Chapter 89 episode 89

Waktu sudah menunjukkan jam 5 sore para MUA datang ke kamar hotel untuk merias Zira.

Zira baru selesai menikmati makanannya, suara kamar di ketuk. Ziko tertidur di kasur, Zira membuka pintu kamar ketika ada ketukan dari luar pintu kamar.

Beberapa orang MUA memasuki kamar Zira setelah di perintahkan Zira. Mereka merias Zira dengan dandanan yang lebih berani karena pesta diadakan malam hari jadi menurut MUA warna lipstik dan eye shadow harus lebih keluar di bandingkan pada saat akad nikah.

Setelah selesai dengan segala make up dan sanggul Zira mengganti baju kebayanya dengan gaun pengantin berwarna putih, gaun yang tidak mempunyai lengan dan bagian atasnya terbuka.

Zira semakin terlihat sangat cantik dengan menggunakan gaun tersebut. Ziko yang melihat sampai terkagum - kagum melihat istrinya bisa sangat cantik.

" Apa tidak bisa bagian itu di tutup. " Ucap Ziko.

" Maaf tuan maksud anda bagian ini. " Tanya salah seorang desainer sambil menunjukkan bagian bahu Zira.

Ziko mengangguk.

" Bisa tuan tapi membutuhkan waktu yang lama. " Ucap desainer.

Zira mengerti arah maksud pembicaraan Ziko tapi tidak mungkin akan di rubah gaun pengantinnya karena waktu yang tidak memungkinkan.

" Sudah lah, kan kamu waktu fitting juga tidak masalah dengan gaunnya. " Ucap Zira membela desainer.

" Ya kemaren sewaktu fitting gaunnya tidak terbuka seperti itu kenapa sekarang bisa seperti itu. " Ucap Ziko.

" Owh itu karena gaunnya mengkerut. " Ucap Zira asal.

Karena waktu yang tidak memungkinkan lagi, jadi Ziko menerima Zira mengenakan gaun pengantin tersebut, walaupun hatinya tidak ikhlas.

Mereka berdua berjalan menuju tempat resepsi di ikuti pihak keluarga dari pihak keluarga pria, Tuan besar Raharsya dan Nyonya Amel, sedangkan dari pihak wanita Novi beserta suaminya. Alunan musik di perdengarkan seorang artis papan atas menyanyikan lagu yang romantis.

Mereka jalan ke atas panggung, mereka menduduki kursi yang telah di sediakan. Zira dan Ziko duduk di tengah panggung.

Semua tamu merasa takjub melihat pasangan pengantin ini. Mereka pasangan yang serasi yang wanita cantik pake banget yang pria ganteng pake buanget.

" Coba kamu perhatikan mereka semua melihat ke arahmu. " Ucap Ziko pelan.

" Mereka melihat kita berdua. " Ucap Zira pelan sambil tetap tersenyum manis.

" Mereka semua melihat karena kamu memakai gaun ini. " Ucap Ziko sambil menunjuk ke gaun dengan ujung matanya.

Para tamu undangan menaiki panggung untuk bersalaman dengan mereka berdua.

Zira tidak mengenal siapa pun tamu undangan yang bersalaman dengannya. Dari begitu banyak tamu undangan hanya beberapa yang Zira kenal yaitu para karyawannya.

Semua tamu undangan menikmati hidangan yang telah di sajikan sambil mendengarkan alunan musik.

Terdengar ada suara kebisingan dari luar tempat resepsi. Ziko memerintahkan Kevin untuk mengecek ke luar.

Kevin berjalan sedikit berlari ke luar tempat resepsi. Para penjaga sudah dalam posisinya masing - masing mereka menahan Sisil untuk masuk ke tempat resepsi.

Penjaga memegang tangan Sisil, tapi Sisil terus berteriak dengan menyebutkan nama Ziko. Kevin yang datang memerintahkan para penjaga untuk melepaskan tangan Sisil.

" Untuk apa anda datang kesini nona. " Ucap Kevin dengan sorot mata yang tajam.

" Aku hanya ingin mengucapkan selamat kepada Ziko. " Ucap Sisil pelan.

" Ucapan selamat anda akan sampai. " Ucap Kevin tegas.

Kevin hendak pergi meninggalkan Sisil, tapi tangan Sisil sudah memegang lengan Kevin.

" Aku mohon izinkan aku bertemu dengan Ziko, aku ingin mengucapkannya secara langsung, aku janji setelah itu aku akan pergi menjauh darinya. " Ucap Sisil memohon.

Kevin masih diam tidak memberikan respon sama sekali.

" Aku mohon izinkan aku terakhir kalinya. " Ucap Sisil tetap memohon.

Kevin pergi ke dalam tempat resepsi meninggalkan Sisil di luar bersama para penjaga.

Kevin menaiki panggung dan membisikkan sesuatu kepada Ziko. Zira memperhatikan Kevin dan Ziko yang saling berbisik.

" Ada apa? Siapa yang teriak - teriak di luar? " Tanya Zira cepat.

Ziko hanya melirik Zira dan tidak menghiraukan semua pertanyaan Zira. Zira menggoyang - goyangkan lengan Ziko.

