langsung melihat kearah pintu secara bersamaan. Ada Zira di depan pintu.

" Owh My God, apa aku tidak salah liat, ternyata kalian saling menyukai." Ucap Zira cepat.

Ziko langsung melepaskan tangannya dari kerah kemeja Kevin, dan Kevin langsung mundur teratur.

" Ternyata benar dugaanku kalian saling menyukai, memang wajar karena kalian sering bersama." Ucap Zira masih di depan pintu.

Ziko langsung menarik tangan Zira.

" Kenapa kamu bisa datang secepat ini." Ucap Ziko cepat.

" Ah aku tau pasti kamu takut kan karena hubungan kalian sudah aku ketahui." Ucap Zira polos.

Ziko langsung memegang dahinya dengan salah satu tangannya. Kevin pun ingin pergi meninggalkan ruangan Ziko.

" Vin jangan pergi dulu." Ucap Ziko cepat.

Kevin tidak jadi pergi meninggalkan ruangan Ziko.

" Ya sudah kalian lanjutkan saja aku saja yang pergi." Ucap Zira cepat sambil ingin meninggalkan ruangan Ziko.

Tapi Ziko menarik kerah kemeja Zira dari belakang. Dengan otomatis Zira langsung mundur teratur

" Sudahlah aku paham kok, aku tidak mau jadi duri di dalam selimut kalian, atau aku tidak mau jadi hama dalam hubungan kalian." Ucap Zira cepat.

" Ini dah keterlaluan." Ucap Ziko cepat.

" Vin jelaskan." Perintah Ziko.

" Saya Tuan?" Ucap Kevin sambil menunjuk ke arah hidungnya sendiri.

" Ya kamu." Ucap Ziko cepat.

" Maaf Tuan saya harus menjelaskan apa?" Tanya Kevin bingung.

Ziko yang mendengar jadi tambah bingung. Mendadak hari ini mereka sama-sama jadi orang bodoh.

" Baiklah akan aku jelaskan." Ucap Ziko sambil memegang tangan Zira untuk duduk di sofa.

Zira mengikuti Ziko dan dia segera duduk di sofa.

" Apa yang kamu pikirkan tadi salah." Ucap Ziko pelan.

" Ah nggak usah bohong kalau pun benar aku tidak apa-apa, aku akan menutup mulut ku rapat." Ucap Zira sambil memperagakan menutup mulut dengan jarinya.

Ziko mulai emosi karena Zira tidak paham juga.

" Itu semua salah, aku dan Kevin tidak ada hubungan apapun hubungan kami hanya sebagai atasan dan bawahan." Ziko berbicara sambil teriak.

Zira mulai manggut-manggut, tapi masih ada yang ganjal di pikirannya.

" Tapi tadi aku lihat kalian mau saling ciuman." Ucap Zira sambil memperagakan jarinya yang satu bertemu dengan jari lainnya.

Ziko tambah stress.

" Kenapa sih kamu tidak paham juga." Teriak Ziko lagi.

Zira masih diam tidak berkata sepatah katapun.

" Apa kamu tidak percaya dengan semua yang pernah kita lakukan." Ucap Ziko keceplosan.

Kevin dan Zira langsung melihat kearah Ziko.

" Apa yang anda lakukan Tuan." Ucap Kevin seperti orang bodoh.

" Kevin." Teriak Ziko.

" Kamu keluar! Kamu malah memperkeruh suasana. " Teriak Ziko.

Kevin pergi meninggalkan ruangan Ziko. Hanya ada Ziko dan Zira di dalam. Ziko berusaha menjelaskan kepada Zira.

" Aku dan Kevin tidak ada hubungan apapun, semua yang kamu pikirkan itu salah." Ucap Ziko.

" Tapi." Ucap Zira memotong ucapan Ziko.

" Nggak ada tapi-tapi. Apa kamu masih tidak percaya?" Ucap Ziko cepat.

Zira menggelengkan kepalanya. Ziko kesal karena istrinya telah berpikir yang aneh tentang dirinya.

Ziko langsung mencium bibir Zira dengan lembut.

" Apakah kamu sudah percaya?" Tanya Ziko lagi.

" Nggak." Zira menggelengkan kepalanya.

" Like komen dan vote nya mana? masih banyak loh yang baca tapi nggak Vote. Jujur author jadi kurang semangat."