Chapter 101 episode 101

Matahari menyambut datangnya pagi. Pancaran sinar matahari pagi menembus masuk ke dalam celah - celah jendela.

Silaunya cahaya sang Surya membuat Zira terbangun. Dia membuka matanya yang silau. Dia membalikkan badannya untuk menghindari tatapan Sang Mentari.

Ketika Zira membalikkan badannya Zira bertemu langsung dengan wajah Ziko. Ziko masih terlelap dengan lenanya.

Zira menatap wajah sang suami dengan lekat.

" Kamu cukup ganteng suamiku. " Sambil cekikikan

Zira memegang hidung Ziko yang mancung.

" Ini hidung mengalahkan hidung Pinokio. " Ucap Zira lagi sambil memegang hidung Ziko masih dengan cekikikan.

" Nah ini nih bibir yang suka nyosor bibirku. Tipis juga seperti slice keju. " Ucap Zira cekikikan.

Ziko mendengar semua ucapan Zira. Dia membiarkan Zira melakukannya. Karena menurutnya lebih baik Zira bawel daripada diam.

Zira hendak beranjak dari kasur. Tapi sebelum beranjak dia ingin mengecup dahi Ziko. Zira mengecup dahi Ziko dengan lembut. Setelah selesai dia ingin beranjak pergi tapi tangannya di tahan sama Ziko.

" Kenapa hanya itu. Kamu belum mencium yang lainnya. " Ucap Ziko mengangetkan Zira.

" Kamu sudah bangun? " Ucap Zira bertanya gugup.

" Sudah dari tadi aku bangun. " Ucap Ziko masih dalam keadaan berbaring.

" Ah untung aku tadi tidak berkata buruk tentangnya. " Guman Zira pelan.

" Cepat! " Ucap Ziko cepat.

" Apanya? " Tanya Zira bingung.

Ziko menarik tangan Zira sehingga posisi badan Zira berada di atas dada Ziko.

" Kamu baru mencium dahiku belum yang lainnya. " Ucap Ziko sambil menunjuk ke arah matanya.

Dengan cepat Zira langsung mencium mata Ziko. Zira hendak bangkit dari posisinya tetapi Ziko masih menahan badannya. Dan Ziko menunjukkan ke arah hidung nya. Lagi - lagi Zira mencium hidungnya. Dan sekali lagi Ziko menunjuk ke arah bibirnya.

" Nggak aku gak mau jigong mu bau. " Ucap Zira sambil menutup mulutnya.

" Enak aja, jigong suamimu ini wangi surga tau! " Ucap Ziko sambil memaksa Zira mencium bibir Ziko.

Dengan tidak rela Zira melakukannya, dia mengecup bibir Ziko.

" Kenapa hanya di kecup aku mau kamu melakukannya sama persis dengan yang aku lakukan padamu. " Ucap Ziko tegas.

Zira masih menimbang - nimbang mau melakukan atau tidak. Dia masih cukup malu untuk melakukannya. Akhirnya Zira melakukannya.

Zira mengakhiri ciuman itu. Dan dia hendak beranjak dari dada Ziko. Tapi lagi - lagi Ziko menahan badannya.

" Apa lagi kan udah? " Ucap Zira cepat.

" Mandikan aku." Ucap Ziko cepat.

Zira enggan melakukannya dia hanya diam tidak mengikuti Ziko yang telah berjalan ke kamar mandi.

" Cepat." Ucap Ziko mengancam.

Dengan langkah malas Zira mengikuti Ziko ke kamar mandi, dia memandikan Ziko seperti anak kecil.

" Terimakasih sayang. " Ucap Ziko sambil mengelus rambut Zira.

" Kalo saja aku tidak mengecup dahinya pasti hal ini gak akan terjadi. " Guman Zira di dalam kamar mandi.

" Ih kenapa itu mengkerut begitu katanya kuat tujuh kali tiga kali tujuh. " Goda Zira.

" Aku ada loh krim anti aging apa kamu. mau? " Goda Zira lagi sambil cekikikan.

Setelah selesai memandikan bayi kolor Zira keluar dia mengganti pakaiannya yang basah. Ziko menghampiri Zira yang sedang memakai baju.

" Apaan sih. " Ucap Zira cepat sambil memakai pakaian.

" Pakaikan aku baju." Ucap Ziko cepat.

Zira memijat dahinya, bayi di depannya sangat menjengkelkan.

" Mari bayiku." Ucap Zira sambil mengambil baju Ziko yang ada di lemari pakaian.

Ziko kembali menggoda Zira tapi Zira tidak menghiraukannya.

" Sudah deh udah cukup untuk hari ini. Aku lapar, apa kamu tega kalo sakit mag ku kambuh. " Ucap Zira menghindari kegenitan Ziko.

Akhirnya Ziko mengenakan pakaian kerjanya. Setelah selesai mereka pergi ke meja makan.

Ziko menarik salah satu kursi untuk di duduki Zira.

Zira mengambil piring yang ada di hadapan Ziko. Dia menuangkan nasi dan beberapa lauk di dalam piring Ziko kemudian meletakkan kembali piring tersebut ke meja.

Zira mengambil piring yang ada di depannya dan ingin menuangkan nasi ke dalam piringnya. Tapi tangan Zira di tahan sama Ziko. Zira menoleh ke arah Ziko.

" Kenapa? " Tanya Zira masih dengan memegang centong nasi.

" Kamu lupa ya kita kan seharusnya makan dalam satu piring. " Ucap Ziko cepat.

Zira meletakkan kembali centong nasi ketempatnya. Dia mengambil piring yang ada di hadapan Ziko dan ingin menyuapi mulut Ziko.

Ziko membuka mulutnya sambil memperhatikan Zira, Zira melihat ke sekeliling meja makan.

" Apa yang kamu cari? jangan bilang kamu mau menyuapiku pakai centong nasi. " Ucap Ziko cepat.

" Wah kamu masih ingat juga ya. " Ucap Zira cekikikan sambil menikmati sarapannya.

" Kamu tau gak sebenarnya aku gak mau menyuapi kamu dengan centong tapi. " Ucap Zira menggantung.

" Tapi apa? " Tanya Ziko cepat.

" Tapi aku ingin langsung menjejali kamu dengan piring ini sekalian. " Ucap Zira cekikikan.

Ziko membulatkan matanya ke arah Zira. Zira langsung melakukan aksinya agar Ziko mulai melunak.

" Buka mulutnya? " Ucap Zira.

Ziko membuka mulutnya dan Zira memasukkan sendok ke dalam mulut Ziko.

" Good boy. " Ucap Zira sambil mengelus rambut Ziko.

Zira merasa sedang menyuapi seorang bayi yaitu bayi kolor. Kolor apa? kolor ijo. Itulah julukan yang di berikan Zira.

" Like komen dan vote yang banyak ya, terimakasih. "