" Ayo jawab siapa yang teriak - teriak di luar? " Tanya Zira lagi.

Karena lengan Ziko terus di goyang - goyangkan Zira dengan cepat Ziko langsung memberitahu Zira.

" Sisil. " Ucap Ziko cepat.

" Kenapa dia teriak? " Tanya Zira.

Ziko menghembuskan nafasnya secara kasar.

" Dia ingin datang menemuiku untuk terakhir kalinya. " Ucap Ziko pelan.

" Ya sudah izinkan saja. " Ucap Zira cepat.

" Apa kamu tidak ingat apa yang di lakukannya beberapa hari yang lalu dan sekarang kamu malah berbaik hati dengannya. " Ucap Ziko cepat.

" Bukan begitu kalo kamu tetap biarkan dia di luar pasti dia akan tetap teriak dan coba kamu perhatikan reaksi semua tamu undangan, jadi lebih baik kita akhiri saja, toh ini yang terakhir. " Ucap Zira cepat.

Ziko mengernyitkan dahinya sambil melihat sekeliling gedung. Para tamu undangan mulai berisik dengan teriakan yang tidak henti - henti dari luar gedung.

Begitupun Nyonya Amel dan tuan besar sudah gerah mendengar kebisingan yang terjadi di luar gedung resepsi.

Ziko melambaikan tangannya ke arah Kevin. Kevin datang dengan cepat. Ziko membisikkan sesuatu ke Kevin dengan cepat Kevin menganggukkan kepalanya.

Kevin pergi ke luar gedung dengan langkah yang lebar. Di luar gedung Sisil masih dengan teriakannya. Begitu Kevin datang dia langsung diam.

" Baiklah kamu di izinkan untuk menemui Tuan muda, tapi kalo kamu berbuat macam - macam, Awas kamu! " Ancam Kevin sambil menunjuk ke wajah Sisil.

Kevin memasuki gedung di ikuti Sisil dan beberapa penjaga yang juga mengikuti belakang.

Semua para tamu undangan riuh ketika melihat Sisil masuk ke dalam gedung mereka memperlihatkan wajah yang tidak suka kepada Sisil.

" Ini kan pelakor itu yang kemaren di hajar sama nona Zira. " Ucap salah satu tamu undangan.

" Iya betul gak tau malu ya, dasar pelakor. " Jawab ibu - ibu tamu undangan.

Sisil menaiki panggung pelaminan sendiri Kevin beserta anak buahnya berdiri di bawah panggung. Dia hanya melihat sekilas kearah Nyonya Amel dan Tuan besar. Dia tidak berniat untuk menyalami Tuan besar dan Nyonya Amel. Dia hanya ingin bertemu dengan Ziko.

Sisil berdiri di depan Ziko sambil meraih tangan Ziko. Awalnya Ziko ingin menepis tangan Sisil tapi begitu dia melirik ke arah Zira, ada isyarat dari Zira untuk tidak melakukannya.

" Aku minta maaf karena perbuatan ku padamu yang telah lalu kalo aku tidak melakukannya pasti aku yang berada di posisi dia. " Ucap Sisil sambil melihat sinis ke arah Zira.

Zira yang melihat tatapan sinis dari Sisil langsung duduk di kursi pelaminan sedangkan Ziko masih berdiri saling berhadapan - hadapan.

Ziko tidak membalas atau mengucapkan sesuatu. Tanpa pikir panjang Sisil langsung mengecup bibir Ziko di hadapan semua tamu undangan.

Semua yang berada di gedung itu terperangah melihat ciuman yang di lakukan Sisil kepada Ziko. Begitupun Zira dia sampai membulatkan mulutnya menyaksikan kejadian itu.

Ziko langsung memegang kedua lengan Sisil dengan cepat.

" Apa yang kamu lakukan, ha? " Bentak Ziko.

Sisil hanya tersenyum menyeringai dia sudah mendapatkan yang dia mau, dia hendak pergi turun dari panggung pelaminan tapi begitu dia hendak turun.

Gubrak dia jatuh tersungkur.

" Ops maaf. " Ucap Zira cepat sambil menutup mulutnya dengan satu tangan.

Zira sengaja meluruskan kakinya untuk memberikan pelajaran kepada Sisil.

Sisil bangun dengan penuh emosi.

" Awas kamu. " Ucap Sisil mengancam sambil pergi meninggalkan gedung.

Semua yang berada di dalam gedung teriak riuh melihat Sisil jatuh tersungkur. Sisil berniat ingin mempermalukan Zira tapi hari ini dia di buat malu lagi oleh Zira.

Ziko tersenyum melihat reaksi Zira kepada sisil.

" Terimakasih istriku karena kamu telah mempermalukan nya. " Ucap Ziko cepat.

" Ini aku lakukan bukan untukmu tapi

untukku. " Ucap Zira ketus.

Bagaimana mungkin dia terima ciuman dari si uget - uget apa dia lupa kalo ada istrinya di sini. Gerutu Zira dalam hati.

" Like komen dan Vote yang banyak ya terimakasih "