Chapter 95 episode 95

Nyonya Amel dan Tuan besar sudah meninggalkan ruang makan. Masih ada Zelin dan Zira.

" Kak bagaimana rasanya malam pertama. " Tanya Zelin pelan.

Zira yang lagi minum air mineral langsung muncrat air dari mulutnya.

" Hehehe kakak kaget ya, mendengar pertanyaanku. " Ucap Zelin cepat sambil memindahkan posisi duduknya di sebelah Zira.

Zira tidak menjawab dia hanya tersenyum.

" Ayolah kak, aku mau tau gak usah detail inti - intinya aja. " Ucap Zelin lagi.

" Nggak ah nanti kamu tau malah pengen lagi. " Ucap Zira cepat.

" Ih apaan tuh. Ayolah kak? Apa kalian sudah buat anak? " Tanya Zelin lagi.

" Owh tentu sudah, kami tadi malam buat anaknya pake tepung terigu. " Ucap Zira sambil pergi meninggalkan Zelin.

" Donat kali. " Gerutu Zelin

Zira hendak melangkahkan kakinya untuk menaiki anak tangga.

" Nona Zira. " Ucap pak Budi.

" Iya pak. " Ucap Zira sambil menatap pak Budi.

" Nona Tuan Muda sakit. " Ucap pak Budi pelan.

" Apa! "

Mendengar Ziko sakit dengan cepat Zira langsung melangkahkan kakinya menaiki setiap anak tangga.

Zira sampai di dalam kamar dengan ngos-ngosan. Zira melihat Ziko yang sedang berbaring di atas kasur.

Zira mendekati Ziko, dia menatapi wajah Ziko dengan lekat. Dan meletakkan tangannya di dahi Ziko.

" Nggak panas kok, apanya yang sakit. " Guman Zira pelan.

" Kalo sakit seharusnya pake baju atau pakai selimut, kamu sakit apa sih suamiku. " Guman Zira pelan sambil memegang hidung Ziko.

Ziko mendengar semua ucapan Zira, dia hanya berakting untuk mendapatkan perhatian dari Zira.

" Ini nih bibir yang suka nyosor. " Ucap Zira sambil memegang bibir Ziko.

" Kamu bisa sakit juga ya suamiku. " Ucap Zira cekikikan.

Zira duduk di lantai sambil memperhatikan wajah Ziko.

" Ganteng juga. " Ucap Zira sambil berdiri lagi.

" Dia sakit apa ya, kalo demam badannya gak panas, jangan - jangan dia hanya pura - pura sakit. " Guman Zira pelan.

Ziko mendengar ucapan Zira. Ziko langsung mulai berakting agar aktingnya lebih meyakinkan.

" Uhuk uhuk. " Ziko pura - pura batuk.

Zira langsung menoleh kearah Ziko mendengar suara batuk.

" Oh batuk. " Ucap Zira.

Zira memegang telepon untuk menghubungi pak Budi.

" Ya halo. " Ucap Pak Budi.

" Pak ini saya Zira. ada obat batuk gak? " Tanya Zira.

" Ada nona siapa yang sakit batuk nona? " Tanya pak Budi.

Zira langsung berpikir.

Kenapa pak Budi malah bertanya siapa yang sakit. Aha aku tau ini hanya akting. Guman Zira dalam hati.

" Gak jadi pak, terimakasih. " Ucap Zira cepat sambil menutup telepon.

Zira kembali melihat ke arah Ziko.

" Dia lagi akting apa memang tidur, tapi sepertinya dia memang lagi tidur tadi aku pegang hidungnya dia gak bangun, lebih baik aku mandi. " Guman Zira pelan sambil pergi ke kamar ganti.

Zira melihat kopernya masih ada. Dia berniat mengambil baju dari dalam kopernya. Begitu membuka koper dia tidak menemukan barang - barangnya.

Zira membuka semua lemari tetapi dia tidak juga menemukan barang - barangnya.

" Kemana semua barang - barangku. " Guman Zira.

" Lebih baik aku tanya pak Budi dia pasti tau kemana semua barangku. " Guman Zira sambil meninggalkan ruang ganti dan menuju telepon yang ada di atas nakas.

" Halo pak Budi. " Tanya Zira cepat.

" Iya nona. " Ucap pak Budi.

" Pak kemana koper saya? " Tanya Zira langsung.

" Owh koper nona kan ada di kamar. " Ucap pak Budi pelan.

Zira menggaruk kepalanya karena dia salah membuat pertanyaan.

" Bukan itu maksud saya dimana barang - barang yang ada di dalam koper. " Tanya Zira lagi.

" Kalo barang - barang sudah saya bagikan semua nona. " Ucap pak Budi santai.

Dih ini bapak kok seperti orang tanpa dosa. Guman Zira dalam hati.

" Tunggu pak siapa yang memberikan perintah kepada bapak untuk membagi - bagikan barang saya sama orang lain. " Tanya Zira dengan emosi.

" Tuan muda nona. " Ucap pak Budi cepat.

Zira langsung mengeluarkan taringnya sambil menutup telepon dengan keras.

" Dasar ubi kayu bisa - bisanya kamu melakukan hal seenak udelmu, tapi karena kamu lagi akting tidur jadi aku ikuti aktingmu. " Guman Zira pelan.

Zira ingin mencubit badan Ziko tapi dia mengurungkan niatnya.

Jangan Zira jangan kamu bangunkan dia nanti kalo bangun pasti dia minta kik kuk. Guman Zira dalam hati.

Zira langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Setelah selesai dia bingung harus memakai baju apa. Tanpa pikir panjang dia mengenakan kemeja putih Ziko dan untuk CD dia juga mengenakan punya Ziko, dia juga tidak memakai bra.

" Duh seumur - umur belum pernah aku pake CD cowok tapi dari pada gak pake. " Guman Zira pelan.

Zira mengintip keluar melihat Ziko masih dengan posisi yang sama.

" Aman dia masih tidur. " Guman Zira pelan sambil melangkahkan kakinya menuju kasur.

Zira melihat ada sesuatu yang janggal.

" Tadi ini selimut masih di atas kenapa sekarang sudah di bawah. " Guman Zira lagi sambil mengambil selimut dari lantai.

Zira merebahkan tubuhnya di kasur, dengan posisi rebahan kemeja yang dikenakan Zira agak terangkat sedikit. Zira ingin memakai selimut tapi belum sempat di pakai kaki Ziko sudah berada di atas paha Zira.

Zira ingin menggeser paha Ziko.Tapi di urungkannya dia khawatir Ziko akan bangun.

" Gak apa - apa Zira, kan cuma kaki anggap saja lagi tidur sama kerbau. " Guman Zira pelan memberi semangat kepada dirinya sendiri.

Zira mulai menutup matanya tapi dia kaget melihat Ziko sudah berada di atas badannya.

" Kamu mau ngapain. " Teriak Zira.

" Aku sedang bermimpi. " Ucap Ziko.

" Mana ada orang mimpi ngomong. " Gerutu Zira.

Ziko sudah tidak menghiraukan Omelan Zira. Zira tidak bisa menolak apalagi mendorong Ziko karena paha dan badannya sudah di timpa Ziko. Ziko melakukan aksinya. Zira teriak ada bulir air mata keluar dari ujung matanya.

" Terimakasih sayang. " Ucap Ziko sambil mengecup kening Zira.

" Like komen dan vote yang banyak ya, terimakasih ".