Chapter 109 Pelajaran untuk Chelsea

Name:Istri Manja Tuan Kusuma Author:Eli
Chelsea berteriak karena kakinya di tekan Nadia dengan begitu kuat

" Oops apakah sangat sakit?

Sepertinya kakimu harus segera di obati! "

Chelsea meringis kesakitan

" Coba sebelah sini biar ku lihat! "

" Aaaccchh"

Dia berteriak lagi dan meringis, hampir meneteskan air matanya

" Waah lukanya jadi semakin bengkak. kau bukannya mengobatinya, malah membuat lukanya tambah parah saja! "

Kata manajer Chelsea kesal

" Aku hanya berusaha membantu, Mana tahu kalau akan jadi begini. Lagi pula nona Chelsea, sudah tahu anda ada pemotretan hari ini. Bagaimana bisa anda tiba - tiba terjatuh? "

Nadia mengangkat kedua bahu dan berkata dengan tenang

" Karena nona Chelsea sedang cedera, jadi untuk syuting dan pemotretan akan dilakukan oleh nona Tiara. Nona Chelsea, ku harap kamu bisa cepat pulih. Bagaimana pun kami telah membayar anda sesuai perjanjian yang ada di kontrak! "

Nadia berkata dengan dingin

" Baik bu direktur, saya akan berusaha cepat pulih agar tidak memperlambat lagi proses syuting! "

Chelsea berkata sambil tertunduk. Dalam hati dia mengumpat kesal " Nadia sialan sudah dua kali dia mengerjai ku. Awas saja kamu suatu hari pasti akan ku balas! "

" Kalau begitu kamu bisa pergi kerumah sakit dan beristirahatlah dengan baik! "

Nadia berdiri dan beranjak dari ruangan meninggalkan Chelsea

Setelah menjauh dari sana, dia dan Risti tertawa karena berhasil mengerjainya.

" Hahaha, apa kamu lihat tadi bagaimana mukanya saat kau sentuh kakinya? "

Kata Nadia tertawa lepas

" Kamu benar - benar keterlaluan. Bukannya kakinya makin baik malah tambah buruk. Hahaha "

Risti pun ikut terbahak membayangkan itu

" Dia sengaja terjatuh di depan tuan Yudha untuk mengambil perhatiannya. Sekalian saja aku bikin sakitnya parah. Itu pelajaran untuknya. Hahaha"

" Setidaknya beberapa hari ini kita tidak akan melihat wajahnya yang menyebalkan itu kan? "

Kata Nadia di sela tawanya.

" Sudah, ayo kita kembali bekerja. Ada dokumen yang harus kamu periksa! "

Mereka berdua berjalan sambil berbincang masalah perusahaan

Sore hari Yudha kembali dari kantornya dan menjemput Gina diruangan

" Sayang, apa pekerjaan mu sudah selesai "

Kata Yudha saat memasuki ruangan Gina

" Sudah, aku tidak memiliki banyak pekerjaan, karena seseorang telah melimpahkan pekerjaan ku pada orang lain "

Sindir Gina pada suaminya dengan memicingkan mata

" Hahaha, itu kulakukan karena aku tidak mau istri dan calon bayiku kelelahan " Yudha tersenyum sambil mendekati Gina dan bersujud di depan Gina sambil mengelus lembut perut istrinya

" Sayang papi tidak nakal kan?

Jangan buat mami repot ya! "

Gina tersenyum melihat apa yang dilakukan Yudha. Bisa dibilang interaksi antara ayah dan anak

" Papi juga tidak boleh nakal ya, selama aku diperut mami! "

Gina menirukan suara anak kecil sambil mengusap kepala sang suami

" Aku tidak pernah nakal. Kenapa kamu bicara seperti itu? "

Yudha mendongakkan kepala menatap Gina saat berbicara

" Tidak ada, hanya ingin bicara saja "

Gina mengangkat bahu juga sedikit mengernyitkan mulutnya

Yudha memicingkan mata curiga

" Sepertinya kamu menyembunyikan sesuatu dariku? " Yudha pun meletakkan kedua tangan dipaha Gina dan menjadikannya sebagai bantalan untuk dagunya

" Tidak ada, hanya saja aku melihat ada gadis yang mau mengganggu papi tertampan di dunia ini " Gina mencubit hidung Yudha karena gemas

" Owh, jadi kamu melihat kejadian tadi siang? Apa kamu cemburu? "

Senyum menggoda pun terpancar di wajah tampan Yudha

" Tentu saja aku cemburu. Sudah kukatakan sebelumnya, kalau aku ini wanita yang egois. Aku tidak suka berbagi sesuatu milikku. Apalagi itu kamu! "

Gina mencolek hidung mancung Yudha sambil tersenyum

" Kamu tenang saja. Aku hanya akan jadi milukmu. Begitu pun denganmu. Tidak ada seorang pun yang dapat merebutmu dariku! "

" Sudahlah. Kamu mau makan apa untuk malam ini sayang? "

Yudha bangkit dan menggandeng tangan Gina keluar dari kantor

" Eehm.. Aku ingin makan sate kambing. Sepertinya enak, tapi harus kamu sendiri yang bakar! "

Gina memasang wajah imut untuk merayu Yudha agar mewujudkan keinginannya

" Kenapa harus aku yang bakar? Kan kokinya sudah pasti lebih handal dalam membakar sate? "

" Aku tidak mau. Pokoknya aku ingin makan sate yang kamu bakar sendiri. Kalau tidak aku tidak akan makan malam "

Gina cemberut, merajuk bagaikan anak kecil

Yudha mengerutkan kening mendengar syarat sang istri. Diapun menghela nafas

" Baiklah sayangku, sesuai keinginanmu!

Kita akan makan sate dan aku yang akan bakarkan untukmu"

Mereka berjalan keluar dari mobil menuju parkiran. Dan melaju menuju restoran yang menyediakan sate